Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mau Internet "Ngebut", Pilih Teknologi yang Mana?

Kompas.com - 22/03/2016, 16:12 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

KOMPAS.com – Minggu pagi, Fahmi sekeluarga tak punya rencana rekreasi ke luar rumah. Alih-alih, mereka mau seharian berkumpul melakukan movie marathon di ruang keluarga saja.

Selagi Fahmi dan anak-anak memilih film yang hendak ditonton dari internet, Desi, sang istri, menyiapkan camilan di dapur. Dengan cekatan, dia mendata isi kulkas dan mendapati hanya ada kentang, wortel, dan beberapa bumbu  tersisa.

Tak kehilangan akal, Desi menuliskan bahan makanan dan bumbu itu pada aplikasi pencarian di ponsel pintar. Voila, keluarlah resep kroket yang cuma butuh waktu 15 menit untuk dihidangkan.

Di ruang keluarga, tayangan televisi favorit yang kerap menyisipkan iklan dengan durasi lama, tak lagi dilirik. Keluarga Fahmi lebih memilih tayangan streaming lewat jaringan internet. Selain kontennya bisa dipilih sesuai selera, tayangannya pun nanti bisa diputar ulang.

Inilah era digital. Banyak hal menjadi lebih sederhana dilakukan sekarang dengan kehadiran internet. Pilihan pun lebih beragam.

Pakai berapa?

Menurut hasil survei Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2014, menonton tayangan streaming memang menjadi salah satu kebiasaan pengguna internet di Indonesia.

Dari 2.000 responden di 42 kota, sebesar 27,3 persen di antaranya menyebut bahwa menonton video streaming adalah kebiasaan yang dilakukan saat menggunakan internet.

Survei itu mendapati pula, kebiasaan penggunaan internet orang Indonesia adalah berjejaring sosial (87,4 persen), browsing (68,7 persen), saling berpesan instan (59,9 persen), dan mencari berita terkini (59,7 persen).

Lalu, ada pula penggunaan untuk e-mail (25,4 persen), jual beli online (11 persen), game online (10,1 persne), forum online (4,3 persen), dan transaksi perbankan (4,2 persen).

Thinkstock Ilustrasi Internet

Ya, internet sudah pula menjadi kebutuhan penting, bahkan untuk mencari resep masak seperti yang Desi lakukan. Lembaga riset OpenSignal yang dirilis pada Februari 2016 bahkan memaparkan bahwa orang Indonesia lebih suka mengunduh (67 persen) daripada mengunggah data (33 persen).

"Pola penggunaan internet pelanggan sejak dulu memang lebih berkisar pada konsumsi konten," ujar Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara seperti dikutip Kompas.com, Minggu (20/3/2016), tentang penggunaan internet di Indonesia.

Konsumsi konten itu, sebut Rudiantara, termasuk mengunduh data dan menonton film streaming.

Senada Menkominfo, riset MyRepublic pada 2015 mendapati, tipikal pengguna internet di Indonesia adalah penyuka tontonanstreaming, gaming, dan downloading tanpa batas. Padahal, untuk menikmati tayangan film streaming kualitas high-definition (HD) berdurasi satu jam saja butuh paket data sekitar 4,5 giga byte (GB), sementara bermain game online dengan lancar butuh paket data sampai 40 GB.

Namun, meski belum sebanyak download, upload juga tetap butuh akses lancar. Aktivitas ini kerap diasosiasikan dengan content creation, seperti mengunggah video ke situs video sharing. Perkembangan teknologi peranti telekomunikasi memungkinkan orang awam sekalipun mengunggah video dengan gampang.

Jalur dan kecepatan

Karena itu, kebutuhan paket data akan terus tumbuh, termasuk untuk pemakaian di rumah. Pemakaian internet di rumah pada dasarnya menggunakan konsep sharing oleh beberapa pengguna dan pemakaian sekaligus. Dengan gambaran-gambaran yang ada, berlangganan paket data internet mobile belum tentu bisa mencukupi tren kebutuhan pemakaian internet.

Kebutuhan internet dalam sebulan bisa dihitung melalui kebiasaan penggunanya. Bila sering menonton tayangan streaming, butuh paket data minimal 120 GB dengan asumsi menghabiskan 4 GB per hari selama 30 hari.

Belum lagi jika anggota keluarga ada yang suka game online, terbiasa melakukan percakapan video, dan mengunduh materi besar terkait pekerjaan. Dengan ragam kebutuhan penghuni rumah, sebaiknya jaringan internet yang menjadi andalan bukan berasal dari layanan operator telekomunikasi seluler, yang lebih cocok untuk pemakaian perorangan seperti di smartphone.

Thinkstock Ilustrasi pengguna internet
Operator seluler (wireless) memiliki keterbatasan alokasi frekuensi dan bandwidth yang berpengaruh pada kestabilan layanan internet. Frekuensi dan bandwith bisa diibaratkan jalur dan lebar jalan yang dilalui kendaraan, dengan kendaraan adalah analogi pemakaian internet para pelanggan.

Rata-rata operator seluler dengan jaringan 4G, menggunakan "jalur" 15 mega hertz (MHz) sampai 20 MHz. Lewat jalur itu, pada saat lengang pun kecepatan data yang bisa dinikmati pelanggan adalah maksimal 90 megabit per detik (Mbps) hingga 100 Mbps.

Bagaimana pun, tetap ada kebutuhan jaringan untuk pembicaraan telepon (voice) dan pesan singkat (SMS) yang harus pula mendapatkan “jalan”. Saat banyak pengguna bersamaan memakai “jalan” ini, kecepatan bisa turun atau perjalanan tersendat. (Baca: Kecepatan “Download” di Jakarta 7 Mbps, Papua Hanya 300 Kbps).

Karena itu, banyak pengguna internet memakai layanan operator telekomunikasi mendapati kecepatan koneksi melambat atau tak sesuai yang dijanjikan, saat jaringannya dipakai bersamaan (sharing), termasuk ketika dipakai bersama di rumah.

Kecepatan cahaya

Lalu, apa solusi untuk pemakaian internet di rumah? Jangan khawatir, sekarang ada layanan internet kabel dengan jaringan serat optik (fiber optic atau fiber optik), misalnya dari MyRepublic.

Dulu, pemakaian internet kabel memang cenderung tidak populer, terutama karena harganya dianggap mahal. Sudah begitu, perangkat yang dipakai di rumah terbatas.

Dulu, satu rumah paling banter hanya memiliki satu personal computer (PC) sehingga kecepatan akses tidak jadi persoalan penting. Sekarang, perangkat yang terhubung dengan koneksi internet di rumah terus bertambah, sekaligus menambah jumlah pemakaian bandwith dalam satu waktu.

Di sinilah, internet kabel memberikan solusi. Jaringan internet kabel punya bandwith lebih lebar dengan teknologi fiber optik memberikan peluang layanan internet lebih cepat sekaligus stabil.

Ibarat jalan, kabel fiber optik itu adalah jalan tol dengan empat ruas jalan lebar menuju rumah-rumah. Dengan jalan yang lebih lebar, peluang kecepatan akses para pengguna internet—laiknya mobil yang melaju—akan relatif lebih stabil. Pemakaian fiber optik memungkinkan kapasitas kecepatan bisa sampai 1.000 Mbps alias 1 giga bites per detik (Gbps).

Penggunaan fiber optik untuk internet kabel merupakan pengembangan teknologi perangkat keras jaringan internet (network). Laiknya teknologi lain, internet juga sudah menjajal banyak peranti lain sebelum marak pemakaian fiber optik untuk jaringannya.

Thinkstock Ilustrasi Fiber Optic

Dulu, internet kabel memakai bahan tembaga sebagai penghantar, yaitu untuk teknologi jaringan kabel twitted pair (TP) maupun coaxial. Jaringan berbasis TP—ada shield twisted pair (STP) dan unshield twisted pair (UTP)—dapat menumpang ke jaringan telepon.

Pada masanya, jaringan TP sempat disebut teknologi paling ekonomis. Namun, itu bila dibandingkan jaringan kabel coaxial yang infrastrukturnya berdiri sendiri.

Soal kecepatan, jaringan kabel tembaga juga memiliki keterbatasan, yaitu melaju di kisaran 10 Mbps hingga 100 Mbps saja. Ini karena baik transmisi pembicaraan maupun data dalam jaringan itu dikirimkan dalam bentuk gelombang suara.

Adapun fiber optik mengusung teknologi transmisi berbasis sinyal cahaya yang lebih cepat. Karenanya, kecepatan internet kabel berbasis fiber optik bisa melaju hingga jauh melampaui 100 Mbps, bahkan bisa sampai 1.000 Mbps.

Sudah punya "jalan" lebih lebar, teknologi transmisi fiber optik ini ibarat jenis mobil mewah yang memiliki spesifikasi mesin tinggi. Nah, mau internet rumah ngebut? Tentukan saja pilihan yang tepat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com