Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awas Bullying di Sekolah-sekolah Yogya

Kompas.com - 27/11/2008, 19:46 WIB

YOGYAKARTA, KAMIS- Tindakan menyakiti secara fisik maupun psikologis (bullying) oleh pihak yang lebih kuat kepada pihak yang lemah di kalangan pelajar Yogyakarta ternyata cukup tinggi. Para pelaku umumnya mencontoh situasi serupa yang terjadi di lingkungannya.

Staf pengajar Fakultas Psiko logi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta Siti Hafsah Budi Argiati di Yogyakarta, Kamis (27/11), mengatakan, bullying terjadi dalam bermacam bentuk.

Hasil penelitian yang dilakukanya pada bulan Mei sampai Oktober lalu dengan sampel 113 siswa di dua SMA negeri dan swasta di Kota Yogyakarta menunjukkan, bullying fisik yang paling tinggi adalah ditendang atau didorong dengan tingkat persentase 75,22 persen.

Disusul kemudian hukuman push up atau berlari (71,68 persen), dipukul (46,02 persen), dijegal atau diinjak kaki (34,51 persen), dijambak atau ditampar (23,9 persen), dilempar dengan barang (23,01 persen), diludahi (22,12 persen), ditolak (15,93 persen), dipalak/dikompas (30,97 persen).

Sedangkan bullying psikologis tertinggi adalah difitnah atau digosipkan (92,99 persen), dipermalukan di depan umum (79,65 persen), dihina atau dicaci (44,25 persen), dituduh (38,05 persen), disoraki (38,05 persen), dan diancam (33,62 persen).

"Biasanya korban menerima perlakuan bullying karena takut. Mereka tidak mau melapor kepada guru karena kuatir akan berakibat lebih buruk," katanya

Tindakan bullying mengakibatkan konsentrasi siswa berkurang, kehilangan percaya diri, stres dan sakit hati, trauma berkepanjangan, membalas bullying, merasa tidak berguna, kasar dan dendam, berbohong, dan takut ke sekolah. "Harus ada gerakan anti bullying dengan memper banyak kegiatan positif," katanya.

Secara terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Syamsury menyatakan, bullying yang terjadi saat aktivitas keseharian di sekolah tidak ada. Itu terjadi saat Masa Orientasi Siswa, pada saat pembentukan peleton inti. "Kalau di luar sekolah mungkin saja ada," katanya.

Untuk mencegah bullying, peran organisasi siswa intra sekolah (OSIS) dan pembina OSIS dioptimalkan. Selain itu membuat kegiatan-kegiatan seni dan budaya yang melibatkan siswa berbagai sekolah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com