Kepala Badan Penanganan Bencana Nasional Benito Ramos mengatakan, sekitar 60 persen Metro Manila, kota metropolitan berpenduduk 12 juta jiwa, masih dilanda banjir. Bahaya bertambah oleh hujan lebat hingga 54,7 milimeter yang turun selama satu jam, Rabu malam.
Dalam guyuran hujan yang berlangsung 11 hari terakhir, petugas penyelamat bergegas membagikan makanan, air, dan pakaian kepada satu juta orang di lokasi yang dilanda banjir. Mereka harus berjuang melalui jalan-jalan yang berubah menjadi sungai.
Badan meteorologi mengeluarkan peringatan cuaca baru saat hujan lebat mengguyur, hanya beberapa jam setelah mencabut peringatan sebelumnya. Namun, banyak orang menolak meninggalkan rumah mereka yang terendam karena khawatir dengan penjarahan.
”Kami juga meminta mereka yang tinggal di sepanjang tepi sungai untuk mengungsi. Kalau dirasa perlu memaksa mereka meninggalkan rumah, kami akan melakukannya demi keselamatan mereka sendiri,” kata Ramos.
Jumlah total korban tewas bertambah menjadi 72 orang setelah empat orang lagi dilaporkan tenggelam. Kawasan Manila yang paling parah dilanda banjir terutama distrik yang paling miskin. Di kawasan itu, jutaan penghuni perkampungan kumuh membangun rumah di sepanjang tepi sungai, daerah berawa sekitar danau besar, kanal, dan area yang rawan banjir.
Menteri Dalam Negeri Jesse Robredo mengatakan, pemerintah sedang mempersiapkan rencana untuk merelokasi secara permanen warga di sepanjang tepi sungai dan pesisir. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kemiskinan dan korban jiwa selama sisa musim hujan dan topan.
Dewan Penanganan dan Pengurangan Risiko Bencana Nasional mengumumkan, sebanyak 1,23 juta orang terkena dampak banjir di Metro Manila dan daerah sekitarnya. Sebanyak 850.000 orang di antaranya terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Tak kurang dari 250.000 orang mengungsi ke sekolah, gedung- gedung olahraga, dan bangunan lain milik pemerintah yang diubah fungsinya menjadi pusat penampungan. Sisanya tinggal bersama kerabat atau keluarga mereka.