Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Industri Rakyat

Duo Ibu-Anak Pengusaha Batik Klasik

Kompas.com - 17/06/2008, 11:35 WIB

Anak muda masa kini jarang yang terjun langsung ke dunia batik, termasuk di sentra industri batik di Kampoeng Batik Laweyan, Solo. Lain halnya dengan RMR Ade S Doyoatmodjo (28). Ade yang lulusan Magister Manajemen Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo justru mengikrarkan diri menjadi pengusaha batik.

Kecintaannya pada batik tidak lepas dari peran sang ibu, Enny Chusnul Chotimah (49). Ade kecil sudah diarahkan untuk terlibat dalam bisnis batik sang ibu, dari melayani tamu, membeli obat batik, hingga menyetorkan produksi batik. Saat itu Ade masih duduk di bangku SMP.

Hal itu terus berlangsung sampai Ade kuliah S1 di Jurusan Akuntansi Universitas Islam Indonesia dan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia tidak malu-malu membawa sprei, daster, atau baju batik lainnya dan menawarkannya kepada teman-teman kampus hingga dijuluki "Ade Batik".

Kini ia berbagi peran dengan sang ibu mengelola usaha batik mereka yang mempunyai tiga ruang pajang dan satu tempat produksi. Selain mengibarkan bendera "Batik Doyo Hadi" bersama sang ibu, Ade sejak setahun lalu membangun merek "Putro Hadi".

"Kami fokus pada batik klasik dan batik sutra," kata Ade yang hampir setiap hari pakai batik, beberapa waktu lalu.

Enny kini lebih banyak mengurusi tetamu, Ade mengurusi pemasaran, promosi, dan pameran. Enny memproklamirkan usaha "Batik Doyo Hadi" tahun 1988. Ia mewarisi usaha ini dari orangtuanya, mendiang RNg Muryati dan RH Ahmad Djoefry Priyo Martono.

Tahun 2004, seiring dengan pencanangan Laweyan sebagai Kampoeng Batik, Enny membangun ruang pajang di depan rumahnya dengan sentuhan etnik Jawa berupa gebyok dan perabot kayu berukir di ruang pajang di Jalan Tiga Negeri Nomor 8, Laweyan.

Mereka juga menjual barang antik, seperti batik kuno, lemari, gantungan baju kuno, dan cap batik. Enny masih giat melayani sendiri tamu-tamunya. Ia masih menjaga konsep "mbok mase" yang menjadi ciri khas Laweyan, yakni pengusaha melayani sendiri calon pembelinya.

Enny, anak ke-13 dari 15 bersaudara. Tujuh di antaranya, termasuk Enny, terjun ke usaha batik. Namun, hanya Enny yang masih tinggal di Kampoeng Batik Laweyan bersama Ade, anak sulungnya. Adapun ayah Ade atau suami Enny, Agus Doyo Atmojo, mengelola usaha pemotongan daging.

Meski saat ini sedang tren batik, Ade dan Enny terus melakukan berbagai terobosan agar masyarakat tidak jenuh memakai batik. (SRI REJEKI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com