Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Smartphone di Eropa Wajib Pakai Baterai Lepas-Pasang, Ini Kelebihan dan Kekurangannya

Kompas.com - 01/08/2023, 17:00 WIB
Lely Maulida,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

Sumber CNET

KOMPAS.com - Parlemen Eropa baru-baru ini mengesahkan undang-undang yang mewajibkan vendor elektronik, termasuk ponsel, untuk mengubah desain produknya, terutama berkaitan dengan perbaikan.

Para vendor diminta untuk memungkinkan pengguna mengganti baterai peragkatnya sendiri, tanpa harus mengunjungi layanan purna jual (service center). Oleh karena itu, barang elektronik, termasuk smartphone saat ini, harus menggunakan baterai lepas-pasang agar pengguna bisa memperbaiki baterai secara mandiri.

Aturan ini akan mulai diberlakukan mula tahun 2027 mendatang. Adapun alasan di balik regulasi itu adalah terkait degradasi baterai.

Jadi, ketika ketahanan baterai ponsel mulai berkurang, pengguna bisa dengan mudah membeli dan menggantinya dengan baterai baru. Lantas apakah praktik ini mungkin diterapkan untuk smartphone baru yang beredar atau akan beredar di masa depan?

Baca juga: Eropa Wajibkan Konsol Handheld Pakai Baterai Lepas-Pasang

Kelebihan dan kekurangan HP dengan baterai lepas-pasang

Sebenarnya, sejumlah produsen ponsel sudah mulai memungkinkan pengguna memperbaiki smartphone sendiri, misalnya Apple, Samsung dan HMD pemilik lisensi merek Nokia. Karena itu, mereka juga membuat ponselnya lebih mudah diperbaiki.

Awal tahun ini, HMD memperkenalkan dua ponsel yang baterainya bisa diganti dengan mudah oleh pemiliknya, termasuk Nokia G22.

Namun dalam praktik penggantiannya, pengguna perlu alat pendukung seperti direkomendasikan oleh iFixit, yaitu komunitas yang gemar melakukan perbaikan berbagai perangkat elektronik dan perangkat lainnya.

Dengan kemampuan perbaikan sendiri ketimbang membeli ponsel baru, diharapkan praktik itu bisa mengurangi limbah elektronik.

"Dengan memberdayakan konsumen akan kemampuan untuk mengganti sendiri baterai lawas, itu artinya mereka bisa memakai perangkat mereka lebih lama," kata Lars Silberbauer, kepala pemasaran di HMD Global, dikutip KompasTekno dari Cnet.

Silberbauer juga berkata bahwa pihaknya sepakat dengan aturan Uni Eropa soal baterai ponsel yang bisa dilepas pasang dengan mudah.

Perubahan desain produk agar baterai ponsel bisa dilepas pasang sendiri terbilang rumit. Hal ini juga disampaikan Fairphone, produsen perangkat elektronik asal Belanda yang mengedepankan konsep ramah lingkungan.

Baca juga: Smartphone Ini Dapat Upgrade Android hingga 5 Generasi, Lebih Lama dari Lainnya

Menurut Kepala Pengembangan Produk Fairphone, Miquel Ballester, konsep baterai lepas pasang sebenarnya tidak pernah berubah. Apalagi perusahaanya memang mempertahankan konsep itu. Adapun produsen lain melakukan perubahan karena mereka cenderung membuat smartphone yang kian tipis alias ramping.

Mock-up desain dari Galaxy Z Fold dan Galaxy Z Flip 5 yang terdiri dari berbagai macam rasioKOMPAS.com/Caroline Saskia Tanoto Mock-up desain dari Galaxy Z Fold dan Galaxy Z Flip 5 yang terdiri dari berbagai macam rasio

Ballester juga menilai bahwa bahan kimia dasar baterai tetap menurun seiring waktu meskipun kapasitasnya terus ditambah.

"itu fakta dan tidak berubah sejak kami punya Nokia lama yang semua baterainya bisa diganti," ujarnya.

Adapun ponsel modular atau yang komponennya bisa dilepas pasang seperti ditawarkan Fairphone, menurut Ballester juga memiliki kekurangan. Salah satunya terkait stabilitas antar komponen.

Ballester berkata bahwa ponsel dengan baterai tanam menawarkan koneksi yang sangat stabil antara modul daya dengan komponen lainnya. Nah, baterai lepas-pasang tidak bisa melakukan itu.

Dengan kata lain koneksinya bisa saja terputus jika ponsel jatuh atau partikel debu masuk dan mengganggu konektor. Selain debu, air juga bisa mengganggu ponsel dengan konsep modular.

Di sisi lain, penampang baterai ponsel yang bisa dilepas juga punya ukuran yang besar guna memastikan baterai bisa ditampung. Sedangkan baterainya harus punya kapasitas yang cukup rendah karena ruangnya terbagi dengan penampang baterai.

Alhasil, bodi ponsel secara keseluruhan menjadi lebih tebal, tetapi masa pakai baterainya lebih rendah dari ponsel pada umumnya.

"Anda perlu memikirkan arsitektur ponsel dari sisi yang berbeda, dan Anda mungkin tidak bisa menghadirkan rasio super tipis seperti yang kita lihat di pasar (ponsel) saat ini," ungkap Ballester.

Baca juga: Eropa Ingin iPhone Dibikin Seperti Android Jadul

Tantangan baterai lepas pasang

Dengan memiliki ponsel yang punya baterai modular, pengguna bisa menggantinya kapan saja dengan baterai baru. Misalnya saat masa pakai baterai berkurang. Tantangannya adalah, apakah stok baterai ponsel yang pengguna pakai masih tersedia meskipun ponsel sudah dipakai bertahun-tahun?

Sementara itu stok baterai cadangan tidak bisa didiamkan begitu saja di rak toko karena dayanya akan menurun seiring waktu. Selain itu, untuk merayu pemasok agar terus menyediakan baterai cadangan merupakan tantangan lain. Sebab, menurut Ballester, volume permintaannya cenderung rendah.

Namun,apabila aturan baterai lepas-pasang ini benar-benar sudah berjalan efektif, stoknya juga mungkin bisa lebih mudah didapat.

Terlepas dari tantangan itu, baterai lepas pasang bakal bermanfaat bagi siklus hidup ponsel. Sebab, material dalam baterai yaitu kobalt, bisa didaur ulang. Nah, selama ini, praktik ini tidak dilakukan karena baterai sudah tertanam di bodi ponsel.

Dengan begitu, Ballester berharap konsep baterai lepas-pasang di ponsel bisa meningkatkan volume daur ulang kobalt yang selama ini rendah.

Konsep ini memang akan membuat siklus penggantian smartphone pengguna lebih lama dari sebelumnya. Untuk itu, produsen ponsel disarankan untuk memastikan ponsel barunya bisa tahan lama dan lebih ramah lingkungan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com