Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nvidia Jadi Perusahaan Paling Berharga Ketiga di Dunia, Salip Perusahaan Minyak Arab Saudi

Kompas.com - Diperbarui 07/03/2024, 06:28 WIB
Lely Maulida,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perusahaan chip asal Amerika Serikat (AS), Nvidia kembali dinobatkan sebagai perusahaan paling berharga di dunia. Namun kali ini, untuk pertama kalinya kapitalisasi Nvidia melampaui perusahaan tambang Arab Saudi, Aramco.

Menurut catatan Bloomberg, nilai kapitalisasi pasar Nvidia pada Senin (4/3/2024) waktu AS mencapai 2,11 triliun dollar AS (sekitar Rp 33.178 triliun). Angka itu naik dibanding akhir pekan lalu, karena nilainya saat itu masih sekitar 2,06 triliun dollar (sekitar Rp 32.350 triliun).

Adapun saham Aramco pada saat yang sama mengalami penurunan sebesar 5 persen, sehingga kapitalisasi pasarnya juga menyusut menjadi 2,01 dollar AS (sekitar Rp 31.566 triliun) dan disalip Nvidia.

Nilai kapitalisasi pasar Nvidia membuatnya dinobatkan sebagai perusahaan ketiga yang paling berharga di dunia. Dua perusahaan lainnya yang dinilai paling berharga di dunia, berdasarkan kapitalisasi pasarnya yaitu Apple dan Microsoft.

Baca juga: Seperti Nvidia DLSS, Teknologi Upscaling AMD FSR Bakal Terapkan AI?

Pencapaian ini juga tercatat yang pertama di industri, sebagai perusahaan teknologi yang mencapai kapitalisasi pasar 2 triliun dollar AS pada bulan Februari.

Faktor utama yang mengantarkan Nvidia pada posisi saat ini adalah karena kinerja perusahaan yang melebihi ekspektasi analis, khususnya pada kuartal IV tahun fiskal yang berakhir pada Januari 2024.

Pada kuartal itu, Nvidia melaporkan jumlah pendapatannya sampai 22,1 miliar dollar AS (sekitar Rp 347 triliun). Angka tersebut naik 22 persen dibanding kuartal III-2023 yaitu sebesar 18,1 miliar dollar AS (sekitar Rp 284 triliun).

Pendapatan Nvidia pada periode itu juga naik 265 persen dibanding kuartal IV-tahun fiskal 2023 (Year-on-Year/YoY) yaitu sebesar 6,05 miliar, dikutip dari keterangan resmi Nvidia via Quartz, Rabu (6/3/2024).

Menurut CEO Nvidia, Jensen Huang, kinerja itu didorong oleh implementasi komputasi yang digenjot serta AI generatif yang makin masif.

"Komputasi yang dipercepat dan AI generatif sudah mencapai titik puncak. Permintaan melonjak di berbagai perusahaan di seluruh dunia, industri dan negara," kata Huang.

Padahal para analis sebelumnya skeptis pada performa Nvidia di kuartal fiskal perusahaan. Pasalnya, beberapa pelanggan besar Nvidia, termasuk Microsoft dan Meta, mengembangkan chip AI sendiri. Namun ternyata Nvidia mematahkan ramalan itu dengan pertumbuhan signifikan.

Baca juga: Nvidia Rilis RTX 500 dan RTX 1000, Kartu Grafis Bertenaga AI untuk Laptop Tipis

Jadi raja pasar chip

Nvidia kini dikenal sebagai rajanya pasar chip AI karena menguasai sekitar 80 persen pangsa pasar.

Nvidia mengandalkan produk chip pengolah grafis (GPU) buatannya yang banyak dipakai di pusat-pusat data untuk pengolahan AI. Misalnya, perusahaan komputasi awan (cloud computing) besar seperti Amazon Web Services (AWS), Microsoft Azure, dan penyedia layanan cloud regional lainnya.

H100, salah satu produk GPU tensor core  dari Nvidia yang banyak dipakai di pusat pengolahan AINvidia H100, salah satu produk GPU tensor core dari Nvidia yang banyak dipakai di pusat pengolahan AI

Perusahaan chip yang berbasis di Santa Clara, California ini, salah satunya memproduksi GPU AI H100 sebagai andalan, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Reuters.

Chip AI ini mendukung sebagian besar model bahasa besar (LLM) yang digunakan saat ini, termasuk ChatGPT dari OpenAI, hingga sebagian besar proyek AI dari Microsoft, Meta, dan Amazon.

Khusus Microsoft Azure, perusahaan ini menggunakan puluhan hingga ribuan unit GPU Nvidia. Salah satunya untuk menopang kinerja ChatGPT, chatbot AI bikinan OpenAI.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com