Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Ada Iklan, WhatsApp Dapat Uang dari Mana?

Kompas.com - Diperbarui 27/02/2022, 08:39 WIB
Zulfikar Hardiansyah

Penulis

KOMPAS.com - WhatsApp telah berkembang pesat jadi aplikasi pesan instan yang jamak digunakan pengguna saat ini, dengan terdapat lebih dari dua miliar pengguna aktif per bulan.

Jumlah pengguna tersebut mampu mengantarkan WhatsApp menjadi aplikasi pesan instan terpopuler mengalahkan dua aplikasi pesan instan lain, yakni Facebook Messenger yang hanya terdapat 1,3 miliar pengguna dan WeChat dengan 1,2 miliar pengguna.

Dengan jumlah tersebut, analis pasar Forbes memperkirakan WhatsApp mampu mencetak total pendapatan hingga lebih dari 5 miliar dollar AS (sekitar Rp 71 triliun), dengan rata-rata pendapatan yang didapat dari tiap pengguna sebesar 4 dollar AS (sekitar Rp 57.000).

Baca juga: Cara Bikin Tulisan Berwarna di WhatsApp Android

Angka tersebut hanya estimasi dari pihak lain, bukan secara resmi dikeluarkan oleh WhatsApp. Perkiraan pendapatan WhatsApp itu dihitung dengan menyamakan presentase kenaikan pendapatan dari aplikasi pesan instan lain, seperti Line dan WeChat.

Sejak diakuisisi oleh perusahaan Facebook (kini Meta) per tahun 2014 dengan nilai Rp223 triliun, pendapatan WhatsApp lebih sulit untuk diketahui. Dulu WhatsApp pernah menerapkan kebijakan biaya berlangganan pada pengguna sebesar 1 dolar AS per tahun (sekitar Rp14.000).

Biaya berlangganan tersebut menjadi sumber pendapatan WhatsApp kala itu. Dengan diterapkannya kebijakan biaya berlangganan tersebut, pendapatan WhatsApp jadi lebih mudah untuk dibaca.

Misalnya, WhatsApp punya pengguna 10 orang maka pendapatan yang diperoleh adalah 10 dolar AS. Namun pada tahun 2016, Meta sebagai induk perusahaan WhatsApp menghentikan kebijakan biaya berlangganan itu.

WhatsApp akhirnya dibuat menjadi aplikasi pesan instan yang sepenuhnnya gratis. WhatsApp yang dikembangkan sejak 2009 oleh Brian Acton and Jan Koum, memang didesain sebagai platform perpesanan yang lebih murah untuk menyaingi SMS.

Baca juga: Cara Cek Apakah Whatsapp Kita Diblokir Orang Lain atau Tidak

WhatsApp tidak punya "barang dagangan" yang bisa dibeli pengguna di aplikasi, misal token, koin, dan sebagainya. Bahkan, WhatsApp juga tidak memasukkan iklan untuk memonetisasi platform, seperti yang dilakukan Line dan WeChat.

Sebagaimana dihimpun KompasTekno pada tahun 2016, Jan Koum pendiri sekaligus CEO WhatsApp kala itu berjanji tidak akan menyelipkan iklan di platform-nya.

"Bagaimana WhatsApp bisa tetap beroperasi tanpa ada pemasukan. Apakah bakal ada iklan dari pihak ketiga? Jawabannya tidak," kata Koum.

Dengan ketiadaan biaya langganan dan skema monetisasi lainnya, lantas WhatsApp dapat uang dari mana?

Alih-alih menyelipkan iklan di platform, WhatsApp punya cara tersendiri agar bisa memperoleh uang sekaligus membuat platform-nya gratis diakses pengguna.

Kini, WhatsApp memperoleh uang dari platform dengan layanan perpesanan khusus untuk kelas pebisnis atau pengusaha. Dengan jumlah pengguna yang dimiliki, WhatsApp menawarkan platform khusus agar pengusaha bisa berinteraksi dengan konsumennya.

Platform tersebut bernama WhatsApp Bussines API. Berbeda dengan WhatsApp Bussines versi biasa, WhatsApp Bussines API bisa diakses oleh banyak pengguna hanya menggunakan satu nomor.

Contoh dari penerapan WhatsApp Bussines API bisa dilihat dari customer service (CS) yang ada pada perusahaan besar, misalnya BCA, Indihome, dan sebagainya. Biasanya nomor WhatsApp CS pada perusahaan yang menggunakan WhatsApp Bussines API bakal muncul centang hijau.

