Di akhir thread, Cathcart menekankan bahwa kritikannya terhadap Telegram ini bukan murni untuk mempromosikan WhatsApp semata. Dia mengatakan ada banyak opsi aplikasi chatting yang lebih aman dibanding Telegram, tidak hanya WhatsApp saja.
"Ada banyak aplikasi perpesanan yang bagus dan terenkripsi dari ujung ke ujung yang bisa dipilih. Apabila Anda tidak mau menggunakan WhatsApp, pilih salah satu dari aplikasi itu, jangan pakai Telegram," kata Cathcart.
This is a really important article from @DarrenLoucaides @Wired about Telegram. If you think Telegram is secure, you should read this article and understand the truth - especially before you use it for anything private.
Some really important points: https://t.co/WefbuS11Ov
— Will Cathcart (@wcathcart) February 10, 2023
Tak berapa lama, Telegram memberikan respons terhadap kritikan pedas yang dilontarkan bos WhatsApp. Juru bicara Telegram, Remi Vaughn membantah semua tudingan yang dilontarkan Cathcart, terutama soal enkripsi dari ujung ke ujung.
Menurut Vaughn, enkripsi end-to-end Telegram telah diverifikasi secara independen. Telegram mengeklaim sebuah tim dari Universitas Udine Italia telah memverifikasi protokol MTProto 2.0, sistem enkripsi yang dibuat Telegram. Laporan itu bisa diakses di file berikut.
Vaughn juga mengatakan tudingan di artikel Wired banyak memuat kesalahan. Telegram mengeklaim sudah memberikan responsnya kepada tim Wired, tetapi komentar itu diabaikan.
Alhasil, Cathcart mendapatkan informasi yang keliru. Hal ini juga ditulis pihak Telegram dalam blog resminya. Telegram mengatakan ada sejumlah kesalahan yang dibuat oleh Wired, salah satunya tentang isu pelacak lokasi.
Baca juga: Telegram Jawab Tuduhan WhatsApp, Sebut Bos WA Dapat Informasi Keliru
Telegram mengeklaim itur pelacakan lokasi hanya aktif apabila penguna menyalakan fitur tersebut secara sengaja. Karena itu, jumlah pengguna yang mengaktifkan pelacakan lokasi secara sengaja tidak mencapai 0,01 persen, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari GSM Arena.
WhatsApp dan Telegram sudah lama saling melempar kritik. Pada Oktober lalu misalnya, CEO Telegram Pavel Durov mengajak orang-orang untuk tidak menggunakan WhatsApp.
Melansir Independent, Durov menyebut bahwa peretas bisa mendapatkan akses penuh untuk semua data pengguna WhatsApp.
"Setiap tahun, kita semakin tahu beberapa masalah di WhatsApp yang merisikokan perangkat penggunanya. Tak peduli sekalipun Anda orang terkaya di dunia, apabila Anda menginstal WhatsApp di ponsel Anda, seluruh data Anda dari setiap aplikasi di ponsel akan diakses," kata Durov.
Mirip dengan tudingan Bos WhatsApp, Durov juga menyebut WhatsApp menanamkan "pintu belakang" agar bisa diakses pemerintah, penegak hukum, dan peretas untuk menembus enskripsi dan sistem keamanan lainnya.
Dia menilai WhatsApp tidak akan pernah benar-benar menjadi aplikasi yang aman, kecuali dirombak besar-besaran. Tak tinggal diam, bos WhatsApp lantas melempar "serangan balik" ke Durov.
"Saya tidak akan menggunakan Telegram untuk urusan privat apapun. Tidak seperti WhatsApp, Telegram tidak memiliki end to end encryption secara default dan tidak ada cara untuk mengaktifkan enkripsi di percakapan grup. Artinya, telegram telah menyalin percakapan Anda dan hal itu mengkhawatirkan saya," tulis Cathcart dalam twitnya tahun lalu.
I wouldn't use Telegram for anything private. Unlike WhatsApp, Telegram doesn't have default end-to-end encryption and no way to turn it on for groups. That means Telegram has a copy of your messages, and that worries me. @moxie said it best here: https://t.co/RIpl2xOmjO https://t.co/4zOZhVAxuS
— Will Cathcart (@wcathcart) October 7, 2022
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.