Jauh sebelum ketiga engineer nongkrong bareng di Denny's, salah satu dari mereka, Jensen Huang, pernah bekerja sebagai pelayan di sana.
Menurut Huang yang sekarang jadi CEO dan frontman Nvidia dengan jaket kulitnya, pengalaman tersebut mengubah dirinya yang tadinya pemalu menjadi pede.
Kalau bukan karena pengalaman bekerja di restoran, kata Huang, dia tidak bakal menjadi pemimpin Nvidia hari ini.
Huang sendiri merupakan imigran dari Taiwan. Dia lahir di negara tersebut pada 1963 dan pindah ke Amerika Serikat ketika berumur 9 tahun.
Dia menempuh pendidikan di sekolah asrama Baptist di Kentucky yang sebenarnya merupakan kekeliruan karena keluarganya salah mengira tempat itu sebagai sekolah swasta.
Namun, hal tersebut justru memberi Huang bekal lain karena di sana dia belajar untuk bekerja keras. Salah satu tugas hariannya sebagai siswa asrama adalah membersihkan semua toilet di gedung sekolah yang terdiri dari tiga lantai.
Baca juga: Nvidia Mungkinkan Gamer Ngobrol Langsung dengan Karakter Game
Huang melanjutkan pendidikan di jurusan teknik kelistrikan di Oregon State University. Di sinilah tumbuh minatnya terhadap industri komputer.
Dia kemudian lulus pada 1984, di saat komputer mulai turun gunung dari ranah korporat ke mainstream, serta tahun di mana Apple merilis Macintosh pertama dan istilah "cyberspace" diperkenalkan ke khalayak.
Sampai saat pindah tongkrongan dari Denny's, calon perusahaan baru Priem, Malachowsky, dan Huang masih belum bernama. Mereka pun putar otak untuk mendapat nama yang sekiranya cocok.
"(Nama perusahaan) Jangan pakai kata sungguhan dan jangan menggambarkan apa yang kita lakukan," ujar Huang memberi kriteria kepada Malachowsky. Tapi apa namanya?
Di masa tersebut, chip grafis biasanya dikenal dengan julukan yang hanya terdiri dari dua huruf. Priem terpikir kombinasi dua huruf "N" dan "V" yang jika dibaca berurutan akan berbunyi mirip kata "Envy" (iri) dalam bahasa Inggris.
Baca juga: Nvidia Umumkan Jajaran GPU RTX 4060 Series Terbaru
Mereka sepakat menamai startup-nya sebagai "Nvision". Nama ini dipandang bukan diambil dari kata yang sungguh ada dan tidak menggambarkan kegiatan bisnis perusahaan.
Priem lalu pergi mencari mesin penjawab telepon dengan niat merekam suaranya. Namun, dia tersadar bahwa nama Nvision ternyata sudah dipakai oleh beberapa perusahaan lain, termasuk perusahaan pembuat tisu toilet.
Prim kemudian membuka-buka kamus bahasa Latin dan mencari terjemahan "envy". Ditemukanlah kata "Invidia". Lantas dia menghilangkan huruf pertama sehingga menjadi "Nvidia" dan mulai merekam suaranya di mesin penjawab telepon.