BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Panasonic

Foto Makanan di Instagram, Ya Disindir, Ya Bikin "Ngiler" Juga

Kompas.com - 08/09/2017, 08:26 WIB
Dimas Wahyu

Penulis

KOMPAS.com - Sate yang bertabur remah kelapa, atau mungkin juga makaroni dengan keju yang melekat ketika diangkat, semua makanan dengan aneka posenya membanjiri Instagram.

Entah itu saat makan malam, siang, sarapan, atau "latepost", foto makanan tersebut dihujani tanda hati untuk merespons, dan tidak sedikit juga yang memberikan komentar.  

Yang kurang berkenan, entah karena alasan foto-foto semacam itu terlalu sering, atau "mengganggu" dietnya, ataupun pengunggah dianggap sombong dan terkesan alpa dengan yang kekurangan, semua juga "mewarnai" foto-foto tersebut.

Pada akhirnya segala hal di atas menegaskan daya pikat foto makanan karena bagaimanapun tetap diklik dan dilihat.

Jika bicara jumlah, foto-foto jenis ini pun terus bertambah. Per Februari 2017 saja, terdapat 168,37 juta foto yang disertai tanda pagar (tagar) "food", menurut Business.com dalam artikel "Food Photo Frenzy: Inside the Instagram Craze and Travel Trend".

Foto makanan.Al Arabiya Foto makanan.

Lalu per September 2017, publik bisa melihat bahwa sudah 235 juta lebih tagar "food" dalam pencarian langsung di Instagram.

Memang, tagar itu tidak berarti semuanya merujuk foto makanan, sekalipun yang foto makanan kadang memakai tagar lain, dari "foodporn", "ohmygod", sampai "lapeerr".

Daya tarik foto makanan

Foto-foto makanan menarik bisa ditemui di alamat akun Instragam Deliciouslyella, Pinchofyum, dan Halfbakedharvest yang merupakan tiga dari sekian akun menarik menurut Huffingtonpost.com dalam "The Best Food Instagram Accounts".

Ada juga akun Pissinginthepunchbowl dan Infatuation menurut
GQ.com dalam "10 Food Heavy Instagram Accounts to Follow", atau Anakjajan dan Inijie sepert dibahas di "Indonesian Foodies You Should Follow on Instagram" oleh The Jakarta Post untuk akun-akun Indonesia.

Warna-warna makanan tersebut bukan main beragam. Kadang merah berminyak, kadang kecoklatan belaka dan tampil seperti remah-remah saja, atau kadang malah pucat.

Kita bisa mendeskripsikan makanan-makanan tersebut karena rata-rata dipotret begitu dekat dan fokus, di samping juga disirami cahaya natural (tanpa lampu kamera).

Fokus dan cahaya natural adalah dua sekian cara tips untuk memotret makanan di Instagram, seperti disarankan New York Times.com dalam "11 Ways to Take a Better Food Photo on Instagram" dan Dailymail.co.uk, dalam "12 Tricks Help Beautiful Food Photos Instagram".

Pertanyaannya, kenapa dari warna-warna makanan yang beragam ini, kita bisa mengategorikannya sebagai sesuatu yang bikin ngiler? Kenapa juga remah-remah kecoklatan dan makanan pucat lantas menarik?

Sejak 500 tahun lalu, manusia sudah gemar mendokumentasikan makanan. Wujudnya saja yang berbeda. Dulu dalam bentuk lukisan, kini foto yang diunggah di Instagram.Clara Peeters Sejak 500 tahun lalu, manusia sudah gemar mendokumentasikan makanan. Wujudnya saja yang berbeda. Dulu dalam bentuk lukisan, kini foto yang diunggah di Instagram.

"Manusia punya pola yang sama dalam merespons stimulus, diawali dari mempersepsikan stimulus yang datang, lalu coba membandingkannya dengan persepsi yang sudah kita punya, dan (lahirlah) kebiasaan," tulis John B Hutchings.

John yang menuliskan hal di atas dalam buku Food Colour and Appearance kemudian menyimpulkan, jika hasilnya memuaskan, maka manusia bisa mempunyai persepsi baru, termasuk dalam memilih warna makanan.

Lebih lanjut, Charles Spence dalam "On The Psychological Impact of Food Colour" di Flavourjournal.biomedcentral.com menjelaskan bahwa persepsi manusia terhadap visual makanan, khususnya dalam hal warna, datang tidak hanya dari lidah, tetapi juga hidung.  

"Bila kita bicara rasa, maka hal itu mengacu pada persepsi manis, asin, asam, pahit, dan rasa dasar lainnya yang kita peroleh dari mulut. Namun, ada pula aroma yang ditangkap indera penciuman, seperti aroma daging, aroma bunga, aroma buah-buahan, aroma daun sitrus, dan lainnya," ujarnya.

Jika kita punya persepsi bahwa daging yang enak adalah merah dan putih pucat, sayur berwarna hijau, dan buah dengan warna-warnanya, seperti merah, oranye, dan kuning, maka persepsi warna itu pula yang kemudian kita gunakan pada makanan-makanan lainnya.

"Warna makanan coklat dan hijau dari Barat, makanan dengan warna-warna terang dari Thailand, makanan pucat dan berbayang dari China," tambah John B Hutchings.

Warna-warna dengan pengalaman manusia di belakangnya hadir secara kaya karena yang pucat pun bikin ngiler sebab semua punya gradasi untuk membentuk teksturnya, terutama karena foto makanan ini menggunakan cahaya natural.

Ayam masak saus pedas yang dimasak di atas penggorengan besar. Setelah habis, biasanya Dak Galbi dioseng dengan nasi sehingga menjadi nasi goreng pedas. Ayam masak saus pedas yang dimasak di atas penggorengan besar. Setelah habis, biasanya Dak Galbi dioseng dengan nasi sehingga menjadi nasi goreng pedas.

Gradasi sendiri bisa terwujud dari bantuan kombinasi warna, yang tergantung medianya bahkan bisa menghadirkan hingga 1 miliar warna, seperti di televisi Hexa Chroma karena televisi ini bukan cuma dihasilkan dari warna red, green, blue seperti televisi pada umumnya, tetapi juga cyan, magenta, dan yellow.

Jumlah warna yang akan mewujudkan teksur lebih mendalam itu bisa dijumpai pada model-model televisi terbaru Panasonic Hexa Chroma, EX750 Series, EX600 Series, ES630 Series, ataupun di ES500 Series yang memakai Hexa Chroma Drive Pro, plus cahaya lebih cerah karena panelnya menggunakan Super Bright Panel Plus, seperti bisa dilihat di laman berikut.

Oleh karenanya, warna natural tersaji di depan mata dengan aneka gradasinya sehingga membangkitkan persepsi yang memang makin kaya di benak manusia seiring pengalaman masing-masing.  


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com