Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Detik-detik Proklamasi dan Cerita Soekarno yang Tunggu Hatta

Kompas.com - 17/08/2023, 09:01 WIB
Caroline Saskia,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - “Saya tidak akan mengumumkan Proklamasi Indonesia, jikalau Hatta tidak ada! Jikalau Mas Muwardi tidak mau menunggu, silahkan baca sendiri Proklamasi,” ujar Soekarno dengan nada marah.

Percakapan ini bermula dari dr. Muwardi yang meminta Soekarno tidak perlu menunggu Hatta. Hatta sudah menandatangani teks proklamasi bersama dengan Soekarno saat rapat di rumah Tadashi Maeda di Jalan Meiji Nori, Jakarta.

Namun, saran tersebut justru ditolak mentah-mentah. Soekarno tetap bersikukuh menunggu kedatangan rekan seperjuangannya hadir. Prosesi pembacaan teks proklamasi tidak akan dibacakan sampai Hatta datang.

Menurut kesaksian dalam buku “Seputar Proklamasi Kemerdekaan: Kesaksian, Penyiaran, dan Keterlibatan Jepang” (2015), desakan mempercepat pembacaan teks proklamasi dilakukan karena suasana waktu itu sangat menggelisahkan.

Baca juga: 100 Gambar Ucapan HUT Ke-78 RI buat Rayakan Hari Kemerdekaan Indonesia

Pasukan Jepang bisa saja datang tiba-tiba ke kediaman Soekarno, lalu membatalkan proses pembacaan proklamasi. Hatta yang tak kunjung datang ke rumah Soekarno pun kerap membuat sebagian besar orang, khususnya para pemuda, gelisah dan khawatir.

Melansir dari Harian Kompas, momen menunggu kedatangan Hatta turut dipadati dengan sejumlah kesibukan. Agenda pembacaan teks proklamasi cukup mendadak sehingga ada banyak hal teknis yang belum disiapkan. Mulai dari tiang bendera, bendera yang akan dikibarkan, mikrofon, peralatan pengeras suara, dan masih banyak lagi.

Selain itu, seluruh pihak yang berkontribusi juga harus berusaha mengantisipasi keamanan jika muncul upaya penggagalan rencana proklamasi, mencetak teks proklamasi lebih dari satu lembar, hingga mengedarkan selebaran.

Setiap pihak yang berkontribusi melancarkan prosesi pembacaan teks proklamasi tampak ditekan oleh situasi dan kondisi. Mereka harus mempersiapkan segala peralatan yang dibutuhkan tepat waktu, sambil dihantui rasa takut akan kedatangan pasukan Jepang yang mendadak.

Alhasil, Wali Kota Jakarta, Suwiryo meminta Wilopo untuk mempersiapkan alat pengeras suara beserta mikrofon. Alat tersebut berhasil di dapat dari pemilik toko Radio Satria bernama Gunawan di Salemba Tengah, Jakarta.

Baca juga: Cara Membuat Twibbon 17 Agustus 2023 Sendiri buat Rayakan HUT ke-78 RI

Sementara itu, sekretaris Ahmad Subardjo dan Soekarno, Sudito meminta komandan pengawal rumah Soekarno bernama Sudiro menyiapkan sebuah tiang bendera. Tiang bendera yang digunakan adalah bambu untuk jemuran. Hanya saja, tampilannya dimodifikasi menggunakan kerekan yang dipasang di atas bambu dan diikat dengan tali kasar.

Saat orang sibuk berlalu-lalang mempersiapkan peralatan, istri Soekarno, Fatmawati mendengar ada teriakan yang mengatakan bendera masih belum tersedia. Sontak, ia pun langsung berinisiatif mengambil bendera yang disimpan di lemari kamarnya.

Bendera Merah Putih dijahit dengan tangannya sendiri saat ia mengandung Guntur, anak sulung Soekarno. Bendera Merah Putih yang sudah selesai dijahit itu diberikan ke salah seorang pemuda yang tidak diketahui namanya.

Namun, bendera jahitan itu awalnya tidak persiapkan menjadi bendera karena kualitas kainnya yang kurang bagus, serta ukuran benderanya tidak presisi.

Kabar kemerdekaan Indonesia disebarluaskan ke seluruh masyarakat. Selain disiarkan melalui radio dan koran, orang-orang kerap membantu menginformasi kemerdekaa Indonesia di tengah jalan menggunakan toa trYouTube/ANRI Kabar kemerdekaan Indonesia disebarluaskan ke seluruh masyarakat. Selain disiarkan melalui radio dan koran, orang-orang kerap membantu menginformasi kemerdekaa Indonesia di tengah jalan menggunakan toa tr

Momen pembacaan teks proklamasi

Usai semuanya selesai dipersiapkan, Bung Hatta datang tepat waktu. Lima menit sebelum acara dimulai pukul 10 pagi, Hatta menghampiri Soekarno di kamar. Saat itu, kondisi Soekarno sedang kurang sehat. Melihat Hatta, Soekarno langsung menyambut dan bersiap ke depan ruangan.

Keduanya memakai setelan putih-putih. Soekarno memakai peci hitam berjalan ke depan mendekati mikrofon. Sementara itu, Hatta berdiri di sisi kiri belakang Hatta dan Latief Hendraningrat di sebelah kanan belakang.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com