Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DUNIA MAYA

Dari Kampus Hutan sampai Silicon Valley

Kompas.com - 29/04/2009, 05:01 WIB

Mengunjungi kampus De Anza dan Foothill Community College sungguh amat menyenangkan, apalagi bagi anak-anak muda yang hidupnya tak bisa lagi lepas dari dunia komputer.

Bagaimana tidak menyenangkan. Di sekitar kampus bertengger kantor- kantor yang berurusan dengan dunia maya. Ada Apple, Microsoft, HP, dan sebagainya.

”Inilah untungnya kampus kami, De Anza dan Foothill. Kedua kampus saudara kembar ini berada di Silicon Valley (Lembah Silikon),” ujar Viktoria Kolesnikova, Director of International Marketing Foohill & De Anza Colleges.

Kedua kampus ini memang tidak berdiri berdampingan. De Anza College ada di Cupertino dan didirikan tahun 1967. Nama itu diambil dari seorang pengembara Spanyol, Juan Bautista de Anza, yang melintas kawasan itu tahun 1776.

Kini, kawasan Cupertino telah berkembang pesat sebagai kota kantor dunia maya, sejak wilayah itu dinyatakan sebagai Lembah Silikon. Dan, sebagai kampus yang cukup besar, De Anza secara khusus menangani para mahasiswa asing yang datang untuk belajar.

”Para mahasiswa asing ini tidak hanya merupakan aset bagi keluarganya, tetapi juga bagi bangsa, negara, dan kami juga. Maka, kepada mereka harus diberi perhatian khusus,” lanjut George Beers, Dekan Foothill College International and Distance Education.

George, yang amat dekat dengan kaum muda ini, juga berharap, ada banyak mahasiswa dari Indonesia mau melanjutkan studinya ke De Anza atau Foothill Colleges.

SCCC

Berbeda dengan De Anza maupun Foothill di San Francisco, Seattle Central Community College (SCCC) berada di tengah-tengah kota Seattle, AS. Sebagaimana keberadaannya di tengah kota, kampus SCCC ”terpencar-pencar”, meski jaraknya amat dekat.

”Seluruh tempat kuliah, kantor pusat, maupun tempat untuk berolahraga bisa dicapai dengan berjalan kaki, dalam waktu singkat,” kata Leslie Peters Aest, Director of International Marketing International Education Programs, saat berbicara dengan Kompas.

”Bagi saya, Seattle adalah tempat ideal untuk belajar. LA dan San Francisco terlalu funny. Dan, letak kampus ini amat strategis. Ke mana-mana mudah, hanya 10 menit ke downtown,” kata Stephanie asal Surabaya yang sedang belajar bisnis di SCCC. Pendapat ini juga dikuatkan oleh Stephanie asal Jakarta maupun Siera yang lulusan SMAK I Penabur Jakarta.

Lain halnya pendapat Putra Frans yang sebelumnya belajar di Singapura. ”Bagi saya, di mana pun sama saja. Yang penting, bagaimana kita membawa diri. Sebelum ini saya sekolah di Singapura dan sekarang di sini sehingga saya sudah biasa dengan kesendirian,” lanjut mahasiswi Bisnis yang asli Jakarta ini.

Kampus hutan

Berbeda dengan SCCC, kampus The Green River Community College (GRCC) di Seattle, terasa seperti ”berada di hutan”. Lingkungan kampus yang dipertahankan dengan banyak pepohonan memang terasa sejuk bahkan cenderung dingin. Datang ke kampus GRCC segera mengingatkan kita akan kampus Universitas Indonesia di masa awal menghuni Depok, penuh pohon karet, rindang, dan berudara segar.

”Justru karena kami mempertahankan kawasan hijau ini, maka GRCC sering disebut kampus hutan. Meski demikian, kami bangga dengan julukan ini karena kami tertantang ikut menjaga kelestarian alam,” ujar Ross Jennings, Vice President International Programs.

Sambil menikmati secangkir kopi saat datang, Ross mengemukakan, saat ini jumlah mahasiswa GRCC sudah mencapai 10.000. Dari jumlah itu, 1.000 di antaranya merupakan mahasiswa asing yang datang dari 30 negara.

”Bersama staf, kami melayani mereka agar mereka bisa meraih sukses. Bersama Alvin, kami selalu mengawal para mahasiswa yang akan melakukan transfer ke universitas yang mereka tuju. Yang jelas, kami tidak ingin mengecewakan mereka,” lanjut Ross yang diamini Alvin, pria Singapura yang diserahi tugas sebagai Advising Coordinator International Program GRCC.

Mirip dengan GRCC, kampus Bellevue Community College (BCC), yang juga di Seattle, jauh dari pusat keramaian. Di kawasan yang teduh dan tenang, BCC membimbing para mahasiswa dari sejumlah belahan dunia membangun masa depan. Kara O’Laughlin yang cantik pun memandu rombongan untuk melihat-lihat kampus.

”Bagaimana? Lelah? Kampus kami memang besar, sungguh besar. Meskipun demikian, di sini juga tersedia bus yang selalu berkeliling kampus. Jadi, jangan takut belajar di Bellevue,” kata Mary Kay Burke, Manager International Student Programs.

Sambil menikmati softdrink, pembicaraan seputar BCC pun berlanjut. Ditambahkan oleh Kazumi Hada, Interim Director International Student Programs, jumlah mahasiswa Indonesia saat ini belum melonjak tinggi. Masih biasa-biasa saja. ”Semoga di masa mendatang lebih banyak lagi mahasiswa Indonesia mau belajar di sini. Kampus ini terletak di daerah yang tenang, cocok untuk belajar,” tambah Kazumi.

Kampus ECC

Berbeda dengan kampus- kampus yang disebut terdahulu, kampus Edmonds Community College yang juga di Seattle, dari luar tampak biasa-biasa saja. Memang di beberapa bagian sedang dilakukan perbaikan dan penambahan gedung baru.

Namun, ketika rombongan dibawa masuk, ternyata hampir semua staf hadir di situ, termasuk juga sejumlah mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di situ. Tanpa banyak menyita waktu, David Cordell, Vice President International Education segera menyambut rombongan.

”Kami amat senang apabila jumlah mahasiswa dari Indonesia yang belajar di Edmonds semakin banyak. Di tengah udara dingin seperti ini, kedatangan banyak teman akan semakin menghangatkan,” canda David Cordell kepada Kompas.

Diakui oleh Martha Acosta-Pieters, Director of International Marketing and Recruitment International Student Services ECC, jumlah mahasiswa Indonesia memang belum begitu banyak. ”Saya berharap, kedatangan para sahabat dari Indonesia amat kami harapkan. Saya rindu makanan Indonesia,” tutur Martha yang sudah sering ke Indonesia.

Sama seperti harapan Charles N Silver, Konselor Penerangan dan Kebudayaan Kedubes AS, lima tahun silam dan ditekankan kembali oleh Menteri Luar Negeri Hillary Clinton dalam lawatan ke Indonesia belum lama ini, jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di AS perlu diperbanyak. (ton)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com