Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ocha dan Ave, Kakak Beradik Pencipta Robot "Roti Bakar"

Kompas.com - 20/01/2019, 13:08 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi


"Jika orang-orang sudah berkumpul, pintu di belakang ini akan terbuka dan orang-orang akan masuk ke bagian belakangnya," lanjut Ocha.

Ocha melanjutkan jika semua orang sudah aman di dalam mobil, robot ini akan berjalan untuk keluar dari zona merah. Tak hanya itu, Ocha dan Ave juga melengkapi robot ini dengan sensor ultrasonik yang akan mendeteksi rintangan.

Sehingga, mobil robot tersebut tidak akan menabrak penghalang di belakangnya dan akan menghindari penghalang tersebut untuk memilih jalur yang lebih aman.

Dalam membuat robot, Ocha dan Ave berbagi peran. Ave lebih fokus pada perakitan robot yang dibantu oleh instrukturnya. Sementara Ocha akan mengurus bagian pemrograman.
Robot "Roti Bakar" ini digarap Ocha dan Ave saat liburan semester Desember 2018 lalu.

Kedua murid MI dan MTs Pembangunan UIN Jakarta ini telah memenangi beberapa kompetisi cipat robot skala internasional.

Beberapa di antaranya adalah juara pertama Category Creative Robot, WOnderful Indonesia Robot Challenge (WIRC), Gold Prize Category Soccer Robotic Junior, AYRO Singapore, Excellence Award Category Steam Mission, IYRC Suth Korea, dan Best ENgineering Solar Robotic STIR Malaysia.

Meski membuat beberapa robot, Ocha dan Ave tetap tidak lupa tugas utamanya sebagai pelajar.

Mereka tetap bisa membagi waktu untuk belajar, sekolah, membuat robot, dan berlatih taekwondo. Tak hanya bergelut di dunia robotik, Ocha dan Ave juga kerap mengikuti kompetisi Tekwondo.

Baca juga: Setelah Bertemu Tim Cook, Programer Cilik Yuma Soerianto Ingin Bertemu Jokowi

"Biasanya pas awal-awal ikut robotik bikin (robot) di rumah satu sampai dua jam. Tapi setelah ada Robotic Club di sekolah, cuma buat robot setiap Sabtu jam delapan sampai jam 12 aja," jelas Ocha.

M Sidik Sisdiyanto, ayah Ocha dan Ave mengatakan terus mengikuti dan mendukung penuh minat serta bakat putra-putrinya.

"Mereka mengatur waktu sendiri. Kapan waktu ikut lomba taekwondo, kapan ikut robotik. Secara akademis, nilai mereka juga bagus," ungkapnya.

Ia mengaku tidak pernah memaksa kehendak anaknya.

"Orangtua kadang memaksa anak untuk mencapai tingkat tertentu, tapi kita sendiri memang harus mengukur kemampuan anak," imbuhnya

Ketika ditanya apa cita-citanya, Ocha menjawab ingin menjadi dokter spesialis anak.

"Tapi alatnya pakai robot semua gitu," imbuhnya.

Ia pun mengajak anak seusianya untuk terus meningkatkan bakat dan minatnya, seperti yang ia lakukan bersama sang adik.

"Kalau kita melakukan sesuatu, harus melakukan dengan kerja keras dan berdoa. Gak ada yang enggak mungkin dilakukan kalau kita punya niat", pungkas Ocha.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com