Flare yang meriah ini kemungkinan disebabkan oleh konstruksi lensa Galaxy K Zoom yang kompleks dan melibatkan banyak elemen lensa. Semakin rumit desain sebuah lensa, secara teori semakin rentan pula ia terhadap flare. Sisi positifnya, berkat desain besutan Samsung itu, lensa Galaxy K Zoom masih bisa masuk seluruhnya ke dalam bodi ponsel yang setebal 2cm.
Efek flare dan ghosting ini bisa dimanfaatkan secara kreatif untuk menambah keindahan foto sesuai selera. Namun, ia juga bisa cukup membuat pusing dalam kasus lain ketika muncul tanpa dikehendaki dan menimpa area penting, misalnya wajah subyek dalam foto.
Masih soal cahaya, Galaxy K Zoom menyediakan satu fitur unik yang jarang ditemui di kamera ponsel, yaitu kemampuan untuk memisahkan area metering dari area fokus. Ketika Anda menempatkan fokus subyek di bagian tengah frame, misalnya, metering cahaya bisa dilakukan di area berbeda, misalnya di pinggiran.
Untuk melakukannya, begitu kamera mengunci AF, tinggal sapukan jari dari area fokus (ditandai dengan kotak hijau) ke lokasi lain dalam frame. Sebuah bingkai kotak putih dengan garis terputus-putus akan mengikuti gerakan jari Anda untuk menunjukkan lokasi tempat pengambilan sample metering.
Kemampuan ini terasa berguna dalam situasi-situasi tertentu, seperti saat subyek mengalami backlight dan tampak gelap karena kamera berusaha menyeimbangkan exposure subyek dengan intensitas cahaya di sekeliling.
Pada salah satu foto di atas, misalnya, metering default di area tengah akan membuat daun-daun pohon di paruh atas frame menjadi gelap gulita, hitam polos karena kondisi backlight. Nah, dengan menggeser area metering dari bangunan ke arah pohon tersebut, bisa diperoleh exposure yang menampakkan daun dan bangunan dengan lebih seimbang.
Si Serba Bisa
Akhir kata, tak salah rasanya menyebut Galaxy K Zoom sebagai ponsel dengan kamera “serba bisa”. Fleksibilitas yang ditawarkan lensa zoom milik ponsel ini memungkinkan pengguna mengeksplorasi banyak kemungkinan foto tanpa terpaku pada satu focal length.
Obyek yang bisa dipotret pun menjadi beragam jenisnya. Ingin memotret pemandangan atau gedung klasik yang berdiri megah? Bisa! Bagaimana dengan detil menara jam Big Ben dan penjaga istana yang jaraknya 30 meter dari pagar tempat Anda berdiri? Itu pun bisa!
Untuk kasus seperti mobil balap itu, kamera DSLR dengan lensa tele yang berat totalnya bisa mencapai belasan kilogram jauh lebih cocok. Tapi, untuk penggunaan casual, termasuk ketika berjalan-jalan, tamasya, dan lain sebagainya, Galaxy K Zoom rasanya sudah memadai.
Daya tarik utamanya, meski cukup tebal 'si serba bisa' ini masih muat di kantong celana. Anda pun jadi tak perlu membawa dua perangkat berbeda -smartphone dan kamera digital- sekedar untuk mendapat kemampuan zoom optik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.