Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bos Perusahan Teknologi Surati PBB soal Robot Pembunuh

Kompas.com - 22/08/2017, 16:07 WIB

KOMPAS.com - Lebih dari 100 ahli robot terkemuka mendesak Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk mengambil langkah untuk mencegah pengembangan "robot-robot pembunuh".

Sepucuk surat kepada PBB dikirimkan para ahli terkemuka bidang teknologi informasi itu, menegaskan bahwa dunia makin dekat pada 'revolusi ketiga perangkat perang' yang sangat berbahaya: robot pembunuh.

Dalam surat yang melibatkan antara lain multi miliuner yang merupakan pendiri dan pemimpin Tesla, Elon Musk, serta pendiri Google DeepMind, Mustafa Suleyman, disebutkan bahwa 'teknologi otonom yang mematikan' adalah sebuah 'kotak Pandora,' yang berbahaya dan bahwa kita sedang berpacu dengan waktu.

Sebanyak 116 ahli meminta larangan penggunaan kecerdasan buatan (Artificial Intellegent, AI) dalam pengembangan persenjataan.

"Sekali dikembangkan, maka konflik bersenjata akan meningkat ke suatu skala besar yang tak pernah terjadi sebelumnya, dan bisa melesat jauh lebih cepat dari yang dapat dipahami manusia," bunyi surat tersebut.

"Hal itu bisa menjadi senjata untuk teror, senjata yang digunakan teroris dan ancaman terhadap warga biasa, dan senjata yang diretas untuk berperilaku dengan cara yang tidak diinginkan," tambahnya.

Apa itu 'robot pembunuh'?

Robot pembunuh adalah senjata yang sepenuhnya mandiri atau otonom yang dapat memilih dan mengincar sasaran tanpa campur tangan manusia. Sampai saat ini robot-robot itu tidak ada tapi kemajuan teknologi membuatnya bisa terwujud dalam waktu dekat.

Mereka yang setuju pada robot pembunuh menyebut bahwa undang-undang perang saat ini bisa memadai untuk mengatasi masalah yang mungkin muncul jika robot-robot itu dikerahkan dalam penugasan perang.

Menurut mereka yang bisa dilakukan sekarang adalah moratorium, bukan larangan langsung.

Namun, mereka yang menentang penggunaannya menyebut bahwa robot jenis ini adalah ancaman bagi kemanusiaan dan karenanya robot pembunuh dan jenis mesin pembunuh 'otonom' lainnya harus dilarang.

Ada nada mendesak dalam pesan dari pemimpin teknologi itu, berupa peringatan bahwa "waktu kita untuk bertindak sama sekali tidak lama."

"Setelah kotak Pandora ini dibuka, akan sulit ditutup lagi."

Para ahli meminta apa yang mereka anggap sebagai teknologi 'yang salah secara moral' itu untuk ditambahkan ke daftar senjata yang dilarang berdasarkan Konvensi PBB tentang Senjata Konvensional Tertentu (CCW).

Sebuah kelompok PBB yang berfokus pada persenjataan otonom dijadwalkan bertemu pada hari Senin (21/8/2017) namun pertemuan tersebut telah ditunda ke bulan November.

Kemungkinan larangan pengembangan teknologi 'robot pembunuh' telah dibahas sebelumnya oleh beberapa komite PBB.

Pada tahun 2015, lebih dari 1.000 pakar teknologi, ilmuwan dan peneliti menulis sepucuk surat peringatan tentang bahaya persenjataan mandiri.

Penandatangan surat itu antara lain ilmuwan Stephen Hawking, pendiri Apple Steve Wozniak dan Elon Musk.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com