Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Pelatih Chatbot AI Google Bard Frustrasi gara-gara Tekanan Kerja Tinggi

Kompas.com - 17/07/2023, 08:28 WIB
Lely Maulida,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Google meluncurkan chatbot berbasis kecerdasan buatan/artificial intelligence (AI) bernama Bard bulan Mei 2023 lalu. Sejak diluncurkan, Google terus mengembangkan kemampuan chatbot pesaing ChatGPT tersebut agar semakin "pintar" dan "manusiawi".

Salah satunya adalah kemampuan pemahaman bahasa yang kini semakin diperluas. Akan tetapi, perkembangan Google Bard yang cukup cepat itu rupanya memiliki konsekuensi. Para pelatih Google Bard dikabarkan frustrasi lantaran tekanan kerja yang tinggi.

Mereka mengaku instruksi yang diberikan oleh pihak terkait di Google terlalu berbelit-belit. Tak hanya itu, iklim kerja mereka juga membuat para pelatih yang dipekerjakan secara kontrak itu tidak nyaman.

Baca juga: Proyek AI Google untuk Gen-Z Ini Harus Batal gara-gara Chatbot Bard

Menurut para pelatih, Google Bard sebenarnya masih belum akurat. Namun menurut panduan yang mereka terima, mereka tidak perlu ketat dalam mengecek fakta yang dihasilkan Bard.

Karena kurangnya akurasi tersebut, chatbot Bard dinilai masih perlu banyak kontribusi dari manusia. Sayangnya, iklim kerja di Bard malah membuat orang-orang yang terlibat di dalamnya frustrasi.

Enam karyawan kontrak Bard bercerita soal kondisi kerja di lingkungannya. Salah satu karyawan berkata bahwa orang-orang ketakutan dan dibayar murah.

"Misalnya, yang terjadi sekarang, orang-orang takut, stres, dibayar murah, tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi," kata salah satu karyawan melalui dokumen yang diterima Bloomberg, sebagaimana dirangkum KompasTekno, Senin (17/7/2023).

Terlepas dari kondisi tersebut, mereka juga sering diminta mengaudit jawaban dalam waktu tiga menit. Padahal, mereka dikontrak sebagai "penilai" yang bertugas menentukan relevansi hingga keaslian jawaban Bard, sesuai dengan pedoman berisi enam poin dari Google.

Selain itu, pelatih Bard juga diminta memastikan jawaban Bard tidak mengandung unsur yang menyinggung atau berbahaya.

Meski pedoman itu menyatakan bahwa pelatih "tidak perlu memeriksa fakta secara ketat", jawaban Bard cenderung keliru atas suatu subyek. Ada pula pedoman yang menyebutkan bahwa kurang akuratnya data tertentu seperti kesalahan tanggal, hanyalah kekurangan yang minor.

Baca juga: Cara Menggunakan Google Bard AI, Sekarang Bisa Pakai Bahasa Indonesia

Tugas lainnya bagi pelatih Bard yaitu menentukan dosis yang tepat bagi orang yang ingin mengobati penyakit tertentu seperti darah tinggi. Namun karena keterbatasan waktu yang mereka miliki, mereka khawatir Bard memberikan jawaban yang seolah benar tetapi sebenarnya keliru.

Beban kerja yang dialami oleh pelatih Bard itu kabarnya semakin bertambah setelah Google mempercepat jadwal peluncuran publik chatbot Bard agar bisa menyaingi ChatGPT.

Adapun Google pernah berkata bahwa karyawan yang dikontrak sebagai penilai, hanya salah satu dari banyak cara perusahaan menguji akurasi dan kualitas jawaban Bard.

"Kami melakukan pekerjaan ekstensif untuk membangun produk AI kami secara bertanggungjawab, termasuk proses pengujian, pelatihan dan timbal balik yang ketat yang telah kami asah selama bertahun-tahun untuk menekankan fakta dan mengurangi bias," kata pihak Google dihimpun dari Android Central.

Pendiri Google turun tangan lawan ChatGPT

Sebelum Bard diperkenalkan Google, awal hadirnya layanan ChatGPT besutan OpenAI digadang-gadang bakal menyaingi Google Search yang sejauh ini masih menjadi raksasa mesin pencari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com