Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Moch S. Hendrowijono
Pengamat Telekomunikasi

Mantan wartawan Kompas yang mengikuti perkembangan dunia transportasi dan telekomunikasi.

kolom

Starlink, Ancaman Nyata GEO dan Operator Seluler

Kompas.com - 11/09/2023, 08:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Starlink – dan kawan-kawannya tadi – harus terus bergerak untuk memberi layanan kepada pelanggannya. Satelit LEO terbang memutari bumi dengan kecepatan 27.000 km/jam dalam waktu 90 menit.

Sementara satelit MEO (medium earth orbit) berkeliling bumi di ketinggian di atas 2.000 km, dan satelit GEO (geostationer earth orbit) diam, dipanteng di ketinggian 36.000 km di atas bumi, di posisi tetapnya.

Misalnya satelit Satria1 yang ditaruh di lokasi 146º bujur timur, atau satelit milik Bank BRI yang diluncurkan pada 18 Juni 2016 yang menempati slot 105,5 º bujur timur bekas pakai satelit Palapa C2, harus selalu diam di tempatnya.

Satelit, baik LEO, MEO maupun GEO, selalu terpengaruh gaya tarik bumi yang bisa membuat mereka melenceng dari slot atau ketinggiannya sehingga harus sering dikembalikan ke posisinya.

Aksi koreksi ini dilakukan dengan menghidupkan roket yang dibawa tiap satelit. Makin sering satelit dikoreksi, makin pendek usianya. Rata-rata usia satelit GEO 15 tahun, bisa 20 tahun kalau satelitnya anteng.

Satelit GEO Satria1 beratnya 4,6 ton tingginya 6,5 meter, sementara satelit LEO lebih kecil, bandingannya seperti bus antarkota dengan kulkas mini.

Satelit LEO sering dikoreksi dampak gravitasi yang lebih besar akibat posisinya lebih dekat ke bumi, sehingga usia rata-ratanya lima tahun, kemudian dijatuhkan ke bumi berupa serpihan hangus saat masuk atmosfer.

Satelit LEO yang mati bisa saja ditangkap, diturunkan pelan-pelan, dipenuhi tangki roketnya, diluncurkan lagi, beroperasi lagi. Namun belum tahu mana lebih untung membiarkannya gosong atau menyegarkannya kembali.

Satelit GEO punya cakupan (footprint) yang umumnya tidak berubah. Starlink punya cakupan sesuai jejak orbitalnya saat terbang memutari bumi.

Untuk melayani satu koordinat atau titik tertentu di bumi harus ada 48 satelit, berkomunikasi masing-masing selama 10 menit mulai terbit sampai tenggelamnya lalu digantikan satelit berikutnya.

Akan ada 42.000 satelit Starlink untuk meliput semua permukaan bumi.

Biaya pembangunan satelit GEO mahal, sekitar Rp 8 triliun, plus dari 250 juta dollar AS biaya peluncurannya, belum biaya operasinya.

Pabrikasi dan peluncuran satelit LEO lebih murah, biaya operasinya sangat mahal. Jadinya, biaya akses Starlink mahal, antara 200 dollar AS/bulan atau sekitar Rp 3 juta, sampai 599 dollar AS/bulan atau Rp 9,5 juta.

Menkes Budi Gunadi Sadikin pernah bilang akan menawar biaya akses itu jadi Rp 300.000 kelak ketika jumpa Musk. Masalahnya apakah Elon Musk mau memberi subsidi khusus untuk puskemas se-Indonesia dan sampai kapan.

Kapasitas unduh Starlink antara 100 megabit/detik (Mbps) hingga 200 Mbps dengan masa jeda (latensi) hanya 20 milidetik/milisecond (ms). Jauh dari kemampuan operator seluler, menurut hasil tes Ookla.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com