Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Data PDNS Kena Ransomware dan Tak Ada "Backup", DPR: Ini Kebodohan

Kompas.com - 28/06/2024, 09:52 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid mengkritik pemerintah soal Pusat Data Nasional Sementara 2 (PDNS 2) yang kena serangan ransomware dan tidak memiliki data cadangan (backup).

Kritikan keras itu dilontarkan Meutya dalam rapat antara Komisi I DPR, Kementerian Kominfo, serta Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), di gedung DPR Senayan, Jakarta, Kamis (27/6/2024).

"Ini kebodohan aja sih, Pak," kata Meutya dalam rapat antara Komisi I DPR, Kominfo, dan BSSN di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, yang disirakan langsung di saluran YouTube Komisi I DPR RI, Kamis (27/6/2024).

Dalam rapat yang berlangsung selama hampir 4 jam itu, Kominfo dan BSSN dituntut penjelasan mengenai serangan PDN yang membuat layanan publik lumpuh selama berhari-hari.

Salah satu yang dicecar adalah Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letjen (Purn) Hinsa Siburian.

Dalam keterangannya, Hinsa mengatakan bahwa data PDN Semetara di Surabaya yang diserang ransomware hanya memiliki backup sekitar 2 persen. Padahal ekosistem PDNS ada tiga, PDNS 1 di Serpong, PDNS 2 di Surabaya, dan Cold site di Batam.

Permasalahan utama, kata Hinsa, adalah tata kelola dan tidak adanya backup data.

"Seharusnya, data yang ada di PDNS Surabaya seharusnya dicadangkan semua dan persis di Batam. Analoginya, ketika PDNS Surabaya mati listrik, tinggal hidupkan genset di Batam," kata Hinsa.

Baca juga: Data di Pusat Data Nasional yang Diserang Ransomware Tidak Bisa Dipulihkan

Data backup menjadi penting di kala kondisi krisis seperti adanya serangan siber. Dengan memiliki cadangan sistem dan data elektronik yang terbaru, pemilik data dapat dengan cepat memulihkan sistem dan data elekronik yang terkena serangan siber, seperti kasus serangan siber ke PDNS 2 Surabaya ini.

Namun, kenyataannya, menurut Hinsa, hanya ada 2 persen data yang ter-backup di cold site Batam dari seluruh data yang ada di PDNS Surabaya.

Masalah inilah yang diyakini membuat pemerintah tak bisa memulihkan data yang diretas dan berdampak pada layanan publik, terutama layanan keimigrasian.

"Kita ada kekurangan di tata kelola. Kita memang akui itu. Dan itu yang kita laporkan juga, karena kita diminta apa saja masalah kok bisa terjadi, itu salah satu yang kita laporkan," ujar Hinsa.

Meutya membantah pernyataan Hinsa. Menurut politisi sekaligus ketua DPP Partai Golkar itu, persoalan peretasan PDN bukanlah masalah tata kelola, melainkan kebodohan semata.

"Kalau enggak ada backup, itu bukan tata kelola sih, Pak. Kalau alasannya ini.. kan kita enggak hitung Batam backup kan, karena cuma dua persen. Berarti itu bukan tata kelola, itu kebodohan saja sih, Pak," tukas Meutya.

"Iya," ucap Hinsa.

"Punya data nasional dipadukan seluruh kementerian harusnya, untung katanya ada beberapa kementerian belum comply, belum gabung. Masih untung orang Indonesia," kata Meutya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Kompas Tekno (@teknokompas)

Meutya menyebut Imigrasi lah yang paling patuh menyetor data ke PDN, sehingga mereka yang paling tidak selamat dalam kasus serangan ransomware ke PDNS Surabaya ini.

"Yang paling patuh Imigrasi saya dengar. Itu yang paling enggak selamat. Intinya jangan bilang lagi tata kelola, Pak. Karena ini bukan masalah tata kelola, ini masalah kebodohan. Punya data nasional tidak ada satupun backup berarti kan?" imbuh Meutya.

Baca juga: Kominfo Benarkan Layanan Imigrasi Down karena Gangguan di Sistem Pusat Data Nasional

PDNS diserang ransomware 20 Juni

Ilustrasi ransomware LockBit 3.0 Brain Chiper yang serang server PDNS. Pemerintah gagal lawan peretas PDN, siapa yang harus bertanggung jawab.SHUTTERSTOCK/ANDREY_POPOV Ilustrasi ransomware LockBit 3.0 Brain Chiper yang serang server PDNS. Pemerintah gagal lawan peretas PDN, siapa yang harus bertanggung jawab.
Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 Surabaya milik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengalami serangan ransomware Brain Cipher pada Kamis (20/6/2024).

