Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena BYOD Perlu Diantisipasi Perusahaan

Kompas.com - 24/07/2013, 11:20 WIB
Didit Putra Erlangga Rahardjo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tren penggunaan perangkat elektronik pribadi di lingkungan kerja atau bring your own device (BYOD) yang mulai marak dalam lima tahun terakhir perlu diantisipasi oleh perusahaan dengan perombakan arsitektur jaringan teknologi informasi menuju era nirkabel. Tidak sekadar menjawab tuntutan keadaan tapi bisa menekan biaya operasional hingga 50 persen.

Analisa tersebut diutarakan oleh Presiden Direktur Dimension Data, Yudi Hamka, Selasa (23/7). Dimension Data adalah perusahaan penyedia jasa integrasi jaringan yang beroperasi sejak tahun 1995. Awalnya bernama Datacraft hingga akhirnya diakuisisi NTT Group dari Jepang pada tahun 2010.

Menurut Yudi, fenomena BYOD mulai mengemuka karena karyawan yang biasa bekerja di lapangan memiliki perangkat elektronik yang jauh lebih canggih dari inventaris kantor dan mereka gunakan untuk keperluan sehari-hari. Di satu sisi, hal ini juga menguntungkan perusahaan karena mereka bisa menghemat biaya pengadaan perangkat  dan kinerja karyawan dipastikan lebih optimal.

"Masalahnya, arsitektur jaringan perusahaan di Indonesia kebanyakan masih didominasi kabel yang belum mendukung prinsip mobilitas perusahaan. Belum lagi mengantisipasi potensi masalah keamanan data bila sewaktu-waktu perangkat tersebut hilang," ujar Yudi.

Tuntutan yang mengemuka dari fenomena BYOD ini bagi perusahaan adalah menyiapkan akses informasi secara realtime kepada perangkat yang dimiliki oleh karyawan. Tapi pada saat yang sama, harus menyediakan dukungan perangkat lunak lintas sistem operasi bagi beragam perangkat yang dimiliki agar keamanan data didalamnya terjamin. Salah satunya dengan kemampuan menghapus data dari jarak jauh bila ada yang mencuri perangkat tersebut.

Nirkabel

Fenomena ini bertolak belakang dengan survei Network Barometer Report 2013 yang diadakan secara global oleh Dimension Data. Terungkap dari 1.200 organisasi mulai perusahaan berbagai bidang bahwa jaringan di kantor kebanyakan masih mengandalkan kabel LAN. Persentasenya mencapai 80 persen sementara 20 persen nirkabel.

Padahal, lanjut Yudi, biaya jaringan bisa ditekan hingga 50 persen bila beralih pada jaringan nirkabel. Angka tersebut muncul dari uji coba atas 100 pengguna dengan masing-masing memakai kabel maupun nirkabel. Pemanfaatan nirkabel juga memudahkan perusahaan yang ingin memindahkan tempat karena lebih mudah untuk pengaturan jaringan di tempat yang baru.

"Peralihan ke jaringan nirkabel sebaiknya disesuaikan dengan siklus hidup teknologi yang biasanya lima tahunan. Masalahnya, ada pula perusahaan yang tetap bertahan dengan teknologi lama dengan konsekuensi biaya operasional yang mahal serta terhentinya dukungan dari penyedia jasa," ujar Yudi. (ELD)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com