Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karyawan Dell Menolak Masuk Kantor saat Diminta WFO

Kompas.com - 15/05/2023, 09:27 WIB
Caroline Saskia,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

Sumber TechSpot

KOMPAS.com - Sejak pandemi Covid-19 melanda dunia, berbagai perusahaan menerapkan kebijakan bekerja dari rumah alias Work From Home (WFH), termasuk Dell.

Namun, baru-baru ini, COO (Chief Operating Officer) Dell, Jeff Clarke mengumumkan bahwa karyawannya harus masuk setidaknya tiga kali dalam seminggu.

Pengumuman ini membuat karyawan marah dan enggan kembali ke kantor. Pasalnya, pada 2021 lalu sebuah pernyataan dari Clarke membuat karyawan percaya bahwa mereka bisa bekerja dari rumah seterusnya.

Kala itu, Clarke mengatakan bahwa Dell telah berinvestasi besar agar karyawan bisa bekerja dari rumah.

Pernyataan tersebut kemudian mengindikasikan bahwa Dell akan memberlakukan WFH seterusnya.

"Setelah semua investasi ini untuk memungkinkan bekerja dari jarak jauh, kami tidak akan pernah kembali seperti semula," kata Clarke kala itu.

Baca juga: Perusahaan Produsen Komputer Dell PHK 6.600 Karyawan

Pengumuman agar karyawan kembali ke kantor setidaknya tiga kali seminggu disampaikannya melalui e-mail perusahaan.

Clarke menjelaskan bahwa Dell tengah melakukan peralihan secara bertahap. Kebijakan baru ini juga memperbolehkan karyawan memilih hari kerja menyesuaikan jadwal dari masing-masing karyawan.

Karyawan yang memiliki tempat tinggal cukup jauh dari perusahaan diminta untuk segera mengatur jadwalnya, agar dapat kembali ke kantor dan mempermudah proses transisi.

Jadi, mandat tersebut akan diberlakukan terlebih dahulu untuk karyawan yang tinggal dekat kantor, dengan jarak tempuh (rumah-kantor) kurang lebih satu jam.

Karyawan tetap menolak

Ilustrasi work from home.Dok. Pexels/Vlada Karpovich Ilustrasi work from home.

Para pekerja menolak untuk masuk kantor dan mencurigai bahwa Dell tengah melakukan pemangkasan secara halus, sebagaimana dikutip KompasTekno dari Tech Spot, Senin (15/5/2023).

Karyawan Dell berspekulasi bahwa keputusan untuk kembali ke kantor menjadi siasat perusahaan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Bahkan, beberapa di antara karyawan ada yang memilih mengundurkan diri, alias resign, ketimbang harus kembali ke kantor.

Keputusan untuk kembali ke kantor juga dinilai bertolak belakang dengan pernyataan CEO Dell, Michael Dell, di akun LinkedIn-nya pada September tahun lalu. Unggahan tersebut menyebut budaya kerja hybrid adalah kunci.

“Beberapa kawan saya yang menjadi CEO di industri teknologi tengah mendorong timnya untuk kembali penuh ke perusahaan atau hadir secara fisik,” tulis Michael Dell.

“Namun, dari pengalaman saya, jika Anda menghitung jam kerja seperti budaya tradisional di kantor untuk menciptakan kolaborasi dan rasa kepemilikan dalam organisasi, Anda melakukannya dengan cara yang salah,” tambah bos Dell tersebut.

Baca juga: Dell Inspiron 3020 Resmi di Indonesia, PC Desktop Harga Mulai Rp 9 Jutaan

Menurut salah seorang karyawan yang tidak disebutkan namanya, kebijakan untuk masuk tiga kali dalam seminggu tidak sejalan dengan jadwal kerja yang diberlakukan Dell pada 2021 lalu. Sebelumnya, karyawan hanya perlu bekerja satu hingga dua hari dalam seminggu di kantor.

Alasan lain untuk tidak kembali ke kantor karena perusahaan memiliki fasilitas, tempat parkir, dan infrastruktur yang kurang memadai, tidak ada tempat penitipan anak, dan harus bekerja di satu ruangan secara bersama-sama.

WFH tidak selamanya indah

Namun, bukan berarti bekerja sepenuhnya di rumah adalah opsi dan solusi yang terbaik. Salah satu karyawan yang sudah WFH selama 15 tahun mengatakan lewat forum The Layoff bahwa pandemi Covid-19 cukup berdampak pada kinerja karyawan baru.

Ia mengeklaim bahwa karyawan yang baru masuk tidak mendapatkan pelatihan dan supervisi yang memadai untuk meningkatkan kinerja mereka. Dalam kasus ini, bekerja dari rumah menjadi tidak sepenuhnya efektif.

“(Karyawan) junior mengirimkan meme bahwa menggunakan teks lebih baik ketimbang menelepon orang. Tidak ada inisiatif mengerjakan pekerjaan dan tidak ada yang membantu mereka. Tidak ada orang di sekitar mereka yang belajar, atasan mereka tidak ada, karena tidak punya skill mereka hanya terdiam,” ujar salah satu karyawan.

Karyawan senior juga kerap bekerja dua kali karena harus membetulkan pekerjaan yang salah dari karyawan baru.

“Kami harus memandu mereka (karyawan baru) atau mengerjakan pekerjaan itu guna mendukung mereka. Hal tersebut berdampak pada gaji tim dan kami bekerja dua kali untuk memikul hasil kerja yang salah dari karyawan yang direkrut langsung dari kampus,” keluh karyawan itu.

Baca juga: Dell Pamer Laptop dengan Layar Lipat dan Tanpa Keyboard

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com