KOMPAS.com - Teknologi pencahayaan kian waktu terus berkembang mengikuti zaman, dari era lampu bohlam (fluorescent) sampai teknologi terbaru lampu light emitting diode (LED). Kini, teknologi LED sudah jamak pula digunakan pada alat elektronik seperti layar televisi, komputer dan gadget.
Penggunaan lampu LED merupakan salah satu inovasi dalam dunia penerangan karena sangat hemat listrik. Energi yang digunakan lebih rendah 85 persen dibanding lampu-lampu di era sebelumnya.
Tunggu dulu. Meskipun hemat energi, penggunaan lampu LED ternyata bisa berakibat buruk bagi kesehatan mata. Hal ini diungkapkan peneliti dari Universitas Madrid, Dr Celia Sanchez-Ramos.
Pada mata, jelas Celia, terdapat retina yang bertugas menangkap cahaya untuk diteruskan ke syaraf mata. Retina ini tersusun tersusun dari jutaan sel peka cahaya dan rangkaian saraf.
Jika mata terlalu lama menatap cahaya LED dari layar laptop, misalnya, retina sangat mungkin mengalami kerusakan.
"Mata tidak didesain untuk menatap cahaya langsung namun untuk melihat dengan cahaya (pantulan cahaya)," ujar Celia seperti dilansir Kompas.com, Kamis (16/5/2013).
Penelitian mengenai dampak lampu LED tersebut ia publikasikan dalam jurnal Photochemistry and Photobiologytahun 2013. Penelitian ini menyimpulkan bahwa radiasi LED bisa menyebabkan kerusakan pigmen sel-sel epitel pada lapisan luar retina.
"Mata manusia rata-rata terbuka selama 6.000 jam dalam setahun dan kebanyakan dari waktu tersebut terpapar oleh sinar lampu," ujar Celia.
Selain mata, dampak negatif lain dari paparan cahaya LED bagi manusia adalah sakit kepala atau gatal-gatal pada kulit.
Karena itu, para ahli merekomendasikan agar layar alat elektronik yang mengeluarkan sinar LED diberi filter khusus untuk mengurangi efek buruknya.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan