Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok 5 Pemuda Pejuang Teknologi dari Indonesia

Kompas.com - 28/10/2019, 20:01 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini, Senin (28/10/2019) pagi tagar #SumpahPemuda2019 menjadi trending topic di Twitter. Di era digital saat ini, menggaungkan semangat Sumpah Pemuda tentu lebih mudah ketimbang saat pertama dikumandangkan.

Kondisi masa kini dan kala itu, pada 28 Oktober 1928 silam, jelas jauh berbeda. Kendati demikian, tidak salah rasanya menyebut semangat pemuda Indonesia saat ini masih sama dengan sembilan puluh satu tahun lalu, meski dengan cara yang berbeda.

Perkembangan teknologi yang kian hari semakin pesat, menjadi salah satu "senjata" pemuda Indonesia sekarang. Mereka memanfaatkan teknologi untuk mengahadirkan inovasi di era disrupsi.

Misalnya saja yang dilakukan oleh kelima pemuda berikut. Mereka sukses berkecimpung di dunia digital dengan mendirikan perusahaan rintisan digital. Ada juga yang berinisiatif mengawal proses demokrasi di Indonesia secara urun daya di internet.

Siapa saja mereka? Simak selengkapnya di bawah ini.

1. Nadiem Makarim, pendiri GoJek

Nadiem Makarim, Co-Founder GoJek Indonesia.GoJek Indonesia Nadiem Makarim, Co-Founder GoJek Indonesia.

Meski lahir di Singapura dan bertahun-tahun mengenyam pendidikan di Amerika Serikat, Nadiem tidak melupakan tanah kelahirannya.

Putra pengacara Nono Anwar Makarim ini bertekad merintis bisnisnya di Indonesia meski latar belakang keluarganya bukanlah pengusaha.

Baca juga: Cerita Awal Mula Mendikbud Nadiem Makarim Mendirikan GoJek

Lulus dari jurusan master bisnis Harvard University sempat mencoba berkarir di perusahaan konsultan McKinsey sebelum mendirikan Zalora Indonesia. Di Zalora, Nadiem yang menjabat sebagai Managing Director belajar banyak hal dan bertekad mendirikan startup sendiri.

Tahun 2010 saat masih bekerja di Zalora, ia mendirikan GoJek. Tahun 2013, ia keluar dari Zalora Indonesia dan pindah ke Kartuku, startup yang fokus di bidang pembayaran cashless.

Lepas dari Kartuku tahun 2014, ia fokus mengembangkan GoJek hingga bisa menjadi salah satu startup terbesar di Indonesia. GoJek tak sekadar menjadi unicorn, ia juga menjadi startup decacorn pertama Indonesia dengan valuasi lebih dari 10 miliar dollar AS.

GoJek juga memperluas ekspansi bisnisnya di luar Indonesia. Kini, layanan Gojek juga ditemui di Singapura, Vietnam, dan Thailand.

Baca juga: Media Internasional Komentari Pengangkatan Nadiem sebagai Mendikbud

Kesuksesan Nadiem mengembangkan GoJek membuat namanya semakin moncer, termasuk di kalangan pemerintah. Kini Nadiem menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Kabinet Indonesia Maju.

2. William Tanuwijaya, pendiri dan CEO Tokopedia

 Co-Founder dan CEO Tokopedia, William Tanuwijaya saat mempresentasikan capaian Tokopedia selama 10 tahun dan dampaknya terhadap perekonomian di Indonesia.Tokopedia Co-Founder dan CEO Tokopedia, William Tanuwijaya saat mempresentasikan capaian Tokopedia selama 10 tahun dan dampaknya terhadap perekonomian di Indonesia.

Perjuangan pemuda asal Pematang Siantar ini tidak mulus. Saat kuliah di Universitas Bina Nusantara jurusan Teknik Informatika, William (37) harus banting tulang untuk menambah uang kuliah. Sebab, masa itu sang Ayah sedang jatuh sakit.

