Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Ciptakan Alat Pendeteksi Gambar Palsu Deepfake

Kompas.com - 15/03/2021, 18:37 WIB
Kevin Rizky Pratama,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Deepfake merupakan proses kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) deep learning yang mampu mengubah wajah seseorang dalam foto atau video menjadi orang lain, lengkap dengan gerakan eskpresi wajah dan pencahayaan yang sesuai aslinya.

Dengan penggunaan AI, hasil modifikasi Deepfake bisa sangat halus dan realistis sehingga tampak meyakinkan. Deepfake sering disalahgunakan, misalnya untuk membuat konten berbau pornografi yang seakan-akan diperankan orang tertentu, padahal bukan.

Meski demikian, ternyata ada cara untuk mendeteksi gambar hasil olahan Deepfake, seperti yang ditunjukkan oleh tool buatan tim peneliti dari Universitas Buffalo, New York, AS.

Baca juga: Video Porno Palsu Deepfake Mengancam Perempuan di Internet

Tool ini bekerja dengan mendeteksi refleksi cahaya yang dipantulkan oleh mata. Secara spesifik, tools bikinan peneliti ini akan menganalisa pola reflektif yang terpantul pada kornea.

Bagian kornea yang merupakan lapisan luar mata manusia bersifat reflektif sehingga akan memantulkan bayangan benda-benda di sekelilingnya. Pola pantulan inilah yang kemudian dianalisa.


Dari kiri ke kanan: Foto asli yang ditangkap dengan kamera dan gambar DeepfakeLyu et. al Dari kiri ke kanan: Foto asli yang ditangkap dengan kamera dan gambar Deepfake

Pada foto yang memuat wajah asli, bayangan benda-benda yang terdapat pada kedua mata akan memiliki bentuk dan pola yang sama. Sebaliknya, foto Deepfake biasanya memikiki pola reflektif yang tidak konsisten antara satu mata dengan mata lainnya.

Setelah berhasil menganalisa pola reflektif cahaya, tool ini kemudan bakal melakukan perhitungan skor. Semakin kecil skor yang dihasilkan, maka semakin besar kemungkinan bahwa foto tersebut merupakan gambar Deepfake.

Dihimpun KompasTekno dari The Next Web, Senin (15/3/2021), tool tersebut diklaim memiliki tingkat akurasi yang tinggi dalam mendeteksi gambar Deepfake, yakni mencapai 94 persen.

Baca juga: Aplikasi MyHeritage Bikin Nostalgia Foto Lawas Jadi Hidup

Angka tersebut diperoleh berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan peneliti terhadap foto yang diambil dari This Person Does Not Exist, sebuah repositori gambar Deepfake yang dibuat dengan arsitektur StyleGAN2.

Meski demikian, tool pendeteksi Deepfake ini masih memiliki beberapa kelemahan karena mengandalkan refleksi cahaya yang dipantulkan oleh kedua mata. Pantulan itu bisa saja dimodifikasi suapaya lebih seragam dan sulit dideteksi.

Selain itu, tools yang bersangkutan hanya dapat bekerja dengan baik pada gambar bergaya portrait. Apabila wajah yang terdapat di dalam gambar tidak menghadap kamera, maka sistem kemungkinan tidak dapat bekerja dengan semestinya.

Para peneliti Universitas Buffalo sekarang sedang meyempurnakan tool buatannya untuk mengatasi kelemahan-kelemahan di atas. Hasil studi mereka dapat dilihat di tautan berikut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Samsung Experience Lounge Hadir di Jakarta, 'Ruangan' Smart Home dan Serba AI

Samsung Experience Lounge Hadir di Jakarta, "Ruangan" Smart Home dan Serba AI

Gadget
Bocoran iPhone 16 Series, Bawa Layar Lebih Luas dari iPhone 15

Bocoran iPhone 16 Series, Bawa Layar Lebih Luas dari iPhone 15

Gadget
Cara Mengatur Durasi Layar dan Aplikasi di iPhone

Cara Mengatur Durasi Layar dan Aplikasi di iPhone

Gadget
Microsoft Akan Beri Pelatihan AI Skilling untuk 840.000 Orang di Indonesia

Microsoft Akan Beri Pelatihan AI Skilling untuk 840.000 Orang di Indonesia

e-Business
Kenapa Aplikasi di iPhone Menginstal Ulang dengan Sendirinya? Begini Cara Mengatasinya

Kenapa Aplikasi di iPhone Menginstal Ulang dengan Sendirinya? Begini Cara Mengatasinya

Gadget
Merger XL Axiata-Smartfren, Siapa Berkuasa?

Merger XL Axiata-Smartfren, Siapa Berkuasa?

Internet
Bos Microsoft Satya Nadella Ungkap Peluang Komunitas Developer Indonesia Masuk 5 Besar Dunia

Bos Microsoft Satya Nadella Ungkap Peluang Komunitas Developer Indonesia Masuk 5 Besar Dunia

Software
Cara Mengaktifkan Passkey di WhatsApp Android

Cara Mengaktifkan Passkey di WhatsApp Android

Software
OpenAI Rilis Fitur 'Memory' di ChatGPT, Bisa Ingat dan Kenali Pengguna

OpenAI Rilis Fitur "Memory" di ChatGPT, Bisa Ingat dan Kenali Pengguna

Software
Daftar 20 HP Terlaris Sepanjang Sejarah, Nomor 1 Bukan Smartphone

Daftar 20 HP Terlaris Sepanjang Sejarah, Nomor 1 Bukan Smartphone

Gadget
Microsoft Investasi Rp 27 Triliun di Indonesia, Terbesar dalam 29 Tahun

Microsoft Investasi Rp 27 Triliun di Indonesia, Terbesar dalam 29 Tahun

e-Business
'Microsoft Build: AI Day' Digelar di Jakarta, Dihadiri CEO Microsoft Satya Nadella

"Microsoft Build: AI Day" Digelar di Jakarta, Dihadiri CEO Microsoft Satya Nadella

e-Business
Bukti Investasi Apple Rp 1,6 Triliun di Indonesia Masih Sekadar Janji

Bukti Investasi Apple Rp 1,6 Triliun di Indonesia Masih Sekadar Janji

e-Business
Smartphone Vivo Y18e Meluncur, Bawa Layar 90 Hz dan Baterai 5.000 mAh

Smartphone Vivo Y18e Meluncur, Bawa Layar 90 Hz dan Baterai 5.000 mAh

Gadget
Tablet Xiaomi Pad 6S Pro Meluncur di Indonesia 5 Mei, Ini Bocoran Spesifikasinya

Tablet Xiaomi Pad 6S Pro Meluncur di Indonesia 5 Mei, Ini Bocoran Spesifikasinya

Gadget
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com