Google mengutip nilai tukar itu dari data pihak ketiga dan memakainya untuk menampilkan informasi nilai tukar saat pengguna menelusuri lewat Google Search.
Menurut data Google, nilai tukar ringgit Malaysia pada 15 Maret pukul 09.00 adalah sekitar 4,98 ringgit untuk satu dollar AS. Padahal menurut catatan Bank Negara Malaysia (BNM) nilai tukar saat ini semestinya adalah sekitar 4,7015 ringgit.
BNM juga mencatutkan data nilai tukat ringgit Malaysia per pukul 17.00 sore, sekitar 4,7045 per 1 dollar AS dan sempat mencapai nilai 4,7075.
Karena insiden itu, BNM menegur pihak Google dan mengeklaim bahwa informasi yang ditampilkan Google tidak mencerminkan fundamental ekonomi Malaysia yang positif. Peringatan itu juga diterbitkan BNM di media sosial X Twitter melalui akun @BNM_official.
Google kemudian mengungkapkan permintaan maaf sekaligus menegaskan bahwa pihaknya sudah menuntaskan masalahnya. Namun, perusahaan asal AS ini tak merinci penyebab kekeliruan data yang dimaksud.
"Kami bergegas menghubungi pihak ketiga yang memberikan informasi nilai tukar USD-MYR untuk memperbaiki kesalahan itu," tulis akun @GoogleMsia membalas posting BNM di X Twitter.
Google lantas mengarahkan pengguna untuk mengakses situs resmi seperti BNM untuk panduan urusan finansial.
Tidak hanya kali itu saja, BNM sebenarnya sudah menemukan kekeliruan nilai tukar ini sejak Selasa (6/2/2024). Namun, BNM tak merinci nilai tukar yang perlu dikoreksi.
Saat itu, BNM juga melayangkan surat peringatan. Jadi, peringatan kali ini merupakan peringatan kedua bagi Google.
Pekan lalu Gubernur BNM, Abdul Rasheed Ghaffour pun memastikan pihaknya beserta pemerintah terkait bakal berkoordinasi lebih lanjut demi nilai ringgit yang tetap stabil.
Seperti diketahui, Google memang bisa menyajikan data pasar valuta asing ketika seseorang menelusur lewat mesin pencari Search. Hasilnya juga ditampilkan dalam tampilan yang cukup sederhana, sehingga mudah dipahami.
Data itu ditarik dari layanan Google Finance yang menyajikan informasi seputar keuangan termasuk nilai saham, pasar valuta asing dan lain sebagainya.
Namun, data dalam layanan ini dihimpun dari berbagai lembaga pihak ketiga. Contohnya Bursa Efek Indonesia untuk mata uang Rupiah, Bursa Malaysia (KLSE) untuk ringgit Malaysia dan sebagainya.
Nah, beberapa datanya ditampilkan realtime sesuai nilai perdagangan saat itu. Namun terdapat beberapa jeda waktu (delay) pembaruan data untuk beberapa data mata uang. Untuk mata uang ringgit Malaysia misanya, jeda waktunya sekitar 15 menit, dihimpun KompasTekno dari laman Google Finance.
https://tekno.kompas.com/read/2024/03/20/09040077/google-minta-maaf-ke-pemerintah-malaysia-ini-penyebabnya