Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Ali Hakim
Regional Sales, Asia, Akamai Technologies

Regional Sales, Asia, Akamai Technologies

kolom

Membayar atau Tidak Bayar Tebusan, Dilema Menghadapi Serangan Ransomware

Kompas.com - 19/10/2022, 10:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ANDA mungkin pernah mendengar berita tentang perusahaan atau organisasi yang mengalami serangan siber bernama ransomware.

Serangan ransomware mirip dengan peristiwa penyanderaan di bank, gedung atau fasilitas umum di mana pelaku meminta tebusan berupa uang (atau bentuk tebusan lain) sebagai syarat untuk membebaskan sandera.

Dalam serangan ransomware, yang menjadi sandera adalah data atau layanan berbasis internet penting dari perusahaan atau organisasi publik yang menjadi korban.

Berbeda dari aksi penyanderaan di dunia nyata yang nampak jelas atau dapat dilihat langsung oleh anggota pasukan anti-teror, pelaku serangan ransomware tidak kasat mata.

Yang kasat mata hanya dampak serangannya terhadap pada data, infrastruktur jaringan/sistem milik korban (individu atau institusi) dan kemungkinan terjadinya ancaman lain di masa yang akan datang.

Perlu ditegaskan bahwa pelaku serangan ransomware tidak berada di tempat kejadian perkara dan tidak ada yang bisa melihat pelaku serangan.

Pelaku bisa saja sedang duduk nyaman di depan komputer, namun sulit bagi aparat penegak hukum untuk melacak, apalagi menangkap mereka.

Pihak korban biasanya hanya punya dua pilihan: pertama, menolak tuntutan dengan risiko menanggung semua dampaknya (kehilangan data, kerugian finansial, reputasi, dll). Kedua, memenuhi tuntutan pelaku dengan membayar sejumlah tebusan.

Pilihan pertama mungkin akan sangat sulit jika korbannya adalah perusahaan atau organisasi yang datanya terkait dengan kegiatan bisnis mereka dan melibatkan banyak pihak.

Mengambil pilihan kedua seringkali tidak memecahkan masalah karena tidak ada jaminan bahwa pelaku bisa memulihkan data yang terenkripsi.

Lahir dan besar hingga menjadi ancaman global

Ransomware sudah menjadi masalah keamanan siber di seluruh dunia sejak lama, dimulai dengan AIDS Trojan (PC Cyborg) pertama kali muncul sekitar tiga dekade lalu (1989) yang mengenkripsi data dan menuntut tebusan kepada korbannya.

Ransomware ini secara masif menyebar dan menginfeksi lebih dari 75.000 pengguna PC di 99 negara, termasuk Indonesia.

‘Globalisasi’ ransomware terus berlanjut dalam beberapa tahun terakhir dan menyebabkan kerugian lebih dari 20 miliar dollar AS di dunia tahun 2021.

Serangan ransomware akan terus bertambah, semakin terorganisir, dan lebih mudah diakses. Kemunculan Ransomware as a service (RaaS) dari kelompok Conti adalah bukti bahwa berbagai pihak bisa memanfaatkan serangan ransomware.

Ransomware akan terus berevolusi di masa depan, dengan kemunculan varian-varian baru, grup ransomware baru, serta teknik dan taktik baru yang dirancang untuk mengeruk sebanyak mungkin uang dari serangan yang mereka luncurkan.

Setiap organisasi kini berisiko menjadi target ransomware, mulai dari sekolah/universitas, lembaga pemerintah, layanan kesehatan, perbankan, pabrik, infrastruktur dan target lain.

Membayar tebusan: pilihan terakhir dan perjudian besar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke