"Maka, tidak heran jika kualitas film animasi lokal masih kerap dibanding-bandingkan dengan produk asing," tutur Andriansyah.
Meski demikian, permintaan dari stasiun televisi untuk membuat film yang lebih bagus justru membuat ia bersemangat. Bahkan, rasa nasionalismenya tumbuh dari membuat film animasi lokal. Pola hidup, budaya, dan bahasa animasi lokal akan lebih dekat dengan penonton, terutama anak-anak.
"Saya keburu kecemplung. Demi mengembangkan dunia animasi Indonesia, saya sudah habis uang dan waktu," paparnya.
Sementara Andri mencontohkan animasi tiga dimensi berseri berjudul Tumaritis buatan tim Acintyarupa Karya Nagaya. Cerita tentang kehidupan Cepot, Semar, Gareng, dan Dawala itu kini telah dibuat dalam enam film demonstrasi pendek dengan total durasi 24 menit per episode. Tumaritis diklaim memiliki keunggulan dalam kualitas gerak, cerita, dan karakter yang kuat serta menjual.
"Rata-rata pembuatan film episode dengan kualitas yang dinamis biasanya membutuhkan biaya Rp 40 juta hingga Rp 50 juta per episode," katanya.
Sementara film-film animasi asing terus menggempur. Upin dan Ipin dari Malaysia, misalnya, begitu digemari anak-anak Indonesia. Belum lagi Dora The Explorer, Spongebob Squarepants, dan The Penguins of Madagascar dari Amerika Serikat. Andriansyah mencontohkan, animasi Malaysia lebih maju karena pemerintahnya mendukung dengan menyalurkan dana untuk industri itu.
"Kalau dipikir-pikir, sebenarnya kualitas animasi Indonesia tidak kalah. Hanya, industri animasi sulit berkembang karena pasarnya tidak tersedia," katanya.
Animator asal Bandung, Ivandra Witnando (32), mengatakan, keunggulan animator Indonesia terlihat saat jasa mereka digunakan di Malaysia. Gaji animator pemula Indonesia di Malaysia sekitar 12 juta per bulan.
"Mereka tidak segan membayar mahal karena mengetahui tenaga animator Indonesia bisa mendukung pengembangan animasi. Kualitas animasi yang baik memberikan nilai ekonomi bagi swasta. Negara juga diuntungkan saat animasi itu laku di pasaran," kata Ivan.
Andriansyah tetap membuat film meski tidak ada stasiun televisi yang mengorder. Jika sudah rampung, film baru ditawarkan ke stasiun-stasiun televisi. Film yang belum ditayangkan disimpan dulu.