Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendiri Instagram Dorong Media Sosial Diatur Demi Masa Depan Dunia

Kompas.com - 17/11/2018, 08:31 WIB

KOMPAS.com - Instagram ditinggal dua pendirinya, Kevin Systrom dan Mike Krieger, pada September lalu. Mereka dikabarkan tak seiya sepaham dengan tim manajemen Facebook yang notabene adalah perusahaan induk Instagram.

Pasca dua bulan lepas dari Instagram, kini Kevin Systrom angkat bicara. Ia mengaku prihatin dengan perkembangan media sosial saat ini yang cenderung berdampak negatif.

Menurut dia, perlu ada kebijakan yang tegas dan mengikat atas operasional media sosial. Isu utama yang harus dipikirkan adalah cara memberantas hoaks dan konten berbau kekerasan.

Dalam hal ini, Kevin Systrom menyinggung soal kasus kebocoran data Facebook oleh Cambridge Analytica yang sempat heboh beberapa saat lalu.

“Anda mulai menyadari betapa pentingnya media sosial diatur di masa depan. Untuk skala sekarang, sudah waktunya mengambil langkah-langkah serius,” ia menuturkan.

Kevin tak merinci lebih dalam apa solusi yang ia tawarkan. Pada prinsipnya, ia ingin pendiri jejaring sosial lebih prihatin dan mau berupaya membuat fitur-fitur dan aturan-aturan untuk menjaga layanan internet tetap positif.

Jika tak segera berbenah dan mencari solusi akan masalah hari ini, Kevin Systrom meramalkan nantinya bakal ada tren “deepfakes” (kepalsuan yang mendalam), sebagaimana dihimpun KompasTekno, Sabtu (17/11/2018), dari CNBC.

Saat ini istilah deepfakes banyak dipakai untuk konten porno, di mana video-video tak senonoh biasanya diedit dengan mematrikan wajah orang terkenal. Lantas, bagaimana jika deepfakes nantinya menyebar ke lini politik, sosial, dan budaya?

Baca juga: Tips Mengenali Hoaks dari Facebook

Skenario tersebut yang ditakutkan Kevin Systrom. Bisa saja ada video berisi hoaks, tetapi dibalut sedemikian rupa sehingga sulit untuk tak dipercaya.

“Di era ketika Anda dapat mendistribusikan informasi ke dunia secara cepat, apa yang Anda pikir ketika seorang figur politik mengatakan sesuatu padahal sebenarnya tidak?,” ia bertanya.

Baca juga: Telepon Disadap dan Chat di WhatsApp Dipantau Pemerintah, Hoaks atau Fakta?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber CNBC

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com