Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Jensen Huang, Dulu Tukang Cuci Piring, Kini Orang Nomor Satu di Nvidia

Kompas.com - 27/05/2024, 11:01 WIB
Lely Maulida,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pendiri sekaligus CEO Nvidia, Jensen Huang, kini menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Harta Huang melejit pada tahun 2023 berkat saham Nvidia yang melonjak, seiring dengan permintaan chip kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang tinggi.

Mengutip Index Miliarder Blomberg per Jumat (24/5/2025), kekayaan Huang mencapai 91,3 miliar dollar AS (sekitar Rp 1.464 triliun), naik dari 77 miliar dollar AS (sekitar Rp 1.234 triliun) per awal tahun ini. Jumlah itu mengantarkan Huang ke peringkat 17 dari daftar orang terkaya di dunia.

Nvidia juga dinobatkan sebagai salah satu perusahaan paling bernilai di dunia dengan kapitalisasi pasar senilai 2,59 triliun dollalr AS, naik 259,63 persen dibanding tahun lalu, dikutip dari Atock Analysis.

Baca juga: Nvidia Jadi Perusahaan Paling Berharga Ketiga di Dunia, Salip Perusahaan Minyak Arab Saudi

Perusahaan semikonduktor ini menempati peringkat ketiga sebagai perusahaan paling bernilai di dunia setelah Microsoft dan Apple.

Lantas siapa sebenarnya Jensen Huang dan bagaimana dia bisa membuat Nvidia menjadi sebesar sekarang?

Pernah jadi tukang cuci piring

Jensen Huang merupakan pria kelahiran Tainan, Taiwan pada tahun 1963. Namun sejak kecil dia dan keluarganya nomaden alias berpindah-pindah tempat tinggal.

Pada usia sekitar 5 tahun, keluarga Huang pindah ke Thailand. Di Negeri Gajah Putih itu, dia juga tidak tinggal lama. Bahkan setelah ayahnya menjadi bagian dari program pelatihan pekerja di Amerika Serikat oleh produsen AC, Carrier, Huang direncanakan ikut pindah ke AS.

Ayahnya merasa ada banyak peluang di AS. Di samping itu, kondisi geopolitik di Thailand saat itu tidak stabil di tengah perang Vietnam.

Guna menyiapkan anaknya di AS, ibu Huang yang belum mahir berbahasa Inggris kala itu, ikut belajar bersama anak-anaknya. Huang dan saudara laki-lakinya diminta menghafalkan 10 kata dari kamus bahasa Inggris, setiap harinya.

Pada usia 9 tahun, Huang bersaudara dikirim ke pamannya di Tacoma. Keduanya lalu tinggal di sebuah asrama khusus laki-laki atau semacam pesantren bernama Oneida Baptist Institute di Oneida, Kentucky. Pamannya sempat mengira ini adalah sekolah biasa tetapi memiliki asrama.

Seiring waktu, keluarga inti Huang akhirnya berkumpul dan menetap di Portland, Oregon. Di sana pula Huang bermain tenis dan menempuh pendidikan sekolah menengah atas. Dia lulus pada usia 16 tahun, dua tahun lebih awal dibanding usia pada umumnya.

Baca juga: Bos Nvidia Jensen Huang Makin Tajir berkat AI, Sekian Harta Kekayaannya

CEO Nvidia, Jensen HuangNvidia CEO Nvidia, Jensen Huang

Lulus SMA, Huang bekerja sebagai tukang cuci piring di restoran khas hidangan AS. Meski menjadi pencuci piring, pekerjaan pertama itu sering dikenang dan menjadi pengalaman berharga bagi Huang. Dia juga merasa bangga ketika bisa alih peran menjadi pelayan restoran.

Huang lalu melanjutkan pendidikan sarjana di bidang elektro di Oregon State University. Di sini pula Huang bertemu dengan calon istrinya, Lori karena menjadi rekan lab di kelas teknik elektro.

Lulus dari sana pada tahun 1984, Huang bekerja di sejumlah perusahaan teknologi termasuk AMD yang kini menjadi kompetitor Nvidia, hingga LSI Logic yang sekarang dimiliki Broadcom.

Pada saat yang sama, dia belajar di malam hari dan akhir pekan hingga pria dengan nama dengan asli Jen-Hsun itu mendapat gelar master (S2) dari Stanford University dengan jurusan yang sama pada tahun 1992.

Berbekal pengalaman bekerja di bidang teknik termasuk sebagai perancang mikroprosesor, Huang mendirikan Nvidia pada tahun 1993 bersama rekannya, Chris Malachowsky dan Curtis Priem.

Perusahaan ini digagas di restoran Denny's, di East San Jose. Namun saat itu Huang yang sudah berusia 30 tahun, bukan pencuci piring di restoran khas AS itu lagi.

Saat itu, Huang dan rekannya hanya punya modal 40.000 dollar AS, tetapi mereka memahami apa yang akan terjadi di dunia komputasi.

Baca juga: Sejarah Nvidia, Produsen Kartu Grafis yang Berawal dari Nongkrong Sambil Ngopi

30 tahun jadi CEO

Sejak didirikan, Huang menjabat sebagai CEO Nvidia. Di bawah kepemimpinannya, Nvidia berkembang hingga menjadi perusahaan bernilai triliunan dollar seperti saat ini.

Salah satu kesuksesannya boleh jadi berkat kepemimpinannya yang lebih suka bekerja dengan orang yang ingin membangun inovasi, bukan orang yang berupaya merebut pangsa pasar dengan cara memangkas harga atau memoles teknologi yang sudah ada sebelumnya.

CEO Nvidia, Jensen HuangNvidia CEO Nvidia, Jensen Huang

Bagi Huang, kemampuan untuk memilih adalah hal yang begitu penting. Nvidia sendiri memilih melakukan hal yang sangat sulit dilakukan karena beberapa alasan. Salah satunya karena hal tersebut bisa menginspirasi dan meminimalisasi persaingan.

Dengan mewujudkan hal yang belum pernah ada dan bersabar memberikan kesempatan kepada orang berbakat, Huang yakin "orang-orang hebat akan terus melakukan hal hebat", dilansir dari Quartr.

Masih soal kepemimpinannya, di kantor, Huang tidak memiliki meja karena ia memilih berkeliling di sekitar gedung dan bekerja di sejumlah ruang konferensi yang ia lewati.

Dia juga sering makan di kantin dan berbincang bersama para staf untuk makan siang atau makan malam.

Cara itu dijalankan Huang demi menjaga budaya yang sudah lestari di Nvidia. Ia lebih memilih banyak berinteraksi dengan karyawan ketimbang melakukan wawancara dengan media massa.

Kini baik Jensen Huang maupun Nvidia tengah naik daun seiring dengan tingginya permintaan chip AI dari berbagai perusahaan di seluruh dunia berkat berkembangnya AI generatif.

Baca juga: Rutinitas CEO Nvidia Jensen Huang, Kerja 14 Jam Sehari dan Sering Makan di Kantin Bareng Karyawan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com