Ransomware sendiri merupakan program jahat (malware) yang mengunci data di komputer dengan enkripsi, lalu berusaha memeras korban dengan meminta tebusan. Ransomware ini merupakan salah satu varian terbaru dari Lockbit 3.0.

Serangan itu tidak hanya mengakibatkan gangguan terhadap sejumlah layanan, tetapi juga membuat data milik 282 kementerian/lembaga dan pemerintah daerah di PDNS terkunci dan tersandera peretas.

Hacker meminta tebusan sebesar 8 juta dollar AS (sekitar Rp 131,2 miliar). Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menyatakan bahwa pemerintah tidak akan memenuhi tuntutan peretas.

"(Pemerintah) tidak akan (memenuhi tuntutan peretas)," ujar Budi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, 24 Juni 2024.

Hingga Senin, (24/6/2024), pemerintah masih berupaya membereskan dampak peretasan yang dialami sistem PDN.

Selain itu, pemerintah juga melakukan pemindahan sementara aktivitas yang berhubungan dengan imigrasi ke Amazon Web Service (AWS) karena sistem di PDN masih terganggu.

Baca juga: Pusat Data Nasional Diserang Ransomware, Hacker Minta Tebusan Rp 131 Miliar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

100 Game Terlaris di Steam Deck, 'Elden Ring' Nomor 1

100 Game Terlaris di Steam Deck, "Elden Ring" Nomor 1

Game
Game 'Zenless Zone Zero' Sudah Bisa Di-download, Simak Spesifikasinya

Game "Zenless Zone Zero" Sudah Bisa Di-download, Simak Spesifikasinya

Game
Saat Hacker Kasihani Pemerintah Indonesia dengan Janji Beri 'Kunci' Data PDN Cuma-cuma…

Saat Hacker Kasihani Pemerintah Indonesia dengan Janji Beri "Kunci" Data PDN Cuma-cuma…

e-Business
Cara Keluar, Hapus, dan Menonaktifkan Komunitas WhatsApp

Cara Keluar, Hapus, dan Menonaktifkan Komunitas WhatsApp

Software
Video: Unboxing dan Hands-on Tecno Pova 6 Free Fire Edition

Video: Unboxing dan Hands-on Tecno Pova 6 Free Fire Edition

Gadget
Cara Membuat Undangan di Grup WhatsApp lewat Menu Baru “Event”, Mudah

Cara Membuat Undangan di Grup WhatsApp lewat Menu Baru “Event”, Mudah

Internet
Serangan Ransomware PDN, Pemerintah Tolak Bayar Tebusan, Hacker Malah Kasih 'Kunci' Gratis

Serangan Ransomware PDN, Pemerintah Tolak Bayar Tebusan, Hacker Malah Kasih "Kunci" Gratis

Internet
10 HP Android Mid-Range Terkencang Juni 2024 Versi AnTuTu

10 HP Android Mid-Range Terkencang Juni 2024 Versi AnTuTu

Gadget
Hacker PDN: Semoga Indonesia Sadar Pentingnya Keamanan Siber dan SDM Kompeten

Hacker PDN: Semoga Indonesia Sadar Pentingnya Keamanan Siber dan SDM Kompeten

Internet
iPhone X Resmi Jadi HP 'Jadul'

iPhone X Resmi Jadi HP "Jadul"

Gadget
Mengenal Brain Cipher, Hacker yang Klaim Bakal Kasih Kunci Data PDNS Gratis

Mengenal Brain Cipher, Hacker yang Klaim Bakal Kasih Kunci Data PDNS Gratis

e-Business
Begini Tampilan Situs Dark Web yang Dipakai Hacker PDN untuk Minta Maaf ke Warga Indonesia

Begini Tampilan Situs Dark Web yang Dipakai Hacker PDN untuk Minta Maaf ke Warga Indonesia

Internet
Apa dan Bagaimana Hadapi Ransomware? (Bagian II-Habis)

Apa dan Bagaimana Hadapi Ransomware? (Bagian II-Habis)

Internet
Ada Ancaman Ransomware, Pengguna PC Windows Diimbau Segera Update Sebelum 4 Juli

Ada Ancaman Ransomware, Pengguna PC Windows Diimbau Segera Update Sebelum 4 Juli

Internet
Hacker PDN Beri Kunci Enkripsi Gratis, Buka Dompet Donasi Sumbangan Seikhlasnya

Hacker PDN Beri Kunci Enkripsi Gratis, Buka Dompet Donasi Sumbangan Seikhlasnya

Internet
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com