Sekitar lima tahun yang lalu, perangkat BlackBerry mendominasi etalase-etalase gerai penjual ponsel di pusat-pusat perbelanjaan besar di Jakarta. Bahkan, pada tahun 2011, sembilan dari sepuluh smartphone yang dijual di Indonesia adalah perangkat BlackBerry.
Namun, kondisinya kini telah berbeda. Perangkat smartphone Android buatan Samsung, Lenovo, Sony, dan bahkan vendor lokal seperti Andromax, Mito, dan Evercoss lebih mendominasi di gerai-gerai ponsel.
Data terakhir yang dirilis IDC, pangsa pasar BlackBerry di Indonesia tinggal tersisa 3 persen saja pada semester pertama 2014.
Tiga "dosa" utama BlackBerry
Berbicara kepada The Globe and Mail, Cobham bercerita bahwa sepuluh tahun lalu BlackBerry memiliki teknologi yang fantastis. Perusahaan juga bisa menggerakkan bisnisnya di Indonesia secara pintar.
Namun itu dulu sebelum semuanya menjadi berubah. Menurut Cobham, kesalahan BlackBerry saat masih berada di puncak pasar Indonesia adalah menggantungkan segala keputusan yang akan diambil kepada kantor pusatnya di Waterloo, Kanada.
"BlackBerry itu produk kelas dunia, dan Waterloo salah menanganinya," ujar Cobham. "Mereka (perusahaan di Waterloo) itu bukan pemain kelas global, mereka hanya kota kecil."
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.