KOMPAS.com - Hari ini, 29 Oktober empat tahun yang lalu (2018), pesawat Lion Air Boeing 737 MAX 8 nomor penerbangan JT 610 jatuh di perairan Tanjung Karawang, tak lama setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Pesawat rute Jakarta-Pangkal Pinang dengan resgistrasi PK-LQP itu mengangkut 189 penumpang, yang terdiri atas 181 penumpang dan 8 kru. Seluruh penumpang dan kru dinyatakan meninggal dunia dalam kecelakaan tersebut.
Dalam laporan awal yang dirilis KNKT, data kotak hitam flight data recoreder (FDR) menunjukkan bahwa pilot dan kopilot pesawat berjuang melawan komputer pesawat dalam 11 menit yang menentukan.
Sepanjang 11 menit itu, hidung pesawat Lion Air JT610 turun secara otomatis hampir 24 kali.
Baca juga: Ini Fitur yang "Dirahasiakan" Boeing, Berkontribusi pada Kecelakaan Lion Air JT610?
Pilot dan kopilot berulang kali berupaya untuk membawa pesawat naik kembali sebelum akhirnya kehilangan kontrol. Pesawat kemudian menukik dengan kecepatan sekitar 700 kilometer per jam sebelum akhirnya menghantam laut.
Belakangan diketahui, fitur Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) menjadi salah satu faktor yang berkontribusi besar dalam kecelakaan ini.
MCAS bekerja secara otomatis, meski pesawat terbang manual (autopilot mati). Tujuannya mulia, yakni memproteksi pesawat dari manuver yang berbahaya, seperti mengangkat hidung pesawat terlalu tinggi, sehingga mengakibatkan stall.
Namun, fitur otomatisasi ini saat itu belum banyak diketahui pilot-pilot B737 MAX, karena tidak tercantum dalam buku manual operasi. Hanya setelah terjadi anomali dan peristiwa Lion Air JT610 terjadi, Boeing baru menjelaskan fitur ini.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Kementerian Perhubungan merilis laporan akhir (Final Report) investigasi kecelakaan pesawat B737 MAX 8 Lion Air penerbangan JT610 pada 25 Oktober 2019.
Dalam laporan tersebut, KNKT menyimpulkan ada sembilan faktor yang berkontribusi pada kecelakaan yang menewaskan 189 penumpang dan awak pesawat itu, yang secara garis besar adalah gabungan antara faktor mekanik, desain pesawat, dan kurangnya dokumentasi tentang sistem pesawat.
Baca juga: 4 Kesamaan Fakta Kecelakaan Pesawat Ethiopian ET302 dan Lion Air JT610
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.