Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apple Cari Penambang Kobalt demi Pasokan Baterai

Kompas.com - 23/02/2018, 07:13 WIB
Rizky Chandra Septania,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

Sumber Bloomberg

KOMPAS.com - Apple dilaporkan ingin mengamankan pasokan kobalt jangka panjang untuk perusahaannya. Caranya dengan melobi perusahaan penambang agar menjual hasil kobaltnya langsung ke perusahaan Cupertino.

Patut diketahui, kobalt merupakan materi utama pembuatan baterai lithium ion yang biasa digunakan untuk baterai iPhone dan iPad.

Menurut seorang sumber anonim, Apple berencana mengamankan ribuan metrik ton kobalt dalam kurun waktu lebih dari lima tahun. Guna melancarkan rencana, Apple sudah melakukan diskusi pertama setahun lalu.

Sayangnya, diskusi pertama tidak berjalan mulus. Alhasil, Apple masih terus mencari penambang lain yang mau diajak bekerja sama.

Sebelumnya, pembuatan baterai pada sejumlah perangkat Apple dipercayakan ke pihak ketiga. Namun belakangan ini, Apple dikabarkan bakal membuat baterai sendiri. Alasannya, mitra Apple tidak dapat memastikan ketersediaan dengan alasan ketergantungan jumlah kobalt.

Menanggapi kabar ini, juru bicara Apple ini enggan berkomentar.

Dikutip KompasTekno dari Bloomberg, Jumat (23/2/2018), saat ini Apple tercatat sebagai pengguna kobalt terbesar di dunia lantaran jumlah penggunaan baterainya.

Jika kedepannya rencana pembelian kobalt jangka panjang bisa disepakati, persediaan bahan baku pembuatan lithium-ion ini dipastikan memenuhi target. Ini berdampak langsung pada stabilnya pendapatan Apple beberapa tahun kedepan.

Selain keuntungan, keterlibatan Apple pada sektor penambangan juga disinyalir memberikan angin segar mengenai peraturan penambang bawah umur. Sebab, Apple merupakan perusahaan yang menentang pekerja anak.

Konsumsi kobalt kian meningkat

Muculnya beragam perangkat elektronik mengakibatkan kebutuhan perusahaan akan kobalt bertambah. Dibanding tahun tahun 2016, konsumsi kobalt setelahnya meningkat 6,5 ton pertahun.

Tahun 2016, konsumsi kobalt mencapai 48.900 ton pertahun. Sedangkan di tahun 2017,jumlahnya menjadi  55.400 ton. Dari jumlah tersebut, seperempatnya digunakan untuk pembuatan lithium-ion.
 
Angka ini dipastikan terus naik setiap tahunnya. Apalagi ketika mobil listrik, power bank, dan pembangkit listrik tenaga lithium-ion mulai bermunculan. Dibanding lithium-ion ponsel, kebutuhan kobalt untuk produksi peralatan tersebut jauh lebih tinggi.  
 
Hingga tahun 2030 mendatang, konsumsi kobalt untuk perangkat elektronik disinyalir mencapai 324,3 ribu ton.

Tidak hanya jumlah penggunaan, harga kobalt juga tercatat mengalami kenaikan hingga tiga kali lipat dalam satu setengah tahun terakhir.

Sebelumnya, unsur yang banyak ditemukan di Kongo ini dihargai sekitar 27.000 dollar (Rp 385,7 juta) per metrik ton. Namun sekarang, harganya sudah mencapai 80.000 dollar (Rp 1,14 miliar) per metrik tonnya.

Berebut sumber daya

Langkah membeli langsung pada penambang dalam jangka panjang guna mengamankan persediaan kobalt tidak hanya dilakukan  oleh Apple. Sejumlah perusahaan lain seperti BMW, Volkswagen, SK Inovattion dan Samsung dikabarkan mengambil langkah lebih awal.

Pekan ini, perusahaan energi asal Korea Selatan SK Innovation menandatangani kerjasama dengan perusahaan tambang Australia, Australia mines. Kesepakatan ini menyebutkan bahwa SK Innovation akan membeli seluruh hasil kobalt dan Nikel dari Australian Mines dalam 13 tahun mendatang.

Oleh SK Inovattion, bahan baku tersebut akan dikirim ke pabrikan Hungaria untuk bahan baku pembuatan baterai.

Demikian halnya dengan BMW. Pabrikan mobil mewah asal Jerman ini dikabarkan siap menandatangani kesepakatan pemenuhan kobalt dalam 10 tahun untuk digunakan sebagai bahan baku mobil.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Bloomberg
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com