Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Startup Inilah yang Pertama Kali Mendeteksi Penyebaran Virus Corona

Wabah ini pertama kali diumumkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 9 Januari 2020. WHO mengatakan wabah tersebut mirip dengan flu, berdasarkan pada sejumlah kasus pneumonia yang telah dilaporkan di Wuhan.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS juga telah menyebarkan kabar itu beberapa hari sebelumnya, tepatnya pada 6 Januari 2020.

Wabah tersebut diduga berasal dari hewan hidup yang dijual di Pasar Huanan, China.

Namun, keberadaan virus corona ternyata sudah terdeteksi sejak akhir Desember 2019 lalu.

Perusahaan rintisan (startup) yang bergerak di bidang kesehatan bernama BlueDot, telah menyampaikan informasi keberadaan virus corona lebih awal.

Dirangkum KompasTekno dari Wired, Senin (27/1/2020), BlueDot menggunakan algoritma khusus dengan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang dapat menjelajahi laporan berita berbahasa asing, tentang jaringan penyakit hewan dan tumbuhan.

Hasil data yang diperoleh, kemudian difungsikan untuk memberi peringatan dan mengimbau masyarakat untuk menghindari zona berbahaya seperti kota Wuhan terkait virus corona.

Pendiri dan CEO BlueDot, Kamran Khan menyebut bahwa informasi mengenai wabah penyakit menular harus segera disampaikan kepada masyarakat secara cepat.

"Kami tahu bahwa pemerintah mungkin tidak dapat diandalkan untuk memberikan informasi secara tepat waktu, maka dari itu kami mencari berita yang kemungkinan wabah itu dari forum atau blog tentang indikasi beberapa peristiwa yang terjadi secara tidak wajar," kata Khan.

Khan juga mengatakan bahwa metode algoritma yang digunakan BlueDot, tidak mengacu pada data yang diunggah di media sosial. Sebab, data-data tersebut dianggap terlalu berantakan.

BlueDot pun mengklaim bahwa pihaknya memiliki akses ke data maskapai global yang dapat membantu memprediksi ke negara mana saja dan kapan virus berbahaya akan menyebar.

Hasilnya pun tepat. Prediksi BlueDot terbukti bahwa virus itu sudah menyebar ke beberapa negara yakni Bangkok, Seoul, Taipei, dan Tokyo dalam beberapa hari setelah kemunculan awal.

Kamran Khan, yang bekerja sebagai spesialis penyakit menular di rumah sakit Toronto selama epidemi SARS tahun 2003 itu memang terobsesi menemukan cara yang lebih baik untuk melacak penyakit.

"Saya merasa sedikit deja vu sekarang. Di tahun 2003, saya menyaksikan virus SARS membanjiri kota Toronto dan melumpuhkan beberapa rumah sakit bahkan ada banyak kelelahan mental dan fisik pada saat itu. Lalu saya berpikir hal itu jangan sampai terulang lagi," kata Khan.

Setelah menguji beberapa program, Khan meluncurkan BlueDot pada tahun 2014 dan mengumpulkan 9,4 juta dollar AS (Rp 127 miliar) untuk modal.

Kini, BlueDot telah memiliki 40 karyawan yang terdiri dari dokter dan programmer yang bertugas untuk merancang program analitik untuk pengawasan penyakit.

BlueDot menggunakan pemrosesan bahasa dan teknik pembelajaran mesin untuk menyaring laporan berita dalam 65 bahasa, bersama dengan data maskapai dan laporan wabah penyakit hewan.

Setelah penyaringan data selesai, lalu dilanjutkan dengan analisa oleh para ahli secara manual.

Menurut Khan, para ahli epidemiologi akan memeriksa apakah kesimpulan data itu masuk akal dari sudut pandang ilmiah atau tidak.

Setelah dianggap masuk akal dari sudut pandang ilmiah, laporan BlueDot kemudian dikirim ke pejabat kesehatan masyarakat di berbagai negara termasuk Amerika Serikat (AS) dan Kanada, maskapai penerbangan, dan rumah sakit.

Namun kini BlueDot tidak menjual data mereka kepada masyarakat umum. BlueDot juga berhasil memprediksi lokasi wabah Zika di Florida Selatan dalam publikasi di jurnal medis Inggris The Lancet.

https://tekno.kompas.com/read/2020/01/27/11444217/startup-inilah-yang-pertama-kali-mendeteksi-penyebaran-virus-corona

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke