Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menunggu Pameran Teknologi "Beneran" di Indonesia

Kompas.com - 02/11/2015, 15:02 WIB
Reska K. Nistanto

Penulis

KOMPAS.com - Pameran teknologi di Indonesia, khususnya di Jakarta, selama ini memang lebih seperti memindahkan toko, dari pusat-pusat perbelanjaan komputer ke arena pameran, seperti di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan.

Hal itu pun secara tidak langsung diakui oleh Project Director Amara Pameran Internasional (API), Bambang Setiawan di sela konferensi pers pembukaan pameran Indocomtech 2015 di Jakarta, Rabu (28/10/2015).

"Kita ingin pameran-pameran komputer di Indonesia itu kesannya bukan sekadar memindahkan toko, tapi ada nilai tambahnya juga bagi pengunjung," demikian ujar Bambang.

Saat ini, setidaknya warga Jakarta disuguhi oleh tiga agenda besar pameran komputer, elektronik dan gadget dalam satu tahun, mereka adalah Mega Bazaar, Festival Komputer Indonesia (bersamaan dengan Gadget Show), dan Indocomtech, ketiganya hanya berselang empat bulan.

Namun dari pameran-pameran tersebut, kesan "jualan" memang masih kental, sementara unsur edukasi dan informasi yang ditonjolkan masih tergolong sedikit.

Berbeda dengan pameran-pameran teknologi di luar negeri, seperti CES (Consumer Electronics Show) di Las Vegas, IFA di Jerman, atau Computex di Taipei dimana setiap vendor-vendor besar teknologi memamerkan kreasi dan inovasi teknologi terbaru mereka dan bisa dicoba langsung.

Bisa dimaklumi memang, jika peserta pameran-pameran internasional di atas diikuti oleh representasi perusahaan secara langsung, maka pameran-pameran teknologi di Indonesia sebagian besar masih diikuti oleh distributor.

Arah untuk membawa pameran teknologi di Indonesia menjadi pameran teknologi yang sejati memang sudah ada. Di beberapa pameran Mega Bazaar, FKI, dan Indocomtech, penyelenggara telah memasukkan unsur edukasi seperti menggelar seminar-seminar atau diskusi.

Namun sayangnya diskusi dan seminar ini seperti kurang promosi, kalah gaungnya oleh selebaran-selebaran diskon dan potongan harga yang ditawarkan distributor-distributor.

API selaku penyelenggara Indocomtech 2015 kemarin juga membuat acara seminar yang nuansanya lebih santai, dibranding dengan nama Pop Conference dengan mengemukakan tema-tema yang lebih muda, seperti cara membuat konten video viral.

Selain itu, menurut rencana, Indocomtech ke depannya juga akan menggandeng industri digital kreatif dan startup untuk ikut serta dalam pamerannya.

Hal itu mengemuka setelah Direktorat Jenderal Aplikasi dan Informatika, Bambang Heru Tjahjono berkeliling ke booth-booth peserta Indocomtech 2015 di hari pertama pameran, Rabu (28/10/2015).

Bambang berharap ajang pameran Indocomtech juga bisa dijadikan oleh anak-anak muda memamerkan hasil karyanya di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), jadi bukan hanya sebagai ajang jualan produk saja.

Menanggapi hal tersebut, Amara Pameran Internasional (API) selaku pihak penyelenggara mengatakan akan menggandeng startup-startup lokal di gelaran Indocomtech tahun mendatang.

"Sebenarnya ide seperti itu sudah dikomunikasikan sejak tahun lalu, namun kami ingin agar startup-startup yang masuk harus dipilah-pilah dahulu, jadi bukan aplikasi yang asal jadi," ujar Bambang Setiawan, Project Director API.

Menurut Bambang, API akan bekerja sama dengan para ahli di bidang startup, untuk membuat sistem penyaringan bagi startup-startup yang akan disertakan dalam Indocomtech, termasuk startup-startup lokal yang ada di daerah.

"Kita akan bikin mekanismenya jadi yang di daerah-daerah bisa ikut, kadang mereka punya ide-ide yang bagus namun tidak tahu bagaimana cara menjualnya, nah kita nanti juga pertemukan mereka dengan investor," terang Bambang.

Kesempatan bagi industri kreatif

Jika melihat tren pergeseran pameran elektronik, dimana saat ini lebih banyak didominasi oleh gadget mobile dan smartphone, maka sebetulnya industri kreatif digital bisa memanfaatkannya.

Pergeseran tren ini bukan hanya dirasakan oleh para vendor-vendor saja, melainkan juga pengunjung pameran.

Seorang pengunjung yang sempat dijumpai KompasTekno di ajang pameran, Muri (26) mengatakan tiga tahun belakangan ini pameran komputer di Jakarta lebih didominasi oleh produk-produk smartphone.

"Tahun 2008 dulu banyak laptop, smartphone belum booming, baru tiga tahun terkahir smartphone kian banyak, sementara laptop sepi," demikian aku Muri.

Melihat fakta demikian, akan lebih bijaksana jika penyelenggara pameran melakukan sedikit modifikasi dan diferensiasi dengan turut serta mengajak pemain industri kreatif di Indonesia, seperti komik, anime, hobi mainan, dan sebagainya.

Penyelenggara juga bisa menyasar pengunjung pameran yang lebih muda dengan menggelar acara-acara yang mereka sukai, seperti kontes cosplay, mirip dengan pameran PopCon Asia atau Comic Con yang juga diselenggarakan beberapa waktu lalu yang terbukti banyak peminatnya.

Untuk diketahui, PopCon Asia yang diselenggarakan selama tiga hari diklaim oleh pihak penyelenggara membukukan transaksi sebesar Rp 25 miliar.

Walau ujung-ujungnya adalah bisnis, seperti penjualan komik dan sebagainya, namun setidaknya bisnis yang diangkat adalah bisnis lokal anak-anak muda kreatif. Berbagai talkshow, seminar, atau workshop terkait industri digital kreatif juga bisa diselenggarakan bersamaan.

Dengan pameran yang demikian, unsur edukasi dan dukungan terhadap karya lokal tetap ada, sembari menjalankan bisnis utama pameran, yakni berjualan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com