Adapun non-state actor merupakan individu atau organisasi yang tidak terikat, dioperasikan, atau didanai pemerintah atau negara tertentu.
Respons Budi Arie tersebut lantas "disemprot" oleh Anggota Komisi I DPR RI Sukamta.
"Saya satu sisi senang pak Menteri (Budi) jadi religius, bersyukur di tengah serangan begini. Tapi saya prihatin pak, bapak bersyukur di tengah serangan hebat bagi negara, mengucapkan alhamdulillah ya bagus, disyukuri," kata Sukamta.
"Tapi menurut saya lebih tepat innalillahi pak daripada alhamdulillah, karena ini persoalan keamanan nasional. Yang saya ungkap tadi (data) punya BAIS dan Polri pak, dijual bebas sekarang dan bisa diunduh. Begitu kok alhamdulillah pak," imbuhnya.
Baca juga: Data di Pusat Data Nasional yang Diserang Ransomware Tidak Bisa Dipulihkan
Sukamta menekankan sikap seperti ini memprihatinkan, dan tidak semestinya Budi Arie menyebutkan alhamdulillah.
"Jangan mengecilkan (masalah) pak," tegas Sukamta sebagaimana dikutip KompasTekno dari live stream Komisi I DPR RI yang bisa disimak di YouTube.
Respons tersebut langsung dilanjutkan oleh kesimpulan rapat kerja Komisi I DPR RI, sehingga tidak dijawab oleh Budi Arie.
Diberitakan sebelumnya, Kepala BSSN Hinsa Siburian mengonfirmasi bahwa gangguan server di PDN disebabkan oleh ransomware.
"Perlu kami sampaikan bahwa insiden pusat data sementara ini adalah serangan siber dalam bentuk ransomware, dengan nama brain cipher ransomware," kata Hinsa.
Ransomware sendiri adalah program jahat (malware) yang dapat mengunci data di komputer dengan enkripsi. Pelaku penyebar ransomware lalu akan memeras korban dengan meminta tebusan dalam jumlah tertentu untuk membuka kunci tersebut.
Brain cipher ransomware, menurut Hinsa, merupakan pengembangan terbaru dari ransomware Lockbit 3.0.
"Jadi memang di dark web (situs gelap) itu ada jalan dan kita ikuti, mereka (pihak yang menyebar ransomware) minta tebusan ada 8 juta dollar AS. Demikian," kata Direktur Network dan IT Solutions Telkom Herlan Wirjanako.
Herlan mengonfirmasi bahwa data yang dikunci dengan enkripsi itu tidak bisa dipulihkan.
Menurut Herlan, hasil audit sementara yang dilakukan tim BSSN menunjukkan bahwa kondisi data tersebut dienkripsi, tetapi di tempat, yakni di Surabaya. Akses PDN tersebut sudah diputus agar ransomware tidak menular.
"Sekarang sistem PDNS itu sudah kami isolasi, tidak ada yang bisa mengakses. Kita putus akses dari luar. Insya Allah (data yang dienkripsi) tidak bisa disalahgunakan," kata Herlan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.