Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Detik-detik Penghancuran 1.069 Mesin Penambang Bitcoin di Malaysia

Kompas.com - 22/07/2021, 12:34 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Reza Wahyudi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Baru-baru ini, dunia mata uang digital kripto dihebohkan dengan video viral pemusnahan komputer/mesin penambang Bitcoin di Malaysia.

Video berdurasi 47 detik tersebut memperlihatkan traktor perata jalan menggilas 1.069 unit komputer yang disebut digunakan untuk menambang Bitcoin secara ilegal.

Adalah Kepolisian Kota Miri, Serawak, Malaysia yang memerintahkan penghancuran ribuan mesin tersebut. Ribuan mesin tersebut disita kepolisian dalam sejumlah penggrebekan selama periode Februari hingga April tahun ini.

Simak detik-detik penghancuran mesin-mesin penambang bitcoin di video di bawah ini:

Penyitaan dan penghancuran mesin penambang Bitcoin tersebut dilakukan atas dakwaan pencurian pasokan listrik.

Sejak bulan Februari hingga April lalu, perusahaan listrik negara Malaysia, Sarawak Energy Berhad menggandeng kepolisian untuk melakukan operasi pencurian pasokan listrik oleh penambang mata uang kripto. Polisi pun menggerebek sebagian lokasi di sekitar kota Miri.

Baca juga: Tambang Kripto China Bertumbangan, GPU di Indonesia Turun Harga?

Ribuan CPU yang disita kepolisian Miri, Serawak, Malaysia rata dengan tanah setelah dihancurkan dengan alat berat.Facebook/Polis Daerah Miri Ribuan CPU yang disita kepolisian Miri, Serawak, Malaysia rata dengan tanah setelah dihancurkan dengan alat berat.
Kepala Kepolisian Hakemal Hawari mengatakan mereka menangkap enam orang yang kini ditahan karena keterlibatannya dalam operasional penambangan mata uang kripto.

"Enam orang dijatuhi hukuman berdasarkan pasal 379 KUHP untuk pencurian listrik berupa denda 8.000 ringgit (sekitar Rp 27,5 juta) serta kurungan hingga delapan bulan," jelas Hawari, dirangkum KompasTekno dari The Star.

Ribuan mesin tersebut sendiri diperkirakan bernilai 5,3 juta ringgit atau sekitar Rp 18,2 miliar (kurs Rp 3.400).

Baca juga: Penambang Bitcoin di China Ramai-ramai Jual GPU dengan Harga Murah

Selain melakukan penangkapan dan penyitaan, polisi juga menghancurkan rumah yang digunakan para penambang Bitcoin tersebut.

Hawari mengatakan, "PLN" Malaysia merugi hingga 8,4 juta ringgit (sekitar Rp 28,9 miliar) akibat aktivitas penambangan Bitcoin di kawasan Miri.

"Pencurian listrik untuk penambangan Bitcoin menyebabkan pemadaman listrik yang sering terjadi," jelas Hawari.

Sebagai informasi, mata uang kripto seperti Bitcoin dihasilkan melalui serangkaian perhitungan algoritma rumit di komputer atau disebut dengan penambangan atau mining.

Tidak semua mesin komputer mampu melakukan penambangan. Penambangan bitcoin sendiri membutuhkan daya yang sangat tinggi.

Baca juga: Berapa Listrik yang Dihabiskan untuk Menambang 1 Keping Bitcoin?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com