Renaldy mengaku bukanlah penikmat menunggu proses seperti Fahmy dan Azmi. Meski demikian, ia harus rela mengikuti semua proses dari isi roll hingga mencucinya untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
“Menjepret dengan kamera analog memberi kita kesempatan untuk berpikir dan menduga-duga hasil foto kita nantinya. Selain itu, kamera analog juga memberikan kita pilihan roll film yang bisa kita gunakan sesuai kebutuhan dan keperluan masing-masing,” Renaldy menjelaskan.
Terlepas dari keriaan kamera analog saat ini, baik Fahmy, Azmi, dan Renaldy sepakat bahwa tren kamera analog sulit mengalahkan popularitas kamera digital saat ini. Pasalnya, kamera digital terus berkembang masif dengan beragam pilihan yang diberikan.
Sementara itu, kamera analog memiliki keterbatasan baik itu dari segi kelangkaan roll film di pasaran, hingga medium kameranya sendiri yang lebih sulit ditemukan ketimbang kamera digital.
“Sejarah nggak mungkin keulang karena zaman pasti maju terus. Kamera analog mungkin bukan diposisikan sebagai saingan kamera digital tapi justru sebagai pelengkap. Masyarakat zaman sekarang jadi lebih kaya referensi dan bisa memanfaatkan kamera sesuai kebutuhannya,” kata Fahmy Siddiq.
Sejalan dengan itu, Renaldy pun yakin fotografi analog punya penggemarnya sendiri yang meski tak banyak tapi loyal. Jika saat ini hobi itu menjadi tren di Instagram, Renaldy pun turut senang asalkan sifatnya tak sementara.
“Kalau bisa melihat teman-teman yang mulai dan udah bagus-bagus hasilnya, saya senang. Semoga banyak yang bertahan dengan kamera analog, bukan tren semata,” Renaldy memungkasi.
Catatan: Artikel ini adalah bagian dari Liputan Khusus KompasTekno soal "Tren Kamera Analog di Era Digital". Artikel-artikel lain soal seluk-beluk tren kamera analog bisa dipantau di tautan ini.