Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sendratari Prambanan dan Teknologi "Sepanggung" demi Para Milenial

Kompas.com - 12/10/2016, 20:21 WIB
Reska K. Nistanto

Penulis

Lantas, mengapa Sembilan Matahari memilih teknik video mapping dari konsep-konsep pertunjukan lainnya?

"Video mapping bisa memadukan pertunjukan visual dengan drama tari, sifat video yang luas bisa mengikuti permukaan obyek," kata Adi.

Selain itu, dengan ditambahkannya citra visual pendukung cerita di atas panggung, cerita menjadi lebih menarik diikuti.

Sebagai contoh, lantai panggung tidak monoton berwarna putih saja, melainkan bisa disulap menjadi layaknya hijaunya padang rumput, tandusnya tanah gersang, atau menambahkan obyek-obyek lain yang sulit, seperti sungai, dan efek-efek seperti gempa tadi.

KompasTekno sendiri saat melihat pertunjukan Sendratari Roro Jonggrang dibuat terkesima saat adegan Roro Jonggrang dikutuk oleh Bandung Bondowoso menjadi batu.

Penari yang memerankan Roro Jonggrang berdiri di satu titik di mana latar belakangnya menampilkan efek visual menarik yang menceritakan transformasi Roro Jonggrang menjadi patung batu candi.

Ada pula efek tanah yang merekah, batu-batu berjatuhan saat adegan gempa bumi yang merusak Candi Prambanan ratusan tahun silam.

Adegan-adegan sulit seperti itu menjadi lebih mudah diceritakan dengan bantuan video mapping.

Sebelumnya, Candi Prambanan memang telah dihiasi dengan sinar lampu warna-warni yang menarik. Namun dengan proyeksi video mapping seperti ini bisa membuat cerita, sehingga bukan hanya cahaya lampu saja, namun juga efek visual yang lebih dramatis.

Bagaimana cara melakukannya?

Teknik video mapping Sembilan Matahari ditampilkan dengan memutar video resolusi Full HD. Video tersebut bisa berupa animasi 2D, 3D, dan sebagainya.

Video kemudian diproyeksikan ke permukaan bidang, seperti lantai panggung, latar (background), dan permukaan candi dengan bukan hanya satu, melainkan banyak proyektor.

Proyektor-proyektor tersebut masing-masing memproyeksikan potongan-potongan gambar, yang apabila dirangka menjadi satu, terlihat sebagai satu kesatuan gambar yang utuh.

"Video dibuat dengan software animasi 2D dan 3D, untuk software (multi display) sendiri kami memakai Dataton Watchout," terang Adi.

Tantangan

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com