DENPASAR, KOMPAS.com - Tahun 2018 menjadi tahun yang menantang bagi pelaku industri telekomunikasi di Indonesia.
Pasalnya, seluruh operator seluler mengalami penurunan pendapatan, sementara industri mencatat pertumbuhan minus hingga 7 persen.
Meski demikian, operator seluler Telkomsel tak ingin menganggap tahun 2018 sebagai tahun buruk yang ingin dilupakan.
"Bagi saya tidak (untuk dilupakan), ada pelajaran bagi kita," kata Direktur Utama Telkomsel, Ririek Adriansyah di acara jumpa media di Denpasar, Selasa (30/4/2019) malam.
Menurut Ririek, ada tiga faktor utama yang membuat industri telekomunikasi di Indonesia menurun, yakni kebijakan registrasi kartu SIM prabayar, perang harga, dan penurunan layanan legacy (telepon/SMS).
Registrasi kartu SIM prabayar
Soal registrasi kartu SIM prabayar, Ririek mengatakan ini adalah usaha yang dilakukan oleh operator seluler di seluruh dunia. Indonesia termasuk yang terakhir dalam menerapkan kebijakan ini.
Walau menyebabkan efek negatif dalam jangka pendek, namun secara jangka panjang kebijakan ini disebut Ririek memiliki dampak positif. Pertama adalah membuat pelanggan makin loyal.
Baca juga: Pendapatan 2018 Anjlok, Indosat Salahkan Registrasi SIM Prabayar
"Kalau dulu perilakunya pakai-buang (kartu SIM), sekarang lebih loyal," kata Ririek.
Dampak positif kedua dari registrasi kartu SIM menurut Ririek adalah keamanan bagi negara. Jika dulu pemilik kartu SIM bisa melakukan apa saja -termasuk SMS penipuan- maka kini lebih diperketat lagi aturan kepemilikannya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.