Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Sri Safitri, ST, B.Eng (Hons), M. Eng
Head of Education Ecosystem PT Telkom Indonesia Tbk

Dr. Sri Safitri, ST, B.Eng (Hons), M. Eng adalah Head of Education Ecosystem PT Telkom Indonesia Tbk. Sebelumnya adalah Direktur Marketing Telkomtelstra, perusahaan patungan Telkom Indonesia dan Telstra Australia.
Uni Fitri, sapaannya, merupakan Doktor Manajemen Universitas Brawijaya, juga pembicara internasional dan aktif di asosiasi industri seperti ACIOA (ASEAN CIO Association) sebagai Konselor Indonesia.
Saat ini, juga menjabat Wakil Ketua Indonesia Cyber Security Forum (ICSF), Co-Founder Indonesia Blockchain Society (IBS), Ketua Umum Indonesia CX Professional (ICXP), Secretary General Partnership Kolaborasi Riset dan Inovasi Kecedasan Artifisial (KORIKA) dan President FAST (Forum Alumni Universitas Telkom) 2021-2025.

kolom

Transformasi Telco Menjadi Techco atau Terkubur?

Kompas.com - 24/12/2023, 09:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Model bisnis ini memiliki keunggulan yang membuat perusahaan telekomunikasi menjadi rangkaian aktivitas yang bernilai bagi konsumen dan menguatkan bisnis inti perusahaan.

Hal ini akan menghasilkan layanan-layanan baru, membangun ekosistem lebih baik, menciptakan strategi berbasis wawasan, dan memberikan pengalaman lebih baik melalui inovasi teknologi yang berbasis digital.

3. Fokus pada Front-end Digital

Model Mobile Virtual Network Operator (MVNO) adalah strategi perusahaan telekomunikasi yang berfokus pada front-end penjualan dan pemasaran serta menyerahkan konektivitas dan sebagian besar layanan kepada pemain lain.

Model MVNO memungkinkan perusahaan telekomunikasi untuk meningkatkan atau menurunkan skala dengan lebih fleksibel seiring dengan perubahan volume kebutuhan permintaan, sehingga dapat meningkatkan margin serta mengurangi biaya.

Tantangannya adalah mempertahankan jumlah pelanggan di sektor yang sangat kompetitif walaupun keadaan bisnis konektivitas semakin terkomoditisasi.

Kesuksesan dalam bisnis front-end digital memerlukan ekosistem kemitraan serta aliansi yang prudent. Model bisnis ini juga lebih fokus pada inovasi produk serta peningkatan kualitas customer experience.

4. Melakukan lompatan dari Telco ke Techo

Bagi banyak perusahaan telekomunikasi, kepentingan strategis utama dan menyeluruh mereka adalah menata ulang diri secara mendasar sebagai perusahaan teknologi.

Dan banyak dari mereka yang mencoba menyebut diri mereka “perusahaan teknologi” ketika mereka mencoba untuk beralih dari merek tradisional mereka sebagai penyedia infrastruktur jaringan.

Mereka bersandar pada klaim tersebut dengan meluncurkan produk dan layanan baru yang membantu mereka meningkatkan teknologi.

Namun kecil kemungkinannya mereka akan mencapai hal ini tanpa mitra seperti hyperscaler atau penyedia solusi aplikasi berbasis industri lainnya.

Pada dasarnya, perusahaan telekomunikasi menggabungkan jaringan dan aplikasi/solusi dari mitra untuk membantu mereka mencapai branding perusahaan teknologi yang didambakan.

Hal ini menyebabkan batas-batas tersebut menjadi semakin kabur ketika para pelaku hyperscaler mengembangkan strategi inovasi mereka dan memajukan agenda mereka yang berkantong tebal.

Pada saat sama, perusahaan-perusahaan telekomunikasi lama menganut pola pikir terlalu besar untuk gagal.

Setelah mengambil langkah-langkah strategis di atas, tentu bukan berarti tantangan telah berlalu begitu saja.

Terdapat beberapa hal yang wajib dipertimbangkan agar mempercepat kemajuan perusahaan telekomunikasi dari Telco ke Techo. Percepatan tersebut dapat diwujudkan melalui beberapa hal sebagai berikut :

Pertama, tetap menyesuaikan perusahaan dengan kebutuhan pelanggan. Kemampuan untuk berpikir “outside-in” adalah kunci untuk membangun bisnis yang berpusat pada pelanggan.

Teruslah mencari tahu ke luar organisasi dan industri (benchmark) untuk memastikan bahwa perusahaan menawarkan customer experience terbaik, dan tidak kalah dengan pesaing.

Kedua, lakukan langkah transformasi dengan tangkas dan terstruktur. Bentuk dari perubahan atau transformasi harus dijabarkan menjadi langkah-langkah spesifik, urutan, dan lalu buat perencanaan implementasi, hal ini biasa disebut dengan Action Plan.

Tetaplah lakukan evaluasi dari setiap langkah yang sudah diimplementasi dengan memastikan keberhasilan perubahan tersebut, atau biasa disebut dengan mekanisme trial and error.

Ketiga, tingkatkan daya tahan. Harus menghadapi tantangan dengan tekad yang besar, serta tahan banting, dan bersiaplah untuk menghadapi hal yang tidak terduga, bahkan kegagalan, dan harus terus menanamkan diri, bahwa kegagalan adalah sebuah pelajaran.

Keempat, manfaatkan teknologi baru. Terus mengeksplorasi serta bereksperimen dengan peluang teknologi yang tersedia melalui cloud, machine learning, artificial intelligence (AI) dan data science.

Kelima, Human-Centered. Meskipun saat ini perkembangan teknologi sangat pesat, termasuk seperti kecerdasan buatan (Al) dan otomatisasi, sangat penting dalam mengembangkan interaksi konsumen yang lebih lancar.

Anda harus tetap menjaga agar customer tetap dilayani secara ‘nyata’ dan manusiawi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com