Saat ini, kata Suharto, pihaknya akan mendorong optimalisasi lahan parkir di sekitar Stasiun Bogor. Selain itu, pihaknya juga akan menambah jalur
”Realisasi lahan parkir vertikal itu perlu waktu. Investor juga harus menjajaki model kerja sama dengan pemilik lahan di sekitar stasiun,” tutur Suharto.
Novan (29), warga Merdeka, Bogor Tengah, yang bekerja di Cikini, Jakarta Pusat, mengaku khawatir. Menurut dia, rencana itu bakal menyulitkannya. Dia mengatakan setiap hari pukul 07.00 menitipkan sepeda motornya di sisi barat Stasiun Bogor dan baru pulang malam hari dengan biaya titip Rp 3.000.
Dia khawatir, setelah lahan penitipan digunakan untuk pengembangan stasiun, lalu disediakan lahan parkir khusus yang dikerjasamakan Pemerintah Kota Bogor dengan swasta, biaya yang harus dikeluarkan lebih besar. Ini berkaca dari pengalaman pengelolaan lahan parkir di pusat perbelanjaan yang mengenakan tarif parkir progresif dengan hitungan per jam. Akibatnya, pengeluaran untuk transportasi bulanan juga akan naik.
”Enggak apa-apa kalau ada pembangunan rel tambahan, tetapi tempat parkir harus ada. Ini, kan, juga sebetulnya untuk mengantisipasi supaya kendaraan pekerja komuter tidak harus masuk ke Jakarta dan membuat macet,” katanya.
Secara terpisah, Ketua Forum Perkeretaapian pada Masyarakat Transportasi Indonesia Djoko Setijowarno, di Jakarta, menilai ketiadaan alternatif pengalihan lokasi penitipan kendaraan penumpang komuter Bogor-Jakarta karena ketidaksinkronan program antara pemerintah pusat dan daerah.
Menurut dia, saat ini di stasiun di Jabodetabek sulit mencari