Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Strategi Sharp Bertahan di Indonesia, Jaringan, Inovasi, dan Fokus Segmen B-C

Kompas.com - 14/11/2023, 13:00 WIB
Yudha Pratomo,
Reza Wahyudi

Tim Redaksi

TOKYO, KOMPAS.com - Siapa yang tidak mengenal Sharp? Perusahaan elektronik asal Jepang ini menjadi salah satu merek populer di Indonesia.

Sharp bahkan memiliki "tempatnya" sendiri di benak pengguna. Misalnya, ketika bicara soal merek televisi, Sharp kerap menjadi salah satu yang diingat.

Menurut Andry Adi Utomo, National Sales Senior General Manager Sharp Indonesia, Sharp memiliki pangsa pasar terbesar di beberapa produk.

Andry mengatakan, kategori lemari es, Sharp menjadi brand nomor satu di Indonesia dengan pangsa pasar hampir 29 persen.

"Kemudian AC, kami juga nomor satu dengan (pangsa pasar) 25 persen, mesin cuci juga nomor satu dengan 28 sampai 29 persen," kata Andry kepada KompasTekno di sela-sela acara Sharp Tech Day 2023, di Tokyo, Jepang, pekan lalu.

Lantas, bagaimana Sharp bisa bertahan di tengah gempuran pasar elektronik di Indonesia?

Menurut Andry, Sharp Indonesia mengedepankan kekuatan jaringan yang luas. Sharp Indonesia, memiliki 25 cabang dan 400 titik jaringan servis.

"Itu membuat orang lebih confidence memakai produk Sharp," lanjut Andry.

Sharp sendiri saat ini memiliki empat pabrik besar untuk keempat produk andalan perusahaan, yaitu lemari es, AC, mesin cuci, dan televisi (LCD).

Selain itu, menurut Andry, Sharp juga terus berinovasi agar tidak ditinggalkan oleh pengguna mereka. Sebab, anak muda zaman sekarang kemungkinan tahu brand Sharp karena produknya digunakan oleh orang tua mereka.

"Kami tidak pernah membiarkan barang lama. Paling cepat (siklus inovasinya) itu televisi. Setiap enam bulan keluar model baru. Kalau lemari es, pemakaiannya lebih panjang. Bisa mungkin dua tahun," kata Andry.

Baca juga: Sharp Pamer Mesin Cuci Daur Ulang, Sekali Isi Air Bisa 100 Kali Cuci

Andry juga menegaskan bahwa Sharp menyasar segmentasi pasar kategori B (menengah) dan C (ke bawah). Namun, juga tidak meninggalkan pasar kategori A (atas).

"Kenapa Sharp tidak mau meninggalkan C? Karena di Indonesia ada 50 juta kepala keluarga. Setiap tahun ada sekitar 1 juta kepala keluarga baru. Indonesia masih developing country, masih ada orang yang penghasilannya terbatas," kata Andry.

"Segmen C itu mencakup generasi muda yang baru menikah. Ini juga ada, kenapa kami masih main di C," kata Andry.

Ia juga memercayai bahwa kalangan yang masuk dalam kategori C, punya kesempatan untuk naik ke segmen B dan kemudian A.

"Orang tidak mungkin lahir langsung ke A, kecuali anak sultan. Meskipun anak orang berada, saat baru menikah pasti dari dasar dulu," pungkas Andry.

Baca juga: Sharp Pamer Prototipe TV AI Hemat Listrik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com