Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Tantangan "Crowdfunding" di Indonesia

Kompas.com - 07/10/2014, 12:05 WIB
Wicak Hidayat

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Masih banyak tantangan yang harus dihadapi oleh pembuat platform crowdfunding lokal agar bisa menjadi alternatif pendanaan yang mumpuni bagi pelaku industri kreatif di Indonesia.

Beberapa di antaranya diungkapkan Vikra Ijas dari KitaBisa.com dalam bincang-bincang di sela-sela focus group discussion (FGD) bertema crowdfunding di Park Hotel, Bandung, 6-7 Oktober 2014.

"Pertama-tama, kita harus berhadapan dengan platform global, seperti Kickstarter atau IndieGoGo," ujar Vikra.

Platform seperti KitaBisa, Wujudkan dan lainnya memang secara langsung dan tidak langsung akan berhadapan dengan platform yang notabene sudah lebih terkenal.

Apalagi, beberapa pengembang game di Indonesia telah meraup "kisah sukses" di Kickstarter dan IndieGoGo.

Hal ini membuat pengembang lain, dan pelaku industri kreatif digital lainnya, lebih mudah melirik platform luar negeri daripada lokal.

"Kalau dari sisi sosial, kita juga bersaing dengan badan amil zakat dan lainnya," lanjut Vikra.

Masyarakat, menurutnya, memang lebih banyak yang sudah terbiasa menyalurkan donasi kepedulian sosial pada lembaga dan yayasan sosial keagamaan maupun kemasyarakatan.

Meski demikian, Jaenal Gufron dari AyoPeduli.com mengatakan di platform crowdfunding biasanya ada yang berbeda dibandingkan lembaga-lembaga tradisional tersebut.

Crowdfunding, ujarnya, lebih fokus pada aksi sosial atau gerakan sosial, sedangkan lembaga tradisional lebih banyak pada sumbangan personal atau umum.

Hal ini diyakininya bisa menjadi faktor pembeda yang menarik. Meskipun diakuinya bahwa banyak anggota masyarakat yang belum terbiasa untuk menyalurkan donasi ke aksi sosial.

Tantangan lain yang dihadapi platform crowdfunding lokal, ujar Vikra, adalah belum terbiasanya masyarakat Indonesia melakukan transaksi online.

Memang, pembayaran online belum menjadi kebiasaan di Indonesia. Bahkan transaksi di toko online pun masih banyak memanfaatkan Cash on Delivery.

Amanda "Mandy" Marahimin pun mengakui platformnya, Wujudkan.com, masih menghadapi tantangan. Salah satunya adalah bagaimana meningkatkan jumlah proyek yang terdanai di Wujudkan.com.

Meski ada banyak tantangan tersebut, platform crowdfunding di Indonesia dikatakan terus tumbuh. Jumlahnya pun bertambah seiring waktu.

Menurut Vikra, ada baiknya pembuat platform crowdfunding di Indonesia fokus pada ceruk tertentu. Hal ini akan membuat gerakan mereka lebih lincah di ceruk tersebut.

Ia mencontohkan, KitaBisa saat ini fokus pada segmen anak muda, Wujudkan fokus pada karya kreatif dan AyoPeduli fokus di aksi sosial.

"Kalau satu platform sudah sinonim dengan ceruknya, maka orang yang mau membuat proyek di bidang itu akan langsung terpikir ke platform tersebut dan bukan ke tempat lain," ujarnya.

Selain dari tantangan-tantangan tadi, dalam FGD terungkap juga tantangan lainnya bagi crowdfunding. Termasuk dari sisi regulasi dan dari sisi sistem pembayaran online.

Semua tantangan itu diharapkan bisa terjawab melalui kolaborasi industri yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemilik proyek kreatif, pembuat platform, lembaga keuangan, media massa dan tentunya pemerintah dan lembaga negara terkait.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com