Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Unboxing dan Menjajal Main Game di Legion Go, Konsol Handheld Pertama Lenovo

Konsol yang bisa dibilang sebagai komputer (PC) mungil ini sudah bisa dipesan (pre-order) di Indonesia, lewat marketplace rekanan Lenovo Legion dengan harga Rp 13,5 juta untuk varian RAM dan media penyimpanan (storage) 16 GB/512 GB.

Perangkat ini disebut akan mulai dikirim pada akhir November atau Desember 2023, dengan tidak menutup kemungkinan waktu pengiriman lebih cepat.

Lenovo Legion Go mengunggulkan ukuran layar paling besar dibandingkan konsol handheld lainnya, yaitu 8,8 inci dengan materi IPS LCD.

Kedua controller yang mengapit layar Legion Go bisa dilepas pasang layaknya Nintendo Switch. Controller masih bisa digunakan dalam keadaan terlepas, dan juga dapat dimanfaatkan sebagai mouse untuk bermain game first person shooter (FPS).

Adapun KompasTekno berkesempatan untuk melakukan unboxing dan menjajal langsung konsol Lenovo Legion Go.

Lenovo Legion Go dikemas dalam boks hitam besar yang cukup berat ketika dipegang. Oleh karena itu, pengguna sebaiknya memegang kardus tersebut dengan dua tangan agar tidak terjatuh.

Tentu hal itu merujuk pada "Legion". Bagian atas kardus juga dilengkapi stiker Lenovo merah putih dengan teks yang disusun vertikal.

Berpindah pada bagian kiri dan kanan boks, pengguna bisa menemukan tulisan "Lenovo Legion" diikuti dengan "Lenovo Legion Go" di bawahnya.

Di bawahnya lagi, terdapat sejumlah logo seputar fitur unggulan Legion Go, misalnya layar 8,8 inci dan sistem operasi Windows 11. Ada pula stiker Lenovo berwarna merah putih.

Bagian belakang boks dibekali tulisan "Lenovo Legion" dan "Legion Go". Terdapat juga ikon-ikon fitur unggulan, bedanya bagian ini diikuti dengan teks penjelas seperti "layar Quad HD Plus berukuran 8,8 inci". Ada keterangan bahwa boks dibuat dari karton daur ulang.

Kemudian untuk bagian bawah boks, pengguna disapa logo "UN3481" yang berarti perangkat dalam kardus mengandung baterai lithium ion. Lalu, ada label yang menandakan bahwa produk ini dibuat di China, disertai keterangan spesifikasi dan warna model yang diterima.

Ketika kardus tersebut dibuka, pengguna akan menemukan dua boks yang lebih kecil. Satu boks yang lebih besar memuat perangkat Legion Go, sedangkan boks yang lebih kecil mencakup charger konsol tersebut.

Legion Go ini ditutupi oleh karton yang berisi ilustrasi konsol genggam itu. Di belakangnya, terdapat ilustrasi cara unik untuk menggunakan Legion Go, misalnya dengan kondisi kedua controller terpasang atau terlepas.

Dalam karton tersebut, ada tas Legion Go berwarna hitam yang dilengkapi dengan dua ritsleting dan satu tali untuk memegang tas. Desain tas tersebut cukup minimalis karena hanya dihias dengan tulisan "Legion" di bagian atasnya.

Yang menarik, ada lubang yang terletak di bagian depan tas. Bagian ini digunakan untuk mengisi daya Legion Go tanpa mengeluarkan perangkat tersebut dari tasnya.

Tas ini tidak bisa menampung charger konsol Legion Go, sehingga pengguna harus menyiapkan tas tambahan jika ingin membawa charger perangkat tersebut. Menyoal daya, charger Legion Go memiliki daya 65 watt.

Model Legion Go yang kami terima berasal dari Singapura, sehingga charger tersebut memiliki tiga colokan. Hal ini tentu berbeda dengan stop kontak Indonesia yang umumnya hanya memiliki dua lubang.

Belum diketahui apakah model yang dirilis di Indonesia akan sama atau disesuaikan.

Kelengkapan terakhir dalam boks penjualan Lenovo Legion Go adalah brosur yang membahas layanan purna jual Lenovo Services. Dengan layanan ini, pengguna bisa dibantu oleh teknisi Lenovo apabila perangkat mengalami masalah atau kerusakan.

Melihat lebih dekat

Untuk desain, Lenovo Legion Go memiliki dimensi 299 mm (panjang) x 131 mm (lebar) x 41 mm (ketebalan) dengan bobot 854 gram.

Kami merasa bahwa perangkat ini tidak terlalu berat ketika dipegang. Namun lengan kami terasa agak pegal setelah memegangnya dalam waktu lama, bisa jadi hanya belum terbiasa.

Panel juga menawarkan rasio layar 16:10, tingkat kecerahan (brightness) maksimum 500 nits, dan gamut warna 97 persen DCI-P3. Resolusi, kecerahan, dan refresh rate layar bisa disesuaikan ke angka yang lebih kecil, agar konsol lebih hemat daya.

Layar mendukung touch screen, sehingga pengguna bisa menyentuh layar untuk menavigasi berbagai menu pada konsol, misalnya ketika mengakses file, membuka aplikasi Steam, menelusuri internet dengan peramban (browser), dan lain-lain.

Pengguna mesti berhati-hati karena layar mudah menjadi kotor karena sidik jari. Jika kotor, segera gunakan kain pembersih yang termasuk dalam paket penjualan Lenovo Legion Go.

Yang menarik, layar Legion Go diapit oleh dua controller bernama "Legion TrueStrike Controllers" di bagian kiri dan kanannya, yang bisa dilepas pasang. Controller kanan memiliki tombol A, B, X, Y, dan tombol analog dengan ring light berwarna hijau di bawahnya.

Pengguna bebas memilih warna dan efek yang diinginkan, misalnya efek "Solid" untuk mempertahankan warna yang sudah dipilih, efek "Blinking" agar ring light berkedip, dan "Dynamic Color" agar warna ring light berubah-berubah layaknya sedang menggunakan keyboard RGB.

Selain sejumlah tombol di atas, ada pula touchpad kecil di bawahnya seperti yang dimiliki konsol Steam Deck. Touchpad ini menjadi alternatif kontrol selain layar sentuh yang sudah disebutkan sebelumnya.

Dengan touchpad, kontrol pengguna menjadi lebih akurat karena mengandalkan kursor kecil ketimbang jari yang lebih besar.

Bila dibandingkan dengan controller, touchpad lebih cocok digunakan untuk game yang membutuhkan presisi, seperti The Sims 4, misalnya ketika mendesain karakter atau membangun rumah.

Tombol-tombol lain di controller kanan adalah tombol "Function Button" untuk mengatur resolusi, brightness, dan lain-lain dengan cepat, trigger RB, RT, serta tombol M1 dan M2 di sisi kanan.

Berpindah ke controller kiri, terdapat analog yang dilengkapi ring light di atas kiri yang biasanya digunakan menggerakkan karakter game. Di samping kanannya, ada "Function Button" yang akan membuka aplikasi Legion Space secara instan.

"Function Button" lainnya berguna sebagai tombol "Select", yang biasanya mendampingi "Start". Kegunaan tombol ini bergantung pada masing-masing game yang dimainkan.

Tombol-tombol di sisi kiri hanya ada trigger LB dan RT di bagian atas alias punggung, tidak ada tombol di sisi samping kiri. Bagian belakangnya mencakup tombol Y1 dan Y2 yang kegunaannya bisa diatur sesuka hati.

Semua tombol juga terasa nyaman disentuh, misalnya tombol A, B, X, Y dan D-pad yang taktil, serta tombol analog yang halus. Namun, posisi tombol "Start" dan "Select" di controller kiri terasa aneh, karena biasanya controller menempatkan tombol tersebut di tengah.

Kendati begitu, hal ini wajar karena bagian tengah konsol memang sudah dipenuhi layar. Oleh sebab itu, kami harus membiasakan diri dengan kontrol yang disediakan.

Bisa FPS Mode

Ketika dilepas, kedua controller Legion Go akan terhubung dengan konsol genggam tersebut melalui koneksi Bluetooth.

