Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manusia Kawat Ingin Menikah (8)

Kompas.com - 10/07/2008, 07:17 WIB

KENDATI dikenal selalu tabah dan suka bergaul dengan orang lain, namun untuk urusan asmara atau percintaan Noorsyaidah tetap tak bisa menyembunyikan rasa mindernya. Perempuan yang telah berusia 40 tahun ini mengaku, hingga saat dia belum memiliki calon pasangan hidup karena khawatir suaminya akan menyesal dengan penyakit aneh yang dideritanya.

Ketika remaja hingga kuliah di Samarinda, Noor dikenal sebagai perempuan yang tomboy. Ia tak pernah sedikit pun membedakan siapa orang yang akan dan telah menjadi temannya sehari-hari. Seperti perempuan pada umumnya, ia  juga pernah memiliki pujaan hati atau pacar. Ditambah lagi, karena  jiwa sosialnya yang tinggi terhadap sesama, Noor dikenal sangat "ringan tangan" atau senang membantu teman-temannya yang dalam kesulitan. Pernah suatu saat ada temannya yang tak mampu membayar uang kuliah, tanpa meminta imbalan apa pun Noor langsung membantu temannya itu dengan ikhlas.

Namun, penyakit aneh (kawat keluar dari perut) yang dideritanya sejak tahun 1991 telah mengubah semua kisah hidupnya itu menjadi bencana. Saat itu, Noor berusia 22 tahun dan menunggu sang kumbang datang untuk melamar. Akhirnya rasa malu bercampur minder pun bercampur aduk menjadi satu, membuat dia harus menutup diri kepada laki-laki untuk urusan asmara atau pernikahan. Hingga menginjak usianya yang ke-40, tepatnya 9 Januari lalu, Noor masih sendiri atau belum memiliki suami untuk berbagi suka maupun duka.

"Saya sebagai perempuan normal tentu mau menikah dan punya anak. Tapi yah... karena penyakit aneh saya inilah membuat saya merasa tak memikirkannya lagi, dan lebih baik fokus bagaimana menjalani hidup saya selanjutnya," ujar Noor dengan tabah. Beruntung anak ke-5 dari 6 bersaudara ini memiliki keluarga dan teman-teman dekat yang juga tabah, dan mau memaklumi sisi kehidupannya yang pahit itu, serta senantiasa memberikan motivasi hidup, paling tidak sedikitnya mampu menghilangkan rasa malu dan mindernya. Dan memang, Noor ternyata mampu menjalani hidup barunya.

Meski tetap berkutat dengan penyakit aneh itu, jiwa sosial yang dimilkinya sejak dulu tetap bisa disalurkan dengan menjadi guru di sebuah sekolah binaan PKK, Sangatta, Kutai Timur. "Noor memang sangat suka dengan anak-anak. Dan anak-anak yang diajarinya pun sangat suka dengan dia, jadi kalau sehari atau dua hari saja dia tak masuk mengajar, anak-anak yang diajarinya itu menangis meminta hanya dia yang mengajari mereka," tutur Siti Robiah, kakak kandung Noor.

Menurut Robiah, adiknya itu memiliki prinsip tidak mau menyusahkan orang lain, tak mau menjadi beban keluarga. Setiap kali melihat penderitaan yang dialami adik kesayangannya itu, Robiah mengaku tak bisa menahan air mata menetes di pipinya. "Kalau Allah SWT memang menghendaki untuk mengambilnya saat ini, kami sangat ikhlas sekali, daripada melihat penderitaan yang harus dirasakannya selama puluhan tahun," ujar Robiah.

Uniknya, lanjut Robiah, meski kawat-kawat berduri tumbuh dan sebagian bersemayam di dalam tubuhnya, namun sistem pencernaan Noor tetap tidak terganggu. Noor bisa makan, minum hingga buang hajat seperti orang normal. Menurut Robiah, Noor juga selama ini bisa mandi sendiri tanpa harus dibantu orang lain. "Seperti mandi biasa, pakai sabun dan shampo, dan dia melakukannya sendiri. Tapi kalau urusan asmara tadi memang sangat sulit untuk diceritakan, yang jelas dan untuk diketahui memang adik saya tersebut belum memiliki suami," ujar Robiah. (muh khaidir)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com