Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erupsi Gunung Merapi dan Bahaya Abu Vulkanik bagi Pesawat

Kompas.com - 11/05/2018, 12:31 WIB
Reska K. Nistanto

Penulis

Hal itu sesuai dengan kesaksian salah satu penumpang British Airways nomor penerbangan 9 yang mengatakan bahwa mesin B747 yang ditumpanginya terlihat menyala terang.

Bila komponen mesin terbakar dan meleleh, pesawat tidak lagi memiliki daya dorong yang seharusnya dibutuhkan untuk terbang.

Baca juga: 15 Tahun Lalu, Pesawat Garuda Menembus Badai Es dan Mendarat di Bengawan Solo

Debu gunung berapi juga bisa merusak kaca depan pesawat. Debu silika memiliki kontur yang tajam. Jika ditabrak dengan kecepatan tinggi, maka kumpulan debu itu bisa membuat kaca depan pesawat tersayat-sayat, pandangan pilot pun jadi terbatas.

Abu vulkanik yang menempel di pesawat dalam jumlah banyak juga akan merusak aliran udara di sekitar badan pesawat dan justru menjadi penghambat laju (drag).

Pesawat yang baru saja melintasi area abu vulkanik akan mendapatkan pengecekan secara menyeluruh. Hal ini untuk memastikan tidak ada residu-residu abu vulkanik yang menempel di badan pesawat.

Jika ada komponen-komponen yang terdampak, seperti rusak atau berubah bentuk karena terkikis, juga harus diganti secepatnya.

Dengan mengetahui dampak yang bisa disebabkan oleh abu vulkanik terhadap pesawat udara, maka penutupan wilayah udara dan bandara seperti yang dilakukan pihak Angkasa Pura II di Bandara Juanda Surabaya adalah hal yang tepat. Keamanan adalah hal yang mutlak dalam setiap penerbangan.

Sejauh ini memang belum ada insiden pesawat jatuh yang dipicu oleh debu gunung berapi. Namun, dari kasus-kasus sebelumnya yang dipaparkan di atas, bisa jadi leading factor yang menimbulkan bahaya yang lebih besar.

Baca juga: Autofeather Failure, Momok bagi Pesawat Baling-baling

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com