Menariknya, controller sebelah kanan bisa dilepas dan dijadikan sebagai mouse. Caranya, pengguna melepas controller kanan dengan menekan "Release Button" yang terletak di belakang bawah controller. Setelah itu, lihat bagian bawah controller dan aktifkan "FPS Mode".

Selanjutnya, hubungkan controller dengan dock magnet yang termasuk dalam paket penjualan Legion Go. Layar konsol akan menampilkan informasi bahwa pengguna sedang menggunakan mode FPS (mode untuk main game FPS).

Sementara itu, controller sebelah kiri yang dilepas berguna untuk menggerakkan karakter, melompat, berjongkok, dan lain sebagainya.

Kami sendiri mencoba game shooter Counter-Strike 2 (CS2) dengan FPS Mode. Sepengalaman kami, kontrol ini terasa aneh tetapi menarik.

Aneh karena format controller ini berbeda jauh dengan keyboard yang biasanya digunakan untuk bermain game FPS, dan menarik karena opsi kontrol ini ternyata cukup layak digunakan untuk bermain game FPS.

Karena format controller-nya berbeda, kami butuh waktu lebih banyak untuk membiasakan diri.

Bagian paling aneh terletak pada jumlah tombol yang membuat kami kewalahan, karena kehadiran tujuh tombol di bagian kanan, dua tombol di bagian tengah, dan empat tombol di bagian belakang untuk controller kanan.

Ini belum termasuk controller kiri dengan lima tombol di bagian depan, satu tombol di bagian tengah, dan tiga tombol di bagian belakang. Bila dibandingkan dengan mouse, hanya ada tiga tombol termasuk scroll wheel.

Terlepas dari itu, kami merasa bahwa controller FPS Mode ini memiliki potensi lebih baik jika dibandingkan controller tanpa FPS Mode. Sebab, bidikan pengguna akan terasa lebih akurat ketimbang menggunakan tombol analog yang cenderung kaku.

Port dan fitur pendukung

Terkait audio, suara yang dikeluarkan Legion Go relatif kecil meski dalam volume maksimum. Dengan suara seperti ini, pengguna kemungkinan akan lebih puas bila bermain game dengan headphone, terlebih lagi game kompetitif yang membutuhkan suara yang keras nan jelas.

Untuk bagian bawah, pengguna dapat menemukan satu buah port USB-C.

Bagian bawah layar mencakup dua lubang mikrofon yang berukuran kecil.

Pada bagian belakang konsol, terdapat lubang udara dan dudukan (stand) yang bisa membuat Legion Go berdiri sendiri. Dengan begitu, pemain tak usah memegang Legion Go berlama-lama. Cukup gunakan dudukan, lalu cabut kedua controller dan mulai bermain game.

Konsol game Windows ini dibekali RAM 16 GB (LPDDR5X) dengan kecepatan hingga 7.500 MHz dan pilihan storage SSD yang mencakup 256 GB/512 GB/1 TB (PCIe 4.0, NVMe M.2 2242).

Bila dirasa kurang cukup, pengguna bisa memperluas storage dengan kartu microSD hingga 2 TB.

Merujuk pada halaman Lenovo Legion di marketplace, varian yang tersedia di Indonesia baru memori 512 GB saja. Tidak diketahui apakah varian 256 GB dan 1 TB bakal tersedia atau tidak di Indonesia.

Dengan storage 512 GB, pengguna hanya bisa mengunduh sejumlah game berbujet besar (triple-A/AAA) seperti Red Dead Redemption 2, Call of Duty: Modern Warfare III, dan lainnya. Hal ini karena ukuran game AAA modern yang kini melebihi 100 GB.

Berbeda cerita jika pengguna lebih senang main game indie yang biasanya dikemas dengan grafik minimalis. Game indie umumnya memiliki ukuran sekitar 1 GB hingga 10 GB, sehingga storage 512 GB bisa dibilang sangat cukup untuk menampung deretan game tersebut.

Pada sektor daya, Lenovo Legion Go ditopang baterai 49,2 WHr yang didukung teknologi pengisian cepat Super Rapid Charge. Lenovo mengeklaim baterai dapat terisi 70 persen dalam 30 menit.

Kedua controller memiliki baterai 900 mAh yang bisa diisi dayanya dengan menghubungkan controller ke Legion Go, meski ketika konsol tersebut sedang tidak diisi dayanya.

