Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ah... Goa Perawan Batu Cermin

Kompas.com - 29/04/2011, 10:11 WIB

Begitu masuk gua dengan jalan yang super sempit ini, melalui media sinaran baterei (senter) pengunjung langsung mendapatkan sebuah keajaiban: dahulu kala gua ini pasti merupakan  bagian dari dasar laut. Terlihat banyak sekali bunga karang yang sudah membantu yang bisa ditemui di hampir pojokan. Bahkan, terdapat pula karang yang bertumpuk-tumpuk puluhan meter. Kita sedang berada di dasar lautan yang telah kering. Ruarrr biasa.

Di bagian dalam gua, terdapat sebuah ruang sangat lebar yang disebut oleh pemandu wisata sebagai ruang tamu. Luasnya sekitar lima kali tujuh meter persegi. Disini pengunjung bisa berdiri dengan tegak. Di tengah-tengahnya terdapat sebuah batu besar yang menyerupai meja besar dan diatasnya terdapat batu-batu kecil yang meruncing berwarna kekuningan. Manakala lampu senter kita sorotkan, maka bebatuan di bagian atas itu seolah memancarkan cahaya. Mirip dengan meja di ruang tamu Anda yang dihiasi lampu kristal di atasnya.

Konon ceritanya, di masa jaman pra sejarah, inilah tempat tinggal orang setempat. Dan, pada masa penjajahan, khususnya masa pendudukan Jepang, ruangan ini dijadikan markas perlawanan penduduk. Para panglima perang setempat mendesain strategi peperangan dari dalam goa yang bagian depannya tertutup sarang laba-laba. Penjajah pun dibuat kerepotan karenanya.

Di salah satu ujung langit-langit ruang tamu, terdapat sebuah peninggalan alam yang susah dibantah. Fosil kura-kura berdiameter hampir 100 centimeter menempel di dinding batu. Terlihat jelas bagian kepala, tubuh dan ekornya. Hanya saja, kura-kura ini sudah mengeras dan mengerak menjadi ‘batu’. “Inilah bukti lain bahwa goa ini dahulu berada di dasar laut,” jelas sang pemandu wisata.

Menuju ujung gua, pengunjung akan dikejutkan oleh kelelawar yang beterbangan kesana kemari dan bahkan tidur mendengkur di atas kita. Suara cicitannya seolah memberikan ucapan selamat datang. Dan kalau apes, kotorannya menyembur ke arah kita. Namun kalau beruntung, berbagai binatang sering juga ditemui di wilayah gelap ini, seperti jangkrik dan laba-laba. Please be careful!

Di bagian atas dinding gua terdapat sebuah batu putih yang memanjang. Ia hanya menjadi jelas manakala disorot dengan senter. Karena menyerupai seorang wanita dengan pakaian serba putih dan berkerudung, maka bagi umat Kristiani setempat, hal ini sering dianggap sebagai gambar bunda Maria.

Nah, setelah melewati lorong-lorong tinggi namun sempit, sampailah pada ujung goa. Terdapat  keanehan disini, terasa ada sinar temaram yang menghiasi ruangan. Selidik punya selidik, ternyata di ujung sebelah atas sana, terdapat lobang sempit yang bisa dimasuki oleh sinar mentari. Sinar ini mantul memantul melalui bebatuan dan sampai di dasar goa tempat saya berdiri. Dan, manakala dasar goa lagi tergenang air, maka sinar mentari itu akan memantul lagi ke seluruh ruangan sehingga menimbulkan cahaya yang menerangi semua bagian. Wow, sungguh luar biasa. Mungkin karena fenomena alam ini, seorang arkeolog Belanda menyebutnya sebagai Goa Batu Cermin.

Di tempat yang sangat eksotik tersebut pengunjung dapat berlama-lama, karena selain udara dan penerangan lumayan, terdapat beberapa lorong yang layak dieksplorasi lebih jauh. Tidak lupa, bikinlah foto sebanyak mungkin untuk di-upload di facebook. Dijamin orang lain akan terperangah. Bahkan wartawan-wartawan asal Rusia merasa heran dan takjub.   "Seperti ini tidak ada di Rusia," ujar mereka.

Huh... keluar dari gua perawan ini badan saya bersimbah peluh. Basah kuyup. Bukan karena terasa panas di dalamnya, namun saya telah diperkosa oleh alam: ngos-ngosan kerja keras naik turun ruangan dengan medan yang terjal nan sempit. Maklumlah, baru pengalaman pertama memasuki gua. Tapi yang penting adalah akhirnya: semua terbayar lunas dengan kepuasan luar biasa. Persis seperti kata bijak Rusia “Lebih baik mengalami sekali daripada mendengar seribu kali”.

Saya pun lalu berpikir, Anda juga sangat layak menikmatinya. Welcome! (M Aji Surya, diplomat Indonesia di KBRI Moskwa, ajimoscovic@gmail.com)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com