Baca juga: Jangan Asal Pakai WhatsApp Aero, Ini Risikonya

Pengguna bisa menghubungi CS tersebut lewat nomor WhatsApp apabila terjadi keluhan terkait pelayanan. Sementara itu, CS juga bisa menghubungi pengguna jika ada informasi terbaru terkait layanan.

WhatsApp Business API memiliki sejumlah tagihan yang harus dibayar pengguna tiap bulannya. Tagihan itu dihitung berdasar tiap chat yang dilakukan antar pebisnis dengan konsumennya di WhatsApp Bussines API. Biaya tiap chat tersebut berbeda-beda di tiap negara.

WhatsApp Business API tidak bisa diunduh lewat toko aplikasi App Store atau Google Play Store. Pengguna yang ingin memperoleh layanan ini bisa menghubungi Meta Bussines Partners yang ada di tiap negara, dikutip dari laman resmi Meta for Developer.

Layanan ini telah dikembangkan WhatsApp sejak tahun 2016, bebarengan diberhentikannya biaya berlangganan. WhatsApp Bussines API kini menjadi sumber pemasukan perusahaan, menggatikan biaya berlangganan yang dulunya dilimpahkan ke pengguna.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

2 Cara Cek Kelayakan Bus Secara Online, Penting buat Memastikan Keselamatan

2 Cara Cek Kelayakan Bus Secara Online, Penting buat Memastikan Keselamatan

e-Business
'PUBG Mobile' PMSL SEA Summer 2024 Pekan Kedua Dimulai Hari Ini, Tim Indonesia di Tiga Besar

"PUBG Mobile" PMSL SEA Summer 2024 Pekan Kedua Dimulai Hari Ini, Tim Indonesia di Tiga Besar

Game
Tampilan WhatsApp di iOS Berubah, Begini Bedanya dengan yang Lama

Tampilan WhatsApp di iOS Berubah, Begini Bedanya dengan yang Lama

Software
Google Rilis AI Gemini 1.5 Pro, Bisa Analisis Lebih Banyak Data dan Input

Google Rilis AI Gemini 1.5 Pro, Bisa Analisis Lebih Banyak Data dan Input

Software
Menjajal Sennheiser Momentum True Wireless 4, TWS Premium Rp 5 Juta

Menjajal Sennheiser Momentum True Wireless 4, TWS Premium Rp 5 Juta

Gadget
Peringatan tentang AI yang Pintar Menipu dan Bahayanya bagi Manusia

Peringatan tentang AI yang Pintar Menipu dan Bahayanya bagi Manusia

Internet
Perbandingan Spesifikasi iPad Pro 2024 dan iPad Air 2024

Perbandingan Spesifikasi iPad Pro 2024 dan iPad Air 2024

Gadget
Meta Tutup Facebook Workplace, Jejaring Sosial Khusus Perkantoran

Meta Tutup Facebook Workplace, Jejaring Sosial Khusus Perkantoran

e-Business
5 Pro Player Wanita Asal Indonesia Jadi Pemain Utama Tim Mobile Legends di Perancis

5 Pro Player Wanita Asal Indonesia Jadi Pemain Utama Tim Mobile Legends di Perancis

Game
Pendiri Facebook Rayakan Ultah Ke-40, Nostalgia dan Pamer Foto Tempat Bersejarah di Hidupnya

Pendiri Facebook Rayakan Ultah Ke-40, Nostalgia dan Pamer Foto Tempat Bersejarah di Hidupnya

Internet
5 Smartphone dengan Radiasi Paling Tinggi, Xiaomi Mendominasi

5 Smartphone dengan Radiasi Paling Tinggi, Xiaomi Mendominasi

Gadget
HMD XR21 Resmi, Smartphone Tangguh Pertama Mantan Nokia

HMD XR21 Resmi, Smartphone Tangguh Pertama Mantan Nokia

Gadget
Oppo K12x Resmi dengan Baterai 5.500 mAh dan Fast Charging 80 Watt

Oppo K12x Resmi dengan Baterai 5.500 mAh dan Fast Charging 80 Watt

Gadget
Instagram Creator Marketplace, Jejaring Kreator IG-Brand Kini Ada di Indonesia

Instagram Creator Marketplace, Jejaring Kreator IG-Brand Kini Ada di Indonesia

Software
Google Umumkan Project Astra, Proyek AI yang Bisa 'Melihat' dari Kamera HP

Google Umumkan Project Astra, Proyek AI yang Bisa "Melihat" dari Kamera HP

Software
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com