Lenovo Legion Go menjalankan sistem operasi (OS) Windows 11. Oleh karena itu, Legion Go sudah dibekali dengan software bawaan seperti browser Microsoft Edge, Notepad, dan lain-lain. Bahkan, ada aplikasi kamera meski perangkat tidak dibekali kamera.

Pengguna bisa mengunduh aplikasi distribusi game seperti Steam, Epic Games, dan Battle.net. Mereka dapat menonton video di YouTube, membaca komik, novel, dan lain-lain.

Pengguna juga dapat produktif karena bisa memanfaatkan software seperti Microsoft Word dan Paint.

Apabila ukuran keyboard virtual terlalu kecil saat mengetik, pengguna bisa mengaturnya dengan membuka keyboard > "Options" > "Size and theme" > "Touch Keyboard" > "Keyboard Size".

Fitur pendukung Lenovo Legion Go lainnya mencakup USB 4.0, DisplayPort 1.4, Power Delivery 3.0, Legion Space, Bluetooth 5.2, Wi-Fi 6E, dan teknologi pendingin "Legion Coldfront", yang diklaim membuat konsol tetap sejuk dan tidak bising, bahkan saat Legion Go mencapai TGP 25 Watt.

Hasilnya, Lenovo Legion Go tidak mampu menjalankan Control dengan pengaturan grafik rata kanan alias "High", resolusi 2.560 x 1.600 piksel, dan refresh rate 144 Hz. Jumlah frame rate (fps) yang diperoleh mentok pada 9 fps saja.

Setelah bereksperimen, kami berhasil mendapatkan kisaran 60 FPS dengan grafik rata kiri alias "Low", resolusi 1.280 x 800 piksel, dan refresh rate 60 Hz.

Saat menggunakan charger, kami mendapatkan 61 fps (bisa dilihat pada gambar di atas pada bagian kiri atas layar). Tanpa charger, frame rate yang diperoleh kurang lebih sama, yakni 59 fps.

Terlepas dari itu, Control tetap terlihat ciamik dalam konfigurasi seperti ini. Bicara soal konfigurasi, Legion Go sangat cocok bagi pengguna yang suka bereksperimen untuk mendapatkan frame rate terbaik.

Untuk suhu, distribusi panas Legion Go terletak pada bagian layar dan bagian belakang punggung konsol. Kedua controller yang kami pegang tidak terasa panas.

Ini artinya, pengguna sebaiknya menggunakan Legion Go dengan digenggam atau ditaruh di meja memakai dudukan. Jangan memangku atau menaruh Legion Go di bagian paha ketika sedang gaming.

Selama permainan, kipas konsol genggam ini cukup sunyi sehingga cocok dibawa ke tempat publik seperti restoran.

Harga Lenovo Legion Go

Bila tertarik, pengguna dapat "meminang" konsol Windows ini lewat marketplace rekanan Lenovo Legion di Indonesia. Berikut ini harganya:

  • Harga Lenovo Legion Go (16 GB/512 GB) - Rp 13.499.000

Menurut halaman toko tersebut, harga normal Lenovo Legion Go adalah Rp 16 juta. Tidak diketahui sampai kapan harga Rp 13 juta itu akan berlaku.

Yang jelas, Lenovo menyiapkan bonus untuk pembelian online berupa cashback Rp 650.000, serta GoPay senilai Rp 500.000 selama persediaan masih ada.

Lenovo juga menjual aksesori berupa kacamata Augmented Reality (AR) Lenovo Legion Glasses yang kompatibel dengan Legion Go.

Kacamata ini memungkinkan pengguna menyimulasikan layar virtual beresolusi Full HD (1.920 x 1.080 piksel) dengan refresh rate 60 Hz. Jadi, bukan layar Legion Go yang digunakan untuk menikmati game.

Aksesori ini bisa dipesan di Indonesia lewat marketplace rekanan dengan harga jual Rp 4,9 juta dari harga normal Rp 6,9 juta.

https://tekno.kompas.com/read/2023/11/16/14160047/unboxing-dan-menjajal-main-game-di-legion-go-konsol-handheld-pertama-lenovo

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke