Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Riset: Smartwatch Bisa Bantu Deteksi Dini Covid-19

Begitu juga yang dilakukan oleh rumah sakit Mount Sinai dan Universitas Stanford, Amerika Serikat. Melalui dua riset terpisah, keduanya menemukan bahwa jam tangan pintar alias smartwatch dapat digunakan untuk mendeteksi virus Covid-19 secara dini.

Perangkat wearable ini memang kerap dibekali dengan fitur-fitur pendeteksi kegiatan, termasuk aktivitas olahraga, detak jantung, kadar oksigen dalam tubuh, pelacakan waktu tidur, hingga pendeteksi jatuh.

Dengan bantuan data yang dihimpun dari smartwatch, dua penelitian terpisah mengungkapkan bahwa perubahan detak jantung seseorang dapat menjadi tanda utama bahwa seseorang telah terinfeksi Covid-19.

Perubahan detak jantung

Penelitian Mount Sinai melibatkan 300 pekerja medis yang menggunakan Apple Watch selama 153 hari, sejak April hingga September 2020.

Hasil penelitian mengungkapkan Apple Watch dapat mendeteksi perubahan halus pada detak jantung seseorang ketika seseorang diyakini sudah terinfeksi virus Covid-19.

Perubahan detak jantung ini terjadi tujuh hari sebelum partisipan mulai merasakan gejala atau melakukan tes.

Lantas bagaimana cara peneliti mengujinya? Peneliti dari Mount Sinai secara spesifik menguji variabilitas detak jantung partisipan, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari GizmoChina.

Variabilitas detak jantung ialah variasi waktu antara detak jantung seseorang, yang mana merupakan indikator seberapa baik sistem kekebalan tubuh seseorang bekerja.

Dari data yang dikumpulkan, peneliti menemukan bahwa partisipan yang negatif Covid-19 akan memiliki variabilitas detak jantung yang tinggi. Sedangkan partisipan yang positif Covid-19 akan memiliki variabilitas detak jantung yang lebih rendah.

"Kami tahu bahwa variabilitas detak jantung berubah seiring adanya peradangan dalam tubuh, dan Covid termasuk peradangan yang luar biasa," kata Rob Hirten, asisten profesor kedokteran di Mount Sinai, sebagaimana dihimpun dari CBS News.

Berbeda dengan Mount Sinai, penelitian dari Universitas Stanford berfokus menguji detak jantung istirahat partisipan. Detak jantung istirahat (resting heart rate) ini adalah kondisi detak jantung seseorang dalam keadaan tidak berolahraga.

Studi ini menganalisis 32 partispan yang positif Covid-19. Sebenarnya penelitian ini sendiri melibatkan hingga 5.000 partisipan yang menggunakan berbagai merek smartwatch dari brand Apple, Garmin, Fitbit, dan lainnya.

Dari hasil analisis, peneliti menemukan bahwa 81 persen partisipan yang positif Covid-19 mengalami peningkatan detak jantung istirahat (resting heart rate) selama sembilan hari penuh sebelum gejala awal muncul.

Melalui studi ini, peneliti dari Univesitas Stanford berhasil mengindentifikasi 66 persen kasus Covid-19 empat hingga tujuh hari sebelum partisipan menunjukkan gejala.

Sistem alarm untuk deteksi dini

Tak berhenti di tahap penelitian, tim dari Univesitas Stanford juga membuat sistem alarm pada smartwatch dengan tujuan memperingatkan pemakainya bahwa detak jantung mereka telah meningkat untuk jangka waktu yang lama.

"Kami menyetel alarm dengan kepekaan tertentu sehingga akan berbunyi setiap dua bulan atau lebih," kata Profesor Michael Snyder dari Universitas Stanford, yang memimpin penelitian tersebut.

Menurut Snyder, hanya perubahan detak jantung yang signifikan dan berkelanjutan saja yang akan memicu alarm untuk berbunyi.

Snyder mencontohkan, baru-baru ini alarm pada wearable miliknya berbunyi. Ia mengaku langsung membatalkan rapat tatap muka karena khawatir ia tertular virus covid-19.

Dengan bantuan jam tangan pintar, Snyder mengungkapkan ini bisa menjadi pendeteksi dini mengingat tes Covid-19 memakan waktu yang tidak sebentar.

Sedangkan, melalui smartwatch, pengguna bisa setiap saat mendapatkan pembaruan terkait detak jantung mereka, ditambah lagi adanya alarm tersebut.

Baik Mout Sinai dan Univesitas Stanford sepakat bahwa deteksi dini Covid-19 menggunakan smartwatch dapat membantu melawan pandemi ini.

Hal ini mengingat menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, 50 persen kasus Covid-19 justru datang dari penderita tanpa gejala (OTG).  OTG ini tidak mengetahui bahwa mereka telah terjangkit virus Covid-19 karena mereka merasa sehat seperti sedia kala.

Produsen smartwatch yang digunakan dalam penelitian ini dikabarkan mulai mendanai penelitian untuk membantu melawan Covid-19 ini.

Sebagai informasi, menurut data statistik Covid-19 yang tersedia di peramban Google per Rabu (20/1/2021), kasus Covid-19 di seluruh dunia mencapai 96 juta kasus dengan rincian 52,7 juta orang sembuh dan 2,05 juta orang meninggal dunia.

Di Amerika Serikat sendiri terdapat lebih dari 24 juta kasus yang terkonfirmasi. Sedangkan di Indonesia sendiri kasus Covid-19 mencapai 917.000 kasus, di mana 746.000 sembuh dan 26.282 meninggal dunia.

https://tekno.kompas.com/read/2021/01/20/16020027/riset--smartwatch-bisa-bantu-deteksi-dini-covid-19

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke