Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ChatGPT Terancam Bangkrut

Kompas.com - Diperbarui 21/08/2023, 08:30 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - OpenAI, perusahan pengembang chatbot kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) ChatGPT, diprediksi tengah menuju kebangkrutan.

Setidaknya begitulah menurut analisis dari India Magazine, sebagaimana dilaporkan kembali oleh outlet media Windows Central baru-baru ini.

Ada beberapa poin yang membuat OpenAI berada dalam situasi yang mengkhawatirkan seperti menuju kebangkrutan. Misalnya soal biaya operasional ChatGPT yang tinggi hingga perbedaan pandangan di dalam perusahaan.

OpenAI diyakini menggelontorkan 700.000 dollar AS (sekitar Rp 10,7 miliar) per harinya hanya untuk menjalankan satu layanan, yakni chatbot AI ChatGPT.

Baca juga: 4 Tools AI Chatbot selain ChatGPT yang Bisa Dicoba

Angka tersebut disebut-sebut belum termasuk biaya untuk membeli unit pengolah grafis (GPU) untuk memastikan ChatGPT berjalan dengan lancar.

Sebagaimana diwartakan sebelumnya, ChatGPT mengandalkan suatu infrastruktur atau mesin kecerdasan buatan (AI) milik Microsoft, yaitu Azure, yang ditopang puluhan hingga ribuan unit pengolah grafis (GPU) bikinan Nvidia.

Ilustrasi rak-rak yang dipenuhi berbagai GPU Nvidia untuk menunjang kinerja AI Microsoft.Microsoft Ilustrasi rak-rak yang dipenuhi berbagai GPU Nvidia untuk menunjang kinerja AI Microsoft.
OpenAI juga dilaporkan menggelontorkan lebih banyak uang untuk membuat model bahasa yang dikembangkan perusahaan, misalnya GPT-3.5 pada ChatGPT, mereka lebih kuat dan lebih pintar.

Yang menjadi masalah, Semenjak meluncurkan OpenAI dilaporkan membukukan kerugian 540 juta dollar AS atau sekitar Rp 8,26 triliun sejak debut ChatGPT pada November 2022.

OpenAI sebenarnya menerima investasi dari beberapa pihak, salah satunya Microsoft. Kerja sama antara kedua perusahaan ini diperpanjang pada Februari 2023 via investasi senilai 10 miliar dolar AS (sekitar Rp 151 triliun). Namun, dana dari investor ini tidak berkelanjutan (sustainable) karena bisa disetop.

Baca juga: Fitur Berbayar ChatGPT Kini Digratiskan, Bisa Dicoba di Indonesia

OpenAI berupaya memonetisasi model bahasa GPT-3.5 (dipakai ChatGPT) dan GPT-4. Namun, upaya ini belum menghasilkan pendapatan yang cukup untuk mencapai kata impas untuk saat ini. Masalah keuangan ini menjadi salah satu poin yang membuat analis memprediksi OpenAI sedang menuju kebangkrutan.

Perusahaan yang dipimpin oleh CEO Sam Altman ini menargetkan pendapatan tahunan sebesar 200 juta dollar AS (sekitar Rp 3 triliun) pada tahun 2023, dan 1 miliar dollar AS (sekitar Rp 15,3 triliun) pada 2024.

Analis menilai, target pendapatan ini terbilang ambisius mengingat angka kerugian yang kian hari kian meningkat.

API OpenAI bisa jadi bumerang

Ilustrasi ChatGPT Plus di Indonesia.Kompas.com/Wahyunanda Kusuma Ilustrasi ChatGPT Plus di Indonesia.
Setelah popularitasnya melejit di awal 2023, layanan ChatGPT kini tengah berada di tren penurunan jumlah pengguna.

Menurut SimilarWeb, basis pengguna ChatGPT turun 12 persen pada Juli 2023 dibandingkan Juni 2023, yakni dari 1,7 miliar pengguna menjadi 1,5 miliar pengguna. Penurunan ini terjadi pada pengguna yang memanfaatkan chatbot AI ChatGPT di situs web, tidak termasuk API (Application Programming Interface) OpenAI.

Analis melihat API OpenAI berpotensi menjadi bumerang bagi OpenAI. Pasalnya, lewat API, OpenAI menyediakan beberapa model bahasa besar (large language model/LLM) sumber terbuka (open source) yang bebas digunakan dan diizinkan untuk digunakan kembali, tanpa lisensi apa pun.

Baca juga: ChatGPT Dipakai 100 Juta Orang Sebulan, OpenAI Tetap Rugi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com