Ia pun bekerja sebagai penjaga warnet dengan durasi kerja 12 jam per hari. Setelah lulus kuliah tahun 2003, William sempat bercita-cita bekerja di Google meski akhirnya harus pupus.

Ia akhirnya bekerja sebagai pengembang game di Bolehnet, menjadi IT & Business Development Manager di Indocom Mediatama dan pernah berkarir di TelkomSigma serta Sqiva Sistem.

Latar belakang dan pengalaman kerjanya di industri informatika membuatnya ingin mendirikan bisnis sendiri.

Baca juga: Tokopedia Proyeksikan Nilai Transaksi Rp 222 Triliun Tahun Ini

Alhasil, ia mencoba mengajak temannya Leontinus Alpha Edison untuk mendirikan Tokopedia, startup marketplace yang menghubungkan penjual dan pembeli secara online.

Tentu perjuangannya tidak mudah. Mulai tahun 2007, ia harus mencari dan meyakinkan investor selama dua tahun untuk bersedia membiayai Tokopedia hingga akhirnya bisa berdiri tahun 2009.

Satu dekade berlalu, William bertekad memegang teguh misi Tokopedia untuk mengembangkan usaha kecil dan menengah di Indonesia agar bisa semakin besar secara nasional, bahkan global.

Saat ini, Tokopedia menjadi salah satu startup unicorn di Indonesia dengan nilai valuasi lebih dari 1 miliar dollar AS. Tokopedia bahkan pernah menerima penghargaan sebagai marketplace terbaik pada tahun 2016.

3. Achmad Zaky, CEO dan pendiri Bukalapak

CEO Bukalapak.com, Achmad Zaky saat memberikan sambutan di peresmian Kantor Baru Buka lapak, di Jakarta Selasa (12/1/2016)Rd. Ramanda Jahansyahtono CEO Bukalapak.com, Achmad Zaky saat memberikan sambutan di peresmian Kantor Baru Buka lapak, di Jakarta Selasa (12/1/2016)

Achmad Zaky lahir di Sragen 24 Agustus 1986. Ilmu tentang teknologi sudah dikenalnya sejak kecil berkat sang paman. Tahun 1997, ia belajar bahasa pemrograman.

Bakatnya di bidang teknologi juga menghantarkan Zaky menyabet gelar di Olimpiade Sains bidang komputer mewakili SMA 1 Solo. Lulus dari SMA, Zaky melanjutkan pendidikan di ITB jurusan Teknik Informatika.

Ia juga sempat mendapat beasiswa di Oregon State Unversity dan mewakili kampusnya di Harvard National Model United Nations tahun 2009.

Baca juga: Bukalapak Dapat Suntikan Dana Baru, Valuasi Naik Jadi Rp 35 Triliun

Insting bisnis Zaky sejatinya sudah muncul sejak kuliah, di mana ia mendirikan organisasi Enterpreneur Club UTB yang kini berganti nama menjadi Technopreneur Club (TEC ITB).

Lulus kuliah, ia pun mendirikan bisnis startup marketplace yang fokus untuk mengembangkan usaha kecil dan menegah dengan bantuan teknologi.

Alhasil, lahirlah Bukalapak tahun 2010. Bukalapak semakin tumbuh menjadi marketplace besar di Indonesia. Saat ini, Bukalapak menjadi salah satu startup unicorn di Indonesia, berdampingan dengan Tokopedia yang bergerak di bidang serupa.

4. Ferry Unardi, CEO dan pendiri Traveloka

CEO dan Co-Founder TravelokaPribadi CEO dan Co-Founder Traveloka

Satu lagi sosok pemuda pendiri startup lokal, Traveloka. Tak lain dan tak bukan ialah Ferry Unardi. Pria asal Padang kalahiran 16 Januari 1988 ini mulai mendirikan startup pencarian dan pemesanan tiket online pada tahun 2012. Kala itu, Ferry baru berusia 23 tahun.

Ferry tidak sendiri, ia merintis startup ini bersama dua sahabatnya, Derianto Kusuma dan Albert Zhang. Ide awal mendirikan Traveloka muncul ketika Ferry kesulitan mencari tiket pulang ke Indonesia saat masih menempuh pendidikan S2 di jurusan Bisnis Harvard University.

Namun, sebelum melanjutkan S2 bisnis di Harvard Ferry telah meraih gelar strata satu di Purdue University jurusan Ilmu dan Teknik Komputer, juga di Amerika Serikat.  Setelah lulus, ia sempat berkarir di kantor pusat Microsoft di Seattle sebagai software engineer.

Baca juga: Bisnis HaloDoc dan Traveloka Terbantu Komputasi Awan

Dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman di dunia teknologi ini, Ferry yakin mendirikan Traveloka. Pada awalnya, Traveloka merupakan sebuah situs pencari dan pembanding tiket pesawat saja.

Belum banyak maskapai yang mau bergabung kala itu. Lambat laun, trafik kunjungan ke Traveloka meningkat sehingga menarik perhatian maskapai.

Traveloka pun meningkatkan layanannya, tak hanya menjadi situs pencarian dan pembanding, tapi juga berubah menjadi situs pemesanan tiket online.

Saat ini, Traveloka menjelma menjadi salah satu super-app dengan banyak layanan di dalamnya.

Startup ini juga menjadi salah satu startup unicorn Iasal Indonesia. Ekspansi bisnisnya pun sudah merambah ke negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, dan Singapura.

5. Ainun Najib

Ainun Najib.Ainun Najib Ainun Najib.

Ainun Najib memang bukan pendiri startup beken seperti empat pemuda lain di daftar ini. Namun ia juga berkontribusi dengan caranya sendiri. Pria yang lahir di Balongpanggang, Gresik 1985 ini dikenal sebagai penggagas situs KawalPemilu.org tahun 2014.

Seperti namanya, KawalPemilu.org adalah situs untuk memantau penghitungan suara pada Pemilu Presiden ketika itu. Mekanismenya urun daya, mengandalkan sukarelawan dari ribuan TPS di seluruh Indonesia yang mengumpulkan hasil scan formulir C1.

Bakat Ainun di bidang teknologi sudah terlihat sejak di bangku SMAN 5 Surabaya. Tahun 2003, ia menjadi salah satu anggota tim Olimpiade Matematika Asia Pasifik dan meraih honorable mention.

Baca juga: Ainun Najib, Teknologi Informasi untuk Negeri

Ainun lalu melanjutkan pendidikannya ke Universitas Teknologi Nanyang di Singapura jurusan Teknik Komputer.

Semasa kuliah ia tetap rajin mengikuti lomba di bidang komputer level internasional mewakili kampusnya. Setelah lulus, Ainun bergabung dengan IBM Singapura sebagai pengembang software.

Meski mengadu nasib di Singapura, hati Ainun tetap di Indonesia. Polemik perpolitikan yang pada tahun 2014 sedang melanda negerinya memancing simpati Ainun untuk ikut andil.

Kala itu, Indonesia baru saja selesai menggelar pemilu. Namun masalah nyatanya belum sepenuhnya usai. Sebab, dua kandidat capres-cawapres saling klaim memenangkan hasil pemilu.

Singkat cerita, Ainun ingin menjernihkan suasana dengan kemampuan yang ia miliki di bidang infofmatika dan data scientist. Ia mendirikan KawalPemilu.org.

Baca juga: Siapakah Pandawa di Balik Kawal Pemilu?

Selain Ainun, ada beberapa pemuda Indonesia lain yang urun andil dalam pendirian KawalPemilu.org.

Mereka adalah Country Head Googe Indonesia kala itu, Rudy Ramawy, Felix Halim yang saat itu bekerja di kantor pusat Google di Mountain View, AS, dan Andrian Kurniady yang bekerja di Google Sydney.

KawalPemilu.org kembali hadir di pemilu 2019 awal tahun lalu dengan tujuan yang sama. Selain penggagas KawalPemilu.org, Ainun juga sempat bekerja di Traveloka sebagai Head of Data dan Grab Singapura sebagai Head of Analytics, Platform & Regional Business.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com