Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penulis Biografi Elon Musk Buka-bukaan, Butuh 3 Tahun dan "Moodyan"

KOMPAS.com - Elon Musk rupanya orang yang "moodyan" alias suasana hatinya kerap berubah-ubah. Hal itu diungkap oleh Walter Isaacson, penulis kenamaan yang baru saja menerbitkan buku biografi berjudul "Elon Musk".

Dalam menggarap buku biografi tersebut, Isaccson menghabiskan waktu kurang lebih tiga tahun untuk mengamati kehidupan Elon Musk sebagai seorang ayah serta pebisnis ulung.

Bukan cuma moodyan, Isaacson juga menceritakan bahwa bos Tesla, SpaceX, dan X (dulu Twitter) itu memiliki banyak kepribadian yang bisa berubah tergantung situasi.

Mulai dari kepribadian yang inspiratif hingga sangat brutal, dimiliki oleh Elon Musk. Hal ini disampaikan Isaacson dalam sebuah wawancara dengan majalah The Atlantic.

"Ada banyak kepribadian Elon Musk, ada saat ketika dia sangat brutal, ketika dia begitu percaya diri, dan saat ketika dia menjadi seorang insinyur yang begitu fokus," kata Isaacson.

Karena punya banyak kepribadian, Isaacson mengaku bahwa menerka pribadi Musk menjadi tantangan tersendiri. Sebab, Musk jauh berbeda dengan sejumlah tokoh yang pernah ia tulis sebelumnya, di mana kepribadian mereka tampak cukup jelas dan mudah digambarkan.

Sebagai informasi, Isaacson juga pernah menulis biografi pendiri Apple Steve Jobs, Albert Einstein dan Leonardo da Vinci.

"Dia adalah orang dengan bermacam suasana hati (mood) dan kepribadian, mulai dari mood insinyur sampai mood jahat," ujar Isaacson.

Ia juga berkata bahwa Musk kadang-kadang bisa ceroboh tetapi juga terkadang berbahaya. Namun terkadang melakukan banyak hal yang menginspirasi. Yang jelas, perubahan mood-nya bisa berubah tiba-tiba.

Cerminan dari kepribadian Elon Musk itu terlihat dari bagaimana ia mengelola Twitter dan Tesla. Menurut Isaacson, peran Musk di Twitter cukup rumit, berbeda dengan perannya di Tesla yang menghasilkan kendaraan listrik dan dinilai lebih baik, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Business Insider, Kamis (14/9/2023).

Akibat trauma masa kecil

Dalam kesempatan berbeda, Isaacson menjelaskan bahwa ketidakstabilan Elon Musk itu disebabkan trauma masa kecilnya ketika tinggal Afrika Selatan. Saat itu, Musk tinggal bersama ayahnya, Errol Musk yang memiliki watak tempramental.

Memori masa kecil Musk, khususnya soal bagaimana ayahnya memperlakukannya, disebut Isaacson membuat salah satu orang terkaya di dunia itu punya luka yang mendalam di dirinya.

"Semuanya terkait dengan trauma masa kecil. Ini membuatnya berjiwa petualang dan membuatnya merasa lebih nyaman dengan drama," tutur Isaacson, dihimpun dari CBS News. 

Musk juga bukan orang yang mudah meminta maaf, karena saat ia diintimidasi oleh teman sekolahnya pun, ayahnya malah membela temannya itu, bukan Musk. Ayahnya berdalih ingin membesarkan Musk agar menjadi manusia tangguh.

Didikan ayahnya itu juga membuat Elon Musk begitu tegas. Isaacson bercerita ketika ia mendampingi Musk berjalan di pabrik SpaceX, sejumlah karyawan tampak kurang semangat dan hanya sedikit karyawan yang datang.

"Ke mana orang-orang? Pindahkan ini! Ini harus selesai malam ini," kata Musk, sebagaimana dikisahkan Isaacson.

Padahal menurut Isaacson, hal tersebut mungkin tidak akan pernah terjadi di pabrik serupa seperti Boeing.

Di sisi lain, Elon Musk memang menderita sindrom Asperger, yaitu kelainan saraf yang membuat pengidapnya sulit bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Namun, ia percaya bahwa mengungkapkan empatinya ke karyawan hanya akan memperlambat misinya.

"Dia mengaku kepada saya 'ya, saya tidak punya banyak empati. Saya tidak seperti Anda, saya tidak ingin orang di depan saya mencintai saya. Saya harus menyelesaikan misi ini'," cerita Isaacson.

Terlepas dari sejumlah kepribadiannya itu, Elon Musk cukup berperan mengubah dunia. Misalnya memicu transisi global ke mobil listrik berkat Tesla, hingga wahana antariksa yang terjangkau berkat kecanggihan SpaceX.

https://tekno.kompas.com/read/2023/09/14/13400057/penulis-biografi-elon-musk-buka-bukaan-butuh-3-tahun-dan-moodyan-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke