Menurut Sukirman, harga pasir kini turun dari Rp 90.000 per meter kubik menjadi Rp 40.000-Rp 50.000 per meter kubik. ”Keuntungan saya berkurang dari Rp 10.000 per meter kubik menjadi Rp 2.000 per meter kubik,” kata dia.
Namun, di tingkat konsumen, harga pasir kembali normal setelah sebelumnya naik saat erupsi Merapi. Di Semarang, harga pasir Rp 145.000 per meter kubik, pada saat erupsi Merapi sekitar Rp 200.000 per meter kubik. Di Solo, harga pasir Rp 700.000 per enam meter kubik. Saat erupsi Merapi, harga pasir Rp 1 juta per enam meter kubik.
”Pasir memang banyak, dan tidak beli. Tapi untuk mengambil butuh ongkos transportasi,” kata Wiyoto, pemilik toko bangunan di Sumber, Banjarsari, Solo.
Harga pasir di Boyolali juga tetap. Marto Kawit (55), petambang pasir dari Desa Cabean Kunti, Cepogo, menjual pasir satu truk dengan kapasitas tujuh meter kubik seharga Rp 250.000. Harga itu relatif sama dengan sebelum erupsi Merapi. Namun, lebih rendah jika dibandingkan masa erupsi Merapi yang mencapai Rp 330.000 per truk.
”Biasanya yang mengambil truk dari Solo atau Boyolali saja,” tuturnya. (EGI/EKI/DEN/GAL